Saudara Valens Dulmin memaparkan materi

Pada hari kedua (Selasa, 20/12/2016)  kursus Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) yang berlangsung selama tiga hari (19-21 Desember 2016) di ruang kuliah STF Driyarkara Jakarta, para frater OFM yang lebih sering disapa dengan Saudara-saudara Muda mendalami kasus perdagangan manusia. Saudara Valentinus Dulmin dari JPIC-OFM Indonesia hadir sebagai pemateri. Dalam pemaparannya, Sekretaris Eksekutif JPIC-OFM Indonesia ini menunjukkan data yang mencengangkan. “Tujuh puluh  Persen kasus perdagangan manusia di Asia terjadi di Indonesia. Provinsi Jawa Barat menempati peringkat pertama sebagai daerah penyumbang kasus perdagangan manusia terbanyak. Selain itu, ada juga daerah  lain seperti NTT, NTB, Jawa Tengan, Jawa Timur, dll” papar advokat asal Manggarai ini.

Valens, begitu pemateri akrab disapa, menuturkan bahwa persoalan perdagangan manusia di Indonesia sangat pelik. “Ada banyak kasus yang hingga hari ini belum selesai ditangani. Modus kasus perdagangan manusia yang beliau temukan dan dari sharing orang-orang yang beliau jumpai antara lain iming-iming lapangan pekerjaan, kesenian, dan budaya”, tambahnya.

Ada banyak korban yang ditipu dengan menyediakan lapangan pekerjaan namun ternyata dijadikan pekerja seksual. Yang banyak menjadi korban antara lain perempuan dan juga anak-anak. Ada juga korban laki-laki dimana mereka diperkerjakan tanpa dibayar.

Materi ini menurut Valens sengaja diberikan kepada para saudara muda agar peka dengan situasi masyrakat sekitar. Ada tiga hal yang perlu dipahami untuk mengidetifikasi masalah perdagangan manusia  yaitu proses, cara dan tujuan. Proses yang dimaksud adalah perekrutan, pengiriman dan pemindahan. Sementara yang dimaksud dengan cara yaitu pemaksaan, penipuan, dll, dan tujuan yaitu untuk mengekploitasi orang/korban.

foto: JPIC-OFM Indonesia. Diskusi Kelompok
foto: JPIC-OFM Indonesia. Diskusi Kelompok

Ketua Forum Komunikasi Saudara-Saudara Muda Fransiskan Indonesia (FORKASI), Sdr. Mikael Gabra Santrio OFM menanggapi materi yang disampaikan mengatakan materi yang disampaikan menggugah hati dan merupakan isu yang baru dan penting. Menurutnya, Dia dan rekan-rekan fransiskan muda lainnya harus mengetahui masalah ini karena merupakan persoalan kemanusiaan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Saya mengharapkan dengan mengetahui modus-modus dari kasus perdagangan manusia ini, di hari-hari mendatang saya dan saudara-saudara lainnya bisa menjadi agen untuk mensosialisasikan masalah ini ke masyarakat” tutur mahasiswa  Semester VI di STF Driyarkara ini.

Fr. Wahyu Prasetyo OFM, salah satu peserta mengaku terkesan dengan materi yang disampaikan. “Sangat terkesan