Degradasi Lingkungan
Kita menyadari adanya perubahan ekosistem di muka bumi ini. Dalam beberapa hal, perubahan itu tidak dapat ditarik kembali, misalnya penggundulan hutan, hilangnya beragam spesies, meningkatnya kelangkaan akan air di beberapa tempat sementara di tempat lain menderita karena bencana badai dan banjir.
Di samping itu penggunaan bahan bakar fosil, polusi tanah, air dan udara yang disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia mengakibatkan tidak hanya hancurnya flora dan fauna tetapi juga akibat yang tak terduga yaitu perubahan iklim yang secara nyata menjadi ancaman keberadaan manusia.
Masalah serius lainnya adalah terjadinya bencana kemanusiaan yang nampak melalui urbanisasi besar-besaran yang terus menerus. Adanya pembukaan lahan baru yg terus meningkat serta eksploitasi baik alam maupun manusia yg tak terkontrol menjadi penyebab semuanya ini.
Faktor Penyebab
Penyebab utama kehancuran dan kemerostoan yang ini sebenarnya sangatlah kompleks. Tetapi yang tidak perlu diragukan lagi satu yang paling utama adalah model perkembangan yang bagaikan predator dan tidak adil. Sistem ekonomi yang menjadi awal perpecahan Utara dan Selatan juga menjadi alasan masifnya eksploitasi terhadap alam dan mengusir manusia dari kehidupannya.
Negara kaya menghancurkan lingkungan dengan gaya hidup yang didasarkan pada konsumsi. Menguras sumber alam dan memproduksi sampah yang tidak dapat lagi diserap oleh alam. Pada saat yang sama, negara-negara miskin mengeksploitasi alam untuk mengatasi kesusahan hidup mereka.
Siapa yang seharusnya bertanggung jawab? Tanggungjawab terhadap situasi ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah, organissasi internasional atau perusahaan transnasional, tetapi juga terutama warga negara seperti kita ini juga, yang secara tidak sadar mendukung perkembangan seperti ini melalui gaya hidup kita.
Pertama-tama kita harus menydari sikap dan gaya hidup kita. Karena itu, sangat penting dan mendesak untuk menggantikan model perkembangan kita sekarang ini dengan sesuatu yang berkelanjutan dengan menemukan model produksi dan konsumsi yang sungguh-sungguh berkelanjutan.
Kita perlu mengubah gaya hidup kita yaitu cara kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kita sadari, gaya hidup kita secara aktual berkontribusi terhadap penghancuran lingkungan. Marilah kita menyadari dan melihat kembali akibat dari gaya hidup pribadi kita dan begitu juga dengan persaudaraan/ komunitas di mana kita tinggal terhadap lingkungan, dan selanjutnya perlu berpikir untuk mengambil langkah tepat dalam memperbarui hubungan kita dengan alam lingkungan.
Panggilan Iman dan Spiritual
Perubahan dapat dan berlangsung di setiap level masyarakat. Komunitas religius dan semua orang beriman dapat memainkan peran yang sangat penting untuk membangun kesadaran pada gaya hidup yang berkelanjutan.
Dengan berlandaskan pada iman kristiani kita dapat menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutanl. Hal tersebut (iman) menyiratkan gaya hidup yang mempertimbangkan relasi yang baik dengan seluruh ciptaan lebih penting ketimbang mengkonsumsi barang-barang. Hal ini berkaitan juga dengan saudara dan saudari dengan siapa kita berinteraksi, dan juga seluruh ciptaan.
Baca Juga: Menjaga Keutuhan Ciptaan Dalam Kehidupan Sehari-hari Bagian II: Permasalahan Air
Dalam spiritual Fransiskan misalnya, air, binantang, tumbuh-tumbuhan, gunung, lautan, bumi, sungai…. mempunyai tempat dalam kehidupan kita. St. Fransiskus menemukan wajah Sang Pencipta dalam tiap ciptaan. Dia menghormati kebutuhan tiap ciptaan sebagaimana kita baca dalam kisah serigala gubio. Fransiskus menyadari baik kebutuhan masayarakat Gubio maupun juga serigala. Dengannya, dia mampu mengembalikan kedamaian dan harmoni.
Selain itu dalam Konstitusi Umum Fransiskan dikatakn “Dengan mengikuti jejak St. Fransiskus, hendaknya saudara-saudara menunjukkan rasa hormat terhadap alam yang dewasa ini terancam dimana-mana; sedemikian rupa sehingga alam itu seluruhnya dibuat menjadi bagaikan saudara dan bermanfaat bagi semua manusia untuk kemuliaan Allah pencipta (Konsum. 71). Teks singkat ini mengekspresikan sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap Fransiskan terhadap saudari ibu bumi. Yaitu sikap hormat dan perhatian.
Yang Dapat Dilakukan
Dalam rangka memperhatikan ciptaan, kami mengusulkan sikap yang ugahari, bijaksana dan adil dalam menggunakan sumber-sumber alam dimulai dengan mengaplikasikan 3 (4) R (reduce, reuse, recycle – repaire). Kita mesti mengurangi penggunaan air dan energi, mengurangi sampah-sampah plastik, styrofoam, kemasan-kemasan plastik dan alumunium, menggunakan sarana-sarana transportasi yang hemat dan ramah lingkungan.
Selainitu, kita dapat mendukung gerakan kelompok-kelompok dan LSM-LSM yang memperjuangkan keadilan terutama bagi lingkungan hidup serta berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam hal yang berhubungan dengan keadilan lingkungan hidup.
Dalam praktis pribadi kita, kita mesti menghindari sikap yang berlebih-lebihan dan boros, dengan tanpa henti menikmati hal-hal kecil yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Sikap melepaskan secara sukarela sesuatu, hidup sederhana dan menikmati setiap anugerah yang diperoleh. Sikap ini merupakan sikap dasar iman dan spirit fransiskan untuk menghormati ciptaan dan menaruh perhatian pada kebaikan bersama. (Sdr. Charlest, OFM – berdasarkan Dokumen “Care for Creation in The Daily Life of Friars Minor)