Sdr. Charles Talu, OFM
Ekaristi disadari sebagai elemen penting yang mendasari iman kristiani. Ekaristi sebagai puncak dan sumber hidup kristiani, bukan sekedar ritual tetapi sungguh merupakan sumber dan daya kekuatan yang membantu umat beriman (jika dihayati) dalam mengarungi kehidupan ini.
Ekaristi menjadi dasar yang kokoh dan daya yang ampuh dalam membangun hidup bermasyarakat, menjalin relasi dengan sesama dan juga terhadap lingkungan hidup. Di tengah masifnya persoalan lingkungan hidup, kita perlu menimba daya dan kekuatan dari Ekaristi yang adalah kehadiran Allah sendiri melalui Puteran-Nya dan dalam Roh Kudus untuk menjadi manusia yang peduli dan berbagi juga terhadap lingkungan hidup. Merayakan Ekaristi berarti siap membangun Keluarga Besar Allah dalam semesta.
Perayaan Ekaristi: Perayaan Keutuhan Ciptaan
Saat kita merayakan Ekaristi, kita mengenangkan dan menghadirkan Misteri Paskah, yakni wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan sekaligus merupakan perayaan keutuhan ciptaan.
Dalam doa-doa dan simbol-simbol Ekaristi terungkap secara jelas bagaiamana melaluinya kita mengungkapkan pujian kepada Allah atas ciptaan-Nya. Selain itu, iman yang kita rayakan sebenarnya merupakan perayaan kehidupan kita sendiri, yaitu kehidupan bersama kita dengan Allah, sesama dan alam lingkungan, yang menampilkan keutuhan.
Karena itu, perayaan liturgi terutama Misa Kudus tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan dan perjuangan konkrit sehari-hari. Pada akhir perayaan Ekaristi kita diutus untuk mewartakan dan menghadirkan kebaikan Tuhan: Ite Missa est! Pergilah kalian diutus!
Kesegaran dan kesejukan rohani yang telah kita terima dalam perayaan Ekaristi hendaknya bukan untuk kepuasan pribadi, tetapi agar kita dikuatkan kembali untuk melanjutkan perutusan kita di tengah dunia ini. Karya penebusan Tuhan yang mengembalikan keutuhan ciptaan yang telah kita rayakan pada saat Ekaristi, itulah yang kita bawa dan tampilkan dalam kehidupan konkrit.
Paus Benediktus XVI dalam Anjuran Apostolik Sacramentum Caritas tanggal 22 Februari 2007, no 92, menulis demikian: “Spiritualitas ekaristis yang mendalam juga mampu mempengaruhi tatanan masyarakat secara nyata untuk mengembangkan spiritualitas ekaristis itu, dalam bersyukur kepada Allah lewat Ekaristi, orang-orang Kristen hendaknya menyadari bahwa mereka berbuat demikian atas nama seluruh ciptaan, sambil mengharapkan pengudusan dunia dan bekerja secara tekun sampai akhir”.
Dengan kata lain, melalui Ekaristi, kita diundang untuk bekerjasama dengan Allah, memabngun keluarga besar Allah dengan ambil bagian dalam karya pengudusan dunia melalui tugas perutusan kita masing-masing. Kita diajak untuk berupaya dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab dalam melindungi ciptaan. Iman kita dalam Ekaristi semakin terwujud jelas dalam ungkapannya terutama untuk memberi perhatian pada lingkungan hidup yang makin hancur.
Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah menetapkan bersama bahwa tema Natal pada Tahun 2015 ini adalah “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah.” Tema ini diinspirasikan dari teks Kejadian 9:16: “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.”
Kesadaran bahwa hidup bersama selalu mencakup seluruh elemen ciptaan, semua keluarga kosmis, bukan hanya manusia saja. Allah selalu mengingat janji-Nya terhadap seluruh makhluk ciptaan-Nya, anggota keluarga-Nya yaitu janji keselamatan.
Merayakan Natal, berarti merayakan keselamatan seluruh semesta, seluruh keluarga Allah di alam semesta. Peristiwa Natal sejatinya adalah peristiwa seluruh kosmis, segala makhluk baik di Surga maupun di bumi, bersama-sama mengidungkan kemuliaan bagi Allah, “Gloria in ex celcis Deo”.
