Peringatan Hari Air, 22 Maret, dirayaan para Fransiskan di Komunitas Yosep Kupertino pada 21 Maret, di kapel biara St. Yosep Kupertino, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Hari Air mereka rayakan bersamaan dengan peringatan The Spirit of Assisi yang selama ini dirayakan setiap tanggal 27 dalam bulan. Frater Asep Cahyono memimpin ibadat tematis yang memadukan dua tema besar sore itu.
Spirit Assisi, kata Frater Asep, adalah spirit dialog dan perdamaian. Sore itu peserta mengenang kembali perjumpaan Fransiskus dan Sultan Malik Al Kamel pada masa perang salib levat video singkat berdurasi sepuluh menit. Ketika perang berkecamuk, Fransiskus menginisiatifi langkah dialog.
Setelahnya mereka bersama-sama mengucapkan syahadat air yang sungguh mengungkapkan komitmen untuk merawat dan memelihara dan dengan penuh hormat mensyukuri air sebagai anugerah Allah.
Spirit Asisi dirayakan kali ini bersamaan dengan perayaan Hari Air. Tidak serba kebetulan, Santo Fransiskus memulai sebuah revolusi cara pandang terhadap air.
Saat ini, air kerap hanya dilihat sebagai sumber daya, objek perebutan, incaran investasi yang berujung privatiasi dan melahirkan ketidakadilan dalam distribusi air. Padahal air adalah salah satu hak dasar yang wajib dipenuhi negara.
Santo Fransiskus memandang air sebagai Saudari. Dalam Gita Sang Surya, air disapanya sebagai Saudari Air. Air juga tak sekadar saudari, ia pribadi berkeutamaan pula. Sebab pada Fransiskus air mengajarkan kerendahan hati. Air mengalir dan selalu menuju ke tempat yang rendah.
Sore itu, sepuluh peserta yang ikut dalam ibadat air menyatakan komitmen untuk menata relasi dengan Saudari Air. Ada yang menyatakan tidak akan mengkonsumsi air produk privatisasi, air air dalam kemasan dengan beragam variannya.
Yang lain menyatakan komitmen untuk mendukung reboisasi. Penggunaan air dengan penuh rasa syukur dan menggunakan air secukupnya juga diungkapkan. Sederet hal-hal kecil yang bila dilakukan bersama-sama, akan memiliki dampak yang luas.
PBB menetapkan tema Perayaan Hari Air tahun ini, “Better Water, Better Jobs”. Keprihatian akan nasib buruh yang bekerja di sektor air mendasari penetapan tema itu.
Hari ini, hampir setengah dari para pekerja di dunia – 1,5 miliar orang – bekerja di sektor air dan hampir semua pekerjaan sangat tergantung pada air dan orang-orang yang berperan penting dalam memastikan aman tidaknya air untuk dikonsumsi.
Namun jutaan orang yang bekerja di sektor air sering tidak diakui atau dilindungi hak-hak dasarnya sebagai buruh. Tema tahun 2016 – air dan pekerjaan – berfokus pada bagaimana kuantitas dan kualitas air yang cukup dapat mengubah kehidupan dan mata pencaharian buruh – dan bahkan mengubah masyarakat dan tata ekonomi.
Air dan pekerjaan mengandung kekuatan transformatif, mengubah kehidupan menjadi lebih baik! Belajar dari Santo Fransiskus, Saduari Air kiranya mengajak kita untuk senantiasa rendah hati.
Penguasaan dan monopoli atas sumber daya air tidak akan terjadi seandainya semua orang belajar rendah hati dan peduli dengan sesama! Dua hal yang dihidupi oleh Santo Fransiskus.
Semoga air tidak hanya memikat investasi dan privatisasi tetapi juga membuat kehidupan bersama menjadi lebih baik karena semua orang mendapat apa yang merupakan haknya!
Johnny Dohut, OFM
baca: World Water Day