Laporan hari ketiga

Hawa dingin Pagal tak menyurutkan semangat peserta untuk menghadiri seminar dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang digagas oleh Pusat Ekopastoral Fransiskan Pagal. Lima pembicara dihadirkan. Sesi pertama menghadirkan dua pembicara tentang pangan dalam konteks iman kristiani. Pertama, P. Peter Aman, OFM. Direktur JPIC OFM Indonesia ini membawakan materi mengenai pangan dalam kaca mata iman kristiani, terlebih khusus dari sudut pandang ajaran sosial Gereja. Ia mengangkat tema-tema penting dari ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si. Kedua, Romo Simon Nama, Pr. Vikep Borong dan mantan ketua PSE Keuskupan Ruteng  berbicara mengenai pengalamannya selama berkarya di PSE keuskupan Ruteng, terutama dalam mendampingi dan usaha memajukan perekonomian umat Keuskupan Ruteng.

12038114_1509057576077444_4449717465719650622_n

Dalam sesi yang kedua, ada tiga pembicara yang berbicara tentang pangan dari perspektif dunia internasional dan kebijakan pemerintah. Pertama, P. Alsis, OFM membawakan materi tentang ketahanan pangan dari sudut pandang kebijakan global. Ketua Advokasi JPIC Flores ini menampilkan data-data aktual mengenai persoalan-persoalan pangan yang dihadapi dunia internasional dan terlebih khusus yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kedua, Bapak Ir. Vincent Marung berbicara tentang bagaimana kebijakan Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura. Bapak Vincent mensharingkan usaha Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam  usaha mencapai ketahanan pangan untuk masyarakat Manggarai, seperti pengadaan benih, pupuk, dan mesin-mesin produksi di bidang pertanian. Ketiga, Bapak Willem Masgun,  utusan dari Dinas Badan Pelaksana Penyuluh Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Manggarai,  berbicara tentang data-data Pemerintah Kabupaten Manggarai di bidang ketahanan pangan dan bagaimana datat-data tersebut menjadi dasar pengambilan kebijakan pemerintah di bidang pangan.

Suasana seminar sangat menarik terlebih karena tanggapan dari peserta seminar atas materi-materi yang dibawakan oleh pembicara, terutama tanggapan atas materi yang dibawakan oleh pihak pemerintah. Ada begitu banyak pertanyaan. Ada juga keraguan. Sedikit perasaaan tidak suka terlebih atas berbagai kebijakan yang diambil pemerintah atas pertanian di wilayah Manggarai. Karena itu nada sinis pun tak terelakkan lagi muncul dalam nada-nada tanggapan para peserta. Misalnya, soal pembagian pupuk ‘organik’ oleh pemerintah yang terindikasi tidak orisinil.

11219068_1509057932744075_8451786706661359575_n

Di hari ketiga itu juga,  demo pengolahan pangan lokal dilakukan. Para peserta HPS diajak untuk melihat pengolahan obat tradisional dan pangan lokal, seperti pengolahan bumbu-bumbu dapur menjadi obat-obatan. Pengolahan singkong menjadi aneka kue dan makanan. Ada juga demo pembuatan sombu (makanan tradisional orang Manggarai). Dan yang tidak kalah menarik dari sesi ini adalah pengolahan sayur yang diambil dari daun-daun di hutan, seperti daun dan buah pohon ara.

Kegiatan hari ketiga ditutup dengan rekomendasi dari peserta untuk ekopastoral. Ada yang mengharapkan supaya ekopastoral kembali menghidupkan kelompok-kelompok lama. Ada yang mengharapkan supaya ekopastoral membuka kelompok-kelompok baru. Ada juga rekomendasi supaya ekopastoral mengadakan pelatihan untuk guru-guru yang sekolahnya mengembangkan Pertanian Organik. Ada begitu banyak rekomendasi. Ada setumpuk harapan. Ada segudang cita-cita. Semuanya untuk memajukan para petani di Manggarai.    (laporan : Faris Jebada, OFM)

11219068_1509057932744075_8451786706661359575_n

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × one =