Pesannya menjadi sangat jelas, bahwa jika kita merayakan Natal, ingatlah akan panggilan kita, juga, untuk mewujudkan keselamatan semesta. Tugas itu selalu didengungkan terus menerus melalui perayaan Ekaristi. Setiap kali merayakan Ekaristi kita melakukan anamnese mengenai seluruh kehidupan Kristus yang menyelamatkan, termasuk menyelamatkan alam semesta ini, yang adalah anggota keluarga Allah.
Siap Untuk Peduli dan Berbagi
Kita patut mengapresiasi segala bentuk kepedulian dan perhatian yang besar dari orang-orang yang berniat baik untuk menyisihkan waktu, pikiran dan tenaga demi terciptanya keutuhan ciptaan dan terbentuknya keluarga besar Allah dalam kosmis.
Banyak ide yang telah dihasilkan, berlimpah usaha telah dilakukan, beragam suka dan duka yang telah diterima, itu semua karena iman yang teguh akan karya Allah yang dialami dan dibagikan kepada sesama melalui perhatian terhadap keutuhan ciptaan.
Untuk membangun keluarga besar Allah, tidak harus dan selalu dengan hal yang luar biasa, tetapi mulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana disekitar lingkungan kita, rumah, sekolah, kantor, kampus, kos-kosan, dan lain sebagainya.
Mulai dari kebersihan lingkungan sampai pada aksi solidaritas membantu para korban bencana alam termasuk merehabilitasi lingkungannya yang telah rusak (reboisasi, misalnya) ataupun bencana karena keserakahan, atau juga meluangkan waktu untuk berpikir bersama dengan masyarakat yang hak ulayatnya terganggu karena pertambangan yang mengganggu keharmonisan antara masyarakat lokal dengan lingkungannya, dan banyak lagi contoh yang lain.
Usaha-usaha sederhana tersebut kiranya bukan hanya sekedar humanisme belaka, tetapi sungguh karena digerakan oleh semangat iman kepada Allah yang mau peduli dan berbagi dengan manusia dengan menjadi manusia seperti kita, menderita dan wafat demi persatuan kita dengan Allah dan kini hadir untuk terus menghidupi kita melalui Ekaristi.
Tuhan hadir dan terus berkarya melalui kita dan bersama kita. Ekaristi bukan hanya kenangan akan karya penebusan Allah tetapi sungguh menghadirkan kembali karya itu dan sekaligus mengajak kita, umat beriman kristiani untuk menghadirkannya dalam kehidupan konkrit terutama untuk menjamin keutuhan dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan sekitar.
Akhirnya
Sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Melalui Ekaristi yang kita rayakan, pesan Natal seharunya selalu menjadi aktual. Ekaristi adalah perayaan pujian dan syukur atas karya penciptaan dan penebusan Allah.Karya Allah untuk mengembalikan kesatuan keluarga besar-Nya sendiri.
Allah terus berkarya untuk mencipta dan menebus dan sejak semula Ia telah memanggil kita untuk menjadi rekan sekerja-Nya, menjadi partner-Nya dalam mencipta dan menebus. Kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah agar kita mampu melihat dan memandang segala sesuatu baik adanya, sebagaimana Allah melihat dan memandang segala sesuatu baik adanya.
Kita seringkali lupa akan peran kita dalam karya penciptaan dan penebusan yang terus berlangsung hingga hari ini. Dalam Ekaristi kita menyadari kembali siapa kita di hadapan Allah dan apa tugas kita di dunia ciptaan-Nya ini. Melalui Ekaristi kita ditugaskan kembali untuk menjadi wazir (wakil) Allah dalam mempertahankan keutuhan seluruh ciptaannya, sesuai dengan konteks dan situasi hidup kita masing-masing untuk mempertahankan keluarga Allah. Selamat mempersiapkan diri menyambut kehadiran Tuhan dalam perayaan Natal.
Penulis adalah Staf JPIC OFM, tinggal di Jakarta.