Para kontestan "Nyong Fransiskan 2016"

Kebhinekaan sebagai kenyataan hidup berbangsa dirayakan secara kreatif oleh para Frater OFM di Jakarta dalam pentas seni bertema “Kebhinekaan dalam Sarung”, Selasa (27/12/2016), pukul 18.30- 23.15 WIB. Orang-orang muda kreatif pengikut Santo Fransiskus Assisi ini tampil dengan beragam sarung. Mereka mengenakan sarung dari daerahnya masing-masing seperti Jawa, Flores, dan Sumatera.

Beberapa peserta menyempurnakan penampilan dengan kemeja batik, selendang, destar, tas, dan topi khas daerah-daerah tertentu.

Dalam pentas seni yang berlangsung di Aula SMAK/SMK St. Fransiskus Assisi, Kampung Ambon, Jakarta Timur itu mereka menampilkan beragam acara seperti musikalisasi puisi, fragmen, orasi kebudayaan, lomba fashion Show, nyanyian daerah dan kebangsaan, dll.

Turut hadir dalam acara pentas ini beberapa pendamping para frater dan simpatisan yakni orang-orang muda Katolik pencinta St. Fransiskus Assisi.

Frater Mikael Santrio OFM selaku ketua panitia menuturkan, acara ini sudah disiapkan sejak sebulan yang lalu  bersama para frater yang lain di tengah-tengah kesibukan mereka sebagai mahasiswa. Masih menurutnya, kegiatan ini  bukan baru pertama kali diadakan tetapi sudah dimulai sejak tahun lalu. Saat ini, pentas seni dengan busana khas sarung menjadi salah satu agenda dalam kalender pendidikan frater OFM Indonesia.

“Acara ini merupakan cara kami merayakan perbedaan yang tidak bisa ditolak dalam kehidupan kami di biara khususnya dan di Indonesia umumnya. Selain itu, kami ingin menunjukkan kreatifitas dan bakat yang ada pada kami masing baik sebagai individu maupun sebagai sebuah komunitas persaudaraan,” tutur Santrio yang tanpak ceria dengan suksesnya acara yang mereka rencanakan.

“Melalui kegiatan seperti ini, kami menempa diri untuk makin kreatif dan terutama agar bisa memaknai perbedaan-perbedaan yang ada sebagai suatu keindahan” harap Ketua Forum Komunikasi Suadara-Saudara Muda-Fransiskan Indonesia (FORKASI) yang malan itu tampil dengan mengenakan Songke (Sarung tenun dari daerah Manggarai).

Pastor Andre Atawolo OFM yang membawakan orasi kebudayaan dengan judul “Aku, Engkau, dan Kita” mengatakan bahwa sejauh pengalaman dan pengamatannya pada masa kecil, membuat sarung itu tidak mudah. Selembar sarung dibuat dari berbagai macam bahan yang berbeda sehingga menghasilkan sebuah sarung yang indah dan layak digunakan. Demikianlah halnya dengan Indonesia, menjadi bangsa yang indah karena kita disatukan dalam perbedaan.

Hal senada diungkapkan oleh Fr. Yerri Lando OFM. “Dari sarung yang terdiri atas beragama warna saya menemukan sebuah keindahan. Keindahan itu terjadi ketika perbedaan-perbedaan yang ada dipadukan tanpa harus menghilangkan kekhasan masing-masing,” tandasnya.

Yerri berpesan, “semoga kita semakin bersatu dalam perbedaan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Karena perbedaan itu indah. Jika keberagaman dipaksa menjadi seragama itu bukan Indonesia.”

Sdr. Ryan Safio

 

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen + 18 =