Tujuh renungan sebelum makan para suster ADM. Foto: Rm. Fery, Pr.

Jika kita mencermati Ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si – Merawat Bumi Rumah Kita Bersama, banyak pesan yang dapat kita ambil daripadanya dalam rangka mewujudkan bersama kehidupan di atas bumi ini dan bersama saudari kita, Ibu Bumi.

Para suster ADM (Amalkasih Darah Mulia) dengan kreatif merumuskan 7 Renungan Sebelum Makan setelah mereka merefleksikan bersama dokumen di atas bersama Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Pr, seorang pendiri Eco Learning Camp, pada bulan September yang lalu.

“Tujuh (7) renungan ini sebenarnya diambil dari tradisi Plum Village, Biara Budhist pimpinan Biksu Thich Naht Hahn yang diolah dan diberi referensi dari Laudato Si. Dipakai di berbagai biara Plum Village, di Eco Camp, dan saat ret-ret ekologi para suster ADM di Sumba, September 2016 kemarin,” ungkap Rm. Fery, Pr.

Sebagai pengantar renungan itu, dikutp Laudato SI (LS) 227 berikut: “Salah satu ungkapan sikap ini adalah ketika kita sejenak berhenti bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan. Saya mengajurkan kepada orang beriman untuk kembali ke kebiasaan yang indah ini dan menghayati kedalamannya. Momen doa pemberkatan itu, meskipun sangat singkat, mengingatkan kita akan ketergantungan hidup kita pada Allah, memperkuat rasa syukur atas segala karunia ciptaan, mengakui upaya mereka yang telah menyediakan bahan tersebut, dan memperkuat solidaritas dengan mereka yang paling berkekurangan’ (Laudato Si – LS, 227)

Tujuh Renungan Sebelum Makan

  1. Makanan adalah anugerah alam semesta yang disipakan oleh tanah, air, mineral, cacing, mikroba, serangga, matahari, petani, pedagang, dan saudara/saudari di dapur. (LS, 22, 32, 40, 89, 129, 227)
  2. Makanlah dengan BERKEADILAN. Ambil secukupnya, habiskan yang telah diambil. Membuang makanan adalah mencuri dari orang miskin. Ingat masih banyak orang kelaoaran. Hindari sikap serakah dan budaya membuang. Belajar hidup sederhana dan secukupnya. (LS, 22, 50, 95, 161, 221, 222)
  3. Makanlah dengan BERKESADARAN dan penuh syukur. Sejenak diam memperhatikan semua warna, bentuk, aroma, rasa makanan dengan penuh perhatian (LS, 17, 101, 222, 223, 227)
  4. Makanlah dengan PERLAHAN_LAHAN. Kunyalah makanan perlahan-lahan sampai lumat dan menyatu dengan enzim di mulut sebelum menelannya. (LS, 19, 56, 105, 159, 218, 223)
  5. Makanlah dengan WELAS ASIH sehingga dapat meringankan penderitaan semua makhluk, melestarikan planet kita, mengurangi penyebab efek pemanasan global dan perubahan iklim, setiap kekejaman terhadap ciptaan apapun bertentangan dengan martabat manusia. (LS, 67, 68, 92, 130).
  6. Kita menerima makanan ini supaya merawat tali persaudaraan, membangun komunitas dan memupuk semangat berbagi dan melayani semua ciptaan. (LS, 11, 70, 82, 201, 221, 223, 227, 228)
  7. Saat telah menghabiskan makanan, perhatikan beberapa saat, bahwa kita telah selesai, piring sudah kosong dan bersih, betapa beruntung kita telah mendapatkan makanan. Bersyukurlah kepada Sang Pencipta yang memberi kita makan di jalan kasih dan pelayanan (LS, 96, 159, 211, 214, 220, 221, 227, 237).

Inspirasi di atas dapat kita terapkan dalam keluarga, lingkungan dan komunitas kita masing-masing. Melalui hal kecil dans ederhana ini kita dapat berpartisipasi secara serius dalam merenungkan, memikirkan, dan melakukan upaya penyelamatan bumi rumah kita bersama ini.

Sdr. Charlest, OFM

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here