Manggarai-Ekopastoral Fransiskan, Dua puluh delapan (28) siswa dan siswi dari SMK I Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat dan tujuh (7) siswa-siswi dari SMKN I Wae Ri’i Kabupaten Manggarai melakukan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Pusat Ekopastoral Fransiskan di Pagal, Manggarai-Flores, pada bulan Juni-Agustus 2016 yang lalu.
Kedua sekolah tersebut selama ini telah menjalin kerja sama yang baik dengan Sekretariat Pusat Ekopastoral Fransiskan yang bergerak dalam usaha pelatihan, pendampingan dan pengembangan pertanian organik dan konservasi kepada para petani di Manggarai.
Prakerin merupakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha atau dunia industri dalam upaya meningkatkan mutu siswa-siswi Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.
Prakerin juga membantu menambah bekal pengetahuan untuk masa mendatang guna memasuki dunia persaingan kerja yang semakin banyak dan ketat. Fokus Prakerin kali ini adalah belajar sekaligus mempraktekan keahlian dalam bidang tanaman pangan dan holtikultura.
Selama prakerin siswa-siswi prakerin didampingi dan dilatih oleh staf ekopastoral yang sudah profesional dalam pengembangan pertanian organik.
“Kami dari pihak sekolah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak ekopastoral agar anak-anak kami dibimbing dan dilatih sesuai dengan basik ilmu yang mereka pelajari di sekolah,” kata ibu Nesti salah satu guru dari SMKN Wae Ri’i pada saat menyerahkan siswa-siswi prakerin kepada Ekopastoral Fransiskan.
Lebih lanjut ia berharap agar setelah menyelesaikan prakerin ini, anak-anak mereka bisa mengaplikasikan semua ilmu yang didapat di ekopastoral ke sekolah tempat mereka menimba ilmu.
Selama masa prakerin siswa-siswi dilatih bagaimana melakukan proses pembudidayaan tanaman pangan dan hortikultura di lahan kering, pengolahan sawah, pembuatan pupuk bokasi dan cair, dan bagaimana melakukan konservasi.
Lahan kering
Pembudidayaan tanaman pangan dan hortikultura dimulai dari pengolahan lahan, pemberian pupuk awal, pola tanam, perawatan, penggemburan, pengendalian hama dan penyakit, pemulsaan, paska panen dan analisis pasar.
“Pada pembudisayaan tanaman pangan dan hortikultura, anak-anak dilatih mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, dan pola tanam. Yang paling penting dari proses ini adalah pengolahan lahan yaitu dengan cara membuat bedengan permanen dengan system double digging,” jelas Dedi Jutasmi, koordinator lahan kering yang menjadi pendamping anak-anak selama kegiatan pembudidayaan tanaman pangan dan holtikultura.
Lita, siswi SMKN I Wai Ri’i mengatakan bahwa pelatihan membuat bedengan permanen dengan sistem double digging merupakan pengalaman dan ilmu baru bagi anak-anak peserta prakerin.
“Kami senang bisa belajar membuat bedengan permanen dengan sistem double digging. Di sekolah kami hanya diajarkan untuk membuat bedengan biasa. Ini merupakan ilmu yang baru bagi kami sehingga sampai di sekolah nanti kami pasti akan menerapkannya,” ungkap Lita dengan wajah senang.
Selain mengenalkan bedengan permanen sistem double digging, Ekopastoral juga memperkenalkan kepada peserta berbagai jenis tanaman sayuran.
“Di ekopastoral kami bisa mengetahui berbagai jenis tanaman sayuran yang di budidaya. Ada 17 jenis sayur yang dibudidayakan disini diantaranya vanboks, brokoli, kol, wortel, tomat, buncis, caisim,ercis, Lombok, lobak, jagung manis, kailan,” tutur Okan peserta prakerin dari SMKN I Kuwus.
Sementara itu Evan, siswa dari SMKN I Wae Ri’i mengatakan bahwa selain berkenalan dengan 17 jenis sayur yang dibudidayakan, mereka juga belajar bagaimana melakukan penanaman, pemupukan, dan perawatannya.
Menarik bahwa dalam kegiatan pembudidayaan, anak-anak tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok membudidayakan satu jenis tanaman hortikultura dan bertanggung jawab penuh terhadap semua proses pembudidayaan jenis tanaman tersebut.
Kerja kelompok ini merupakan bagian dari upaya yang dilakukan Ekopastoral untuk membentuk karakter anak dan melatih mereka untuk bekerja sama, bertanggung jawab dan mandiri.
Proses akhir dari pelatihan tanaman pangan dan holtikultura adalah pemasaran. “Anak-anak juga kami ikutsertakan dalam proses pemasaran. Hal ini penting agar mereka mengetahui pasar dan lebih dalam lagi agar mereka bangga dengan hasil kerja mereka,” jelas Dedi.
Lahan Basah
Selain di lahan kering, peserta prakerin juga melakukan pelatihan bagaimana mengolah dan menanam padi sawah. Pelatihan pengolahan dan penanaman padi diajarkan oleh Dus Kader, staf ekopastoral, koordinator yang membidangi lahan basah.
Menurut Dus peserta prakerin tidak terlalu banyak menghadapi masalah dalam pengolahan lahan basah. Justru yang menjadi kendala adalah ketersediaan air di sawah.
“Kendalanya hanya air. Pada saat penyiangan tahap I ketersediaan air berkurang yang menyebabkan anak-anak menghadapi kesulitan untuk mencabut gulma,” jelas Dus.
Pembuatan pupuk bokasi dan cair
Pupuk adalah unsur penting yang harus selalu ada dalam pertanian. Ekopastoral selama ini mengembangkan sendiri pupuk bokasi dan cair untuk semua jenis tanaman yang ada di sana. Para peserta prakerin pun dilatih bagaimana membuat pupuk bokasi dan cair.
“Di bidang pupuk, peserta prakerin dilatih dan diberi pengetahuan bagaimana membuat pupuk bokashi dan pupuk cair,” jelas Hans Nai, kepala bidang pengadaan pupuk di Ekopastoral.
“Di ekopastoral kami mendapatkan pengalaman serta ilmu baru dan lengkap yang tidak hanya proses pembudidayaan tanaman sayur tetapi juga budidaya tanaman padi serta tanaman pangan lokal. Ini seperti angin segar untuk kami bisa kembangkan hal itu di sekolah ataupun dalam kehidupan bermasyarakat nantinya” ujar Fahrin, siswa SMKN I Kuwus.
Bidang lain yang diajarkan Ekopastoral kepada anak-anak prakerin adalah konservasi. Di bidang konservasi, anak-anak, diajarkan bagaimana cara penyiramana tanaman dengan sistem tetes, perorakan cengkeh serta pengokeran beberapa jenis kayu lokal.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, kegiatan lain yang mendapat tanggapan positif dari peserta prakerin adalah pembuatan polibag dari bahan-bahan anorganik seperti kaleng dan botol-botol bekas.
“Kami senang diajarkan membuat polybag dari bahan-bahan anorganik seperti kaleng dan botol-botol bekas. Benar-benar bermanfaat,” ujar Lita.
Mampu menciptakan lapangan kerja sendiri
Koordinator Ekopastoral Pastor Andre Bisa OFM mengatakan bahwa siswa-siswi prakerin sangat antusias dalam menjalankan semua kegiatan yang ditawarkan oleh Ekopastoral.
“Kami berharapa segala ilmu, pengalaman yang telah didapatkan selama prakerin dapat bermanfaat dalam menghadapi menghadapi dunia kerja nyata saat kalian sudah menamatkan studi,” pesan Andre kepada mereka saat acara penutupan dan perutusan siswa-siswi prakerin.
Lebih lanjut ia juga berharap agara siswa-siswi peserta prakerin mampu menciptakan lapangan kerja baik untuk diri sendiri maupun orang lain demi membantu mensejahterakan kehidupan banyak orang.
Peserta prakerin dalam laporannya menyatakan bahwa kegiatan prakerin ini benar-benar bermanfaat bagi mereka. Karenanya mereka tidak mau melewatkan setiap kegiatan yang diagendakan selama prakerin. Mereka melaksanakan semua kegiatan tersebut dengan senang.
“Dari semua bidang praktek yang dijalankan di Ekopastoral, bidang yang menyenangkan adalah budidaya tanaman di lahan kering, membudidayakan tanaman lokal, mendapatkan teori konservasi dan pembuatan polibag dari bahan-bahan anorganik seperti kaleng dan botol-botol bekas,” tulis Lita dan Evan dalam laporan yang akan disampaikan kepada pihak sekolah.
Lita dan Evan dalam laporannya juga mengungkapkan pentingnya pertanian organik dalam rangka ketahanan pangan.
“Kami menemukan di sini bahwa pertanian organik terkait erat dengan upaya strategis melestarikan hutan dan air agar usaha pertanian terjamin secara berkelanjutan; Pertanian organik dapat menjamin ketahanan pangan dan ketersediaan tanaman obat-obatan; Juga bahwa kekayaan pangan lokal dan obat-obatan tradisional perlu dipelihara dan dilestarikan demi kelangsungan hidup segenap ciptaan,” tulis Lita dan Evan.***
Servacia Suwarni, Staf Ekopastoral Fransiskan