(Hari keempat)
Kegiatan HPS ditutup dengan perayaan ekaristi di Gereja Kristus Raja Pagal bersama umat Paroki Pagal dalam perayaan ekaristi yang kedua di hari Minggu 18 Oktober 2015. Perayaan ini seluruhnya menggunakan bahasa Manggarai dan semua umat menggunakan busana adat Manggarai. Tidak terkecuali para pesrrta HPS yang datang dari berbagai tempat di Manggarai.
Perayaan ekaristi inkulturasi dipimpin oleh direktur JPIC OFM Indonesia, P. Peter Aman, OFM, didampingi para saudara imam Fransiskan. Dalam homilinya, Pater Peter yang juga adalah Dosen Moral di STF Driyarkara Jakarta ini menghimbau umat di Paroki Pagal, dan terlebih khusus para peserta HPS untuk tidak merasa lelah dalam memperjuangkan keutuhan lingkungan hidup. “Tantangan dan kesulitan tidak perlu menjadi alasan untuk melepas rasa peduli kita atas keutuhan ciptaan”, demikian ditegaskan Pater Peter. Selain itu, Pater Peter juga mengingatkan semua yang hadir untuk tetap merawat mata air. Sebab, tanpa air kebun pertanian, sawah, ternak, bahkan manusia akan mengalami kesulitan, kehilangan kehidupan. Air adalah segalanya bagi kehidupan manusia.
Supaya air tetap ada, maka kita juga dituntun untuk merawat hutan. Karena itu, jangan biarkan hutan kita dirusak dan disalahgunakan. Jangan biarkan hutan kita dijual untuk kepentingan pemerintah atau pribadi-pribadi tertentu. Hutan adalah hak rakyat.
Perayaan ekaristi penutupan HPS turut dimeriahkan oleh koor adat dari SMAN I Cibal.Suara siswa/i yang merdu dipadu dengan alulan musik yang harmonis membuat suasana misa semakin khusyuk. SMKN I Cibal juga menyumbangkan tarian pembuka dan persembahan untuk memeriahkan perayaan ini. Perayaan ini menegaskan juga bahwa pada kenyataan bahwa kebudayaan dan kesenian dapat mengekspresikan iman yang sejati.
Pada akhir seluruh rangkaian acara, para peserta ulang tahun ekopastoral dan HPS dibekali dengan bibit pohon buah-buahan. Pater Tobi OFM memimpin perayaan pemberkatan benih. Setelah diberkati, bibit-bibit itu dibagikan kepada para peserta sebagai pohon kenangan.
Semoga kita tetap memelihara ingatan bahwa kehidupan manusia di bumi tak pernah lepas dari alam semesta, juga para petani. (Laporan akhir: Faris Jebada, OFM)