Menjadi teman untuk para pengungsi adalah pilihan fundamental Jesuit Refugee Service (JRS). “Dalam perjalanan seringkali mereka mengalami kesulitan. Dan mereka tidak tahu kepada siapa mereka harus menyampaikan isi hatinya” ungkap Mas Dion, Staf Bidang Informasi dan Advokasi Jesuit Refugee Service (JRS)- Bogor, dalam diskusi di Kantor JPIC-OFM Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (23/4).
Semoga perjumpaan dengan para pengungsi menjadi undangan untuk terlibat membantu mereka. Dulu yang pertama kali membantu para pengungsi yang terdapar di pulau galang, kata Mas Dion, adalah para nelayan, dan bukan pemerintah.
Hospitalitas warga negeri ini, hematnya, sungguh luar biasa dalam menyambut para pengungsi! Ini menjadi modal sosial dan kultural kita.
Akan tetapi, mengutip Paus Fransiskus, ia menegaskan bahwa hospitalitas saja tidak cukup.
“Tidaklah cukup memberi roti jika tidak disertai upaya untuk membangun kemandirian. Kemurahan hati yang tidak mengubah situasi orang miskin tidaklah cukup. Belas kasih yang sejati, yang diberikan Allah dan diajarkan-Nya kepada kita, memanggil kita untuk memperjuangkan keadilan sehingga orang miskin menemukan jalan keluar dari kemiskinan”
Jesuit Refugee Service terpanggil untuk menemukan jalan keluar itu. “Kami mendengar, melayani, dan mengadvokasi hak-hak mereka sebagai manusia agar terpenuhi dengan baik. Para pengungsi memiliki hak untuk hidup, berekreasi, dan diperlakukan sebagai manusia. Kami hadir sebagai teman untuk para pengungsi dalam permainan rekreatif, pelajaran bahasa Inggris, melatih keterampilan menjahit dan kerajinan tangan, dan sebagainya. JRS juga memiliki layanan hukum (legal service) untuk membantu para pengungsu menyiapkan dokumen yang perlu untuk proses wawancara.”
“Kami ingin mengaktifkan peran Gereja untuk melihat isu ini secara lebih matang lagi. Di setiap tempat JRS selalu melapor dan berkoordinasi dengan Keuskupan setempat terkait kegiatannya. Sejauh ini juga ada kelompok-kelompk umat Katolik, antara lain di Surabaya, yang bekerja sama dengan kami dalam melayani para pengungsi” pungkas Mas Dion, lulusan SI Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada yang dua tahun terakhir bergabung dengan JRS Indonesia cabang Bogor