Santo Fransiskus Assisi (1181-1226)
                                                                                                                                   Santo Fransiskus Assisi (1181-1226)

Santo Fransiskus Assisi, Manusia Injili, orang kudus yang selalu menjadi inspirasi. Hari ini, 4 Oktober, Gereja  memperingati orang kudus kelahiran Assisi 1181 itu. Bagi keluarga besar Fransiskan, ini adalah Hari Raya. Kesempatan untuk kembali merenung dan menimba spirit Si Miskin dari Asisi. Sosok karismatis yang meminta pengikutnya untuk selalu menjadi saudara sekalian makhluk, hamba dan pelayan sekalian orang.

Rangkaian perayaan selalu dimulai dengan Triduum, doa persiapan selama tiga hari menjelang perayaan. Panitia perayaan biasanya menyediakan tema untuk direnungkan selama Triduum. Begitu misalnya tahun ini, Keluarga ransiskan/Fransiskanes Jakarta (Kanesta) yang bergabung di wilayah I (mencakup Matraman, Kramat, Tanah Tinggi dan Toa Subio) memilih tema Menjadi Fransiskan yang Murah Hati.

Di hari pertama, mereka merenungkan Allah sebagai Tuhan yang Murah Hati. Kemurahan hati Allah tercurah pada sekalian mahluk yang disapa Fransiskus sebagai Saudara/i. Kemurahan hati itu pulah yang ditunjukkan Fransiskus dalam relasi dengan sesama dan segenap ciptaan. Fransiskus adalah Saudara yang mengandung dan melahirkan keutamaan murah hati.  Pokok ini menjadi subtema permenungan hari kedua. Di hari ketiga, Para Fransiskan ditantang untuk senantiasa menunjukkan kemurahan hati pada zaman ini. Masihkah Fransiskan murah hati?

Usai permenungan selama tiga hari, para Fransiskan mengadakan Transitus pada 3 Oktober. Transitus, yang biasanya diadakan sore hari,  adalah ibadat tematis untuk memperingati wafat Santo Fransiskus.  Saat-saat terakhir jelang jemputan ‘Saudari Maut Badani’, demikian Fransiskus menyebut kematian, adalah waktu yang memilukan untuk para saudara namun sebuah suka cita besar untuk Bapa Fransiskus. Ia memberkati seluruh saudaranya, lalu sambil bernyanyi ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan.

Fransiskus dimakamkan di Gereja Santo Gregorius di Assisi pada 4 Oktober 1226. Dua tahun setelah dijemput Saudari Maut, pada  6 Juli 1228, Fransiskus dikukuhkan sebagai orang kudus oleh Paus Gregorius IX. Pada 1230, jenasah Santo Fransiskus dipindahkan dari Gereja Santo Gregorius menuju Basilika Santo Fransiskus Assisi.

Hari Raya Santo Fransiskus kini sekaligus menjadi puncak masa Penciptaan (season of creation). Meskipun belum populer di Indonesia, Masa Penciptaan sudah mulai dirayakan di beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Australia. Dalam Liturgi Katolik, puncak Masa Penciptaan tahun ini  dirayakan dalam Ekaristi yang menyertakan ritus pemberkatan binatang-binatang.  Paroki St. Paskalis Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sudah mulai mengadopsi semangat Masa Penciptaan ini dengan mengadakan pemberkatan tanaman pada Hari Raya Santo Fransikus tahun ini. Di tahun sebelumnya mereka mengadakan ritus pemberkatan binatang-binatang peliharaan.

Contoh Unggul

Sebagai inspirator ulung, Fransiskus  menarik minat orang yang tak terhitung jumlahnya. Mereka mengikuti cara Fransiskus menepati Injil Suci Yesus Kristus. Mereka tersebar dan datang dari berbagai latar belakang. Ada yang bergabung dengan tarekat religius. Yang lainnya, tanpa keterikatan dengan tarekat religius, mengikuti semangat Santo Fransiskus dalam hidup sehari-hari. Menarik, ia tidak hanya dikagumi orang-orang Kristen. Ia dicintai juga oleh orang-orang non-Katolik.

Fransiskus diakui sebagai tokoh yang dengan kesahajaan dan kedinaan mereformasi Gereja dari dalam. Maka ia seorang reformator pula. Ketika dunia dihantui krisis lingkungan, Mendiang Bapa Suci Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi pelindung untuk mereka yang belajar dan bekerja di bidang ekologi.

Ia hidup delapan abad silam. Namun Fransiskus menjadi mata air inspirasi yang tak habis-habisnya. Jorge Mario Borgoglio memilih namanya sebagai panduan dan inspirasi ketika terpilih sebagai Uskup Roma pada 2013 lalu.

Lima bulan lalu, pada 24 Mei 2015, Paus Fransiskus menerbitkan  Ensiklik Laudato Si. Fransiskus Assisi dan Kidung Saudara Matahari gubahannya cukup sental dalam ensiklik ini. Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan, upaya memahani Laudato Si menuntut pula upaya mengenal Santo Fransiskus.

Paus Fransiskus melukiskan Si Miskin dari Assisi sebagai model yang menarik dan mampu memotovasi kita. “Saya percaya bahwa Santo Fransiskus adalah contoh unggul dalam melindungi yang rentan dan dalam suatu ekologi yang integral, yang dihayati dengan gembira dan otentik. Dia adalah Santo pelindung semua yang belajar dan bekerja di bidang ekologi, dan juga sangat dicintai oleh orang non-Kristiani. Dia sangat prihatian terhadap ciptaan Allah dan kaum miskin serta terlantar. Dia mencintai, dan sangat dicintai karena kegembiraannya, dedikasinya yang tanpa pamrih, dan keterbukaan hatinya. Dia adalah mistikus dan peziarah yang hidup dalam kesederhanaan dan dalam harmoni yang indah dengan Allah, dengan orang lain, dengan alam, dan dengan dirinya sendiri. Dia menunjukkan kepada kita betapa tak terpisahkan ikatan antara kepedulian terhadap alam, keadilan bagi kaum miskin, komitmen kepada masyarakat, dan kedamaian batin” demikian Paus Fransiskus  (Laudato Si, art. 10)

Fransiskus, contoh ungggul, mengajak para pengikutnya untuk berkhotbah terutama melalui perbuatan-perbuatan baik. Wartakanlah Injil ke seluruh penjuru dunia, harapan Fransiskus untuk pengikutnya, gunakanlah kata-kata bila sungguh-sungguh dibutuhkan.

Seperlunya saja kata-kata digunakan. Yang paling utama adalah khotbah melalui tindakan. Khotbah melalui tindakan itulah yang, hemat saya, menjadikan Fransiskus mendapat tempat di hati banyak orang, mudah dipahami, dan begitu diminati. Namun apakah mudah untuk diikuti/dicontohi teladannya?

Ekologi Integral Fransiskus Assisi, Saudara sekalian makhluk!

Si Miskin dari Assisi, contoh unggul, Saudara sekalian makhluk, membuka cakrawala pemahaman ekologi yang integral. Paus Fransiskus menunjukkan hal itu secara gamblang dalam Laudato Si art 11:

“Fransiskus Assisi membantu kita untuk melihat bahwa ekologi yang integral membutuhkan keterbukaan terhadap kategori-kategori yang melampaui bahasa matematika dan biologi, dan membawa kita kepada hakikat manusia. Sama seperti yang terjadi ketika kita jatuh cinta pada seseorang, setiap kali Fransiskus menatap matahari, bulan, atau bahkan hewan terkecil, ia mulai bernyanyi, sambil mengikut sertakan semua makhluk lain dalam pujiannya. Dia berkomu nikasi dengan semua ciptaan, bahkan berkhot bah kepada bunga-bunga, mengundang mereka “untuk memuji Tuhan, seolah-olah mereka dikaruniai akal budi” (Thomas Documents , vol. 1, New York-London-Manila 1999, 251.).dari Celano, The Life of Saint Francis , I, 29, 81: in Francis of Assisi: Early

Tanggapannya terhadap dunia di sekelilingnya jauh melebihi apresiasi intelektual atau perhitungan ekonomi, karena baginya setiap makhluk adalah saudari yang bersatu dengannya oleh ikatan kasih sayang. Itu sebabnya ia merasa terpanggil untuk melindungi semua yang ada. Muridnya, Santo Bonaventura, mengatakan bahwa, “ketika merenungkan bahwa segala sesuatu memiliki asal usul yang sama, Fransiskus dipenuhi dengan rasa kasih yang tambah besar dan memanggil semua makhluk, tidak peduli seberapa kecil, dengan nama ‘saudara’ atau ‘saudari” (Legenda Maior , VIII, 6, in Francis of Assisi: Early Documents, vol. 2, New York-London-Manila, 2000, 590)

Keyakinan seperti itu tidak dapat diremehkan sebagai romantisme yang naif, sebab berdampak atas pilihan-pilihan yang menentukan untuk perilaku kita. Jika kita memandang alam dan lingkungan tanpa keterbukaan untuk kagum dan heran, jika kita tidak lagi berbicara dengan bahasa persaudaraan dan keindahan dalam hubungan kita dengan dunia, kita akan bersikap seperti tuan, konsumen, pengisap sumber daya, hingga tidak mampu menetapkan batas-batas kebutuhan yang mendesak. Sebaliknya, jika kita merasa intim bersatu dengan semua yang ada, maka kesahajaan dan kepedulian akan timbul secara spontan. Kemiskinan dan kesederhanaan dari Santo Fransiskus bukanlah asketisme yang hanya lahiriah, tetapi sesuatu yang jauh lebih radikal: ia menolak mengubah realitas menjadi objek yang hanya untuk digunakan dan dikendalikan.”

Di ujung refleksi panjang Laudato Si, Paus Fransiskus mengusulkan dua doa. Tentang dua doa itu ia mengatakan, “Yang pertama dapat kita bagi dengan semua orang yang percaya kepada Allah, Pencipta yang mahakuasa; sedangkan yang kedua berupa permohonan agar kita, orang Kristen, mampu memegang komitmen kita terhadap ciptaan, sebagaimana ditetapkan untuk kita dalam Injil Yesus”. 

Mari menumbuhkan komitmen pribadi kita untuk memelihara, merawat dan menjaga ciptaan Allah yang sungguh amat baik adanya! Selamat Hari Raya Santo Fransiskus untuk keluarga Fransiskan dan segenap pencinta Si Miskin dari Assisi! Semoga damai senantiasa ada di hati, di keluarga, kominitas dan lingkungan sekitar kita!

Sambil mohon doa Santo Fransiskus, kita membarui komitmen untuk menjadi pembawa damai di bumi ini. Dalam bening dan hening batin, kita boleh menanggapi undangan Paus Fransiskus untuk berdoa:

Doa Umat Kristen bersama semua makhluk

Kami memuji Engkau, Ya Bapa,
bersama semua makhluk-Mu,
yang berasal dari tangan-Mu yang kuat.
Mereka adalah milik-Mu,
dipenuhi dengan kehadiran dan cinta-Mu
yang lembut.
Terpujilah Engkau!

Putra Allah, Yesus,
segala sesuatu diciptakan melalui Engkau.
Engkau dibentuk dalam rahim Maria,
Engkau telah menjadi bagian dari bumi ini,
dan Engkau telah melihat dunia
dengan mata manusia.
Sekarang ini Engkau hidup dalam setiap makhluk
dengan kemuliaan kebangkitan-Mu.
Terpujilah Engkau!

Roh Kudus, dengan terang-Mu
Engkau mengarahkan dunia ini kepada kasih Bapa
dan menyambut rintihan segala makhluk;
Engkau juga hidup dalam hati kami
untuk mendorong kami melakukan apa yang baik.
Terpujilah Engkau!

Ya Allah Tritunggal,
persekutuan kasih yang agung dan tanpa batas,
ajarkan kami untuk menatap Engkau
dalam keindahan alam semesta,
di mana segala sesuatu berbicara tentang Dikau.
Bangkitkan puji dan syukur kami
atas semua makhluk ciptaan-Mu.

Anugerahilah kami
agar dapat merasakan ikatan mendalam
dengan semua yang ada.

Allah yang mahakasih,
tunjukkan tempat kami di dunia ini
sebagai sarana kasih-Mu
untuk semua makhluk di bumi ini,
karena tiada yang Engkau lupa.

Terangilah para pemegang kekuasaan dan modal
agar mereka menjaga diri
terhadap dosa ketidakpedulian,
mencintai kesejahteraan umum,
memajukan orang lemah,
dan merawat dunia yang kami huni.

Orang-orang miskin bersama bumi memohon:
Ya Tuhan, peganglah kami
dengan kuasa dan terang-Mu
untuk melindungi segenap yang hidup,
untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik
untuk mendatangkan Kerajaan-Mu,
Kerajaan keadilan, damai, cinta, dan keindahan.
Terpujilah Engkau!
Amin

(Johnny Dohut OFM, calon imam Fransiskan, tinggal di Jakarta)

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

20 + eleven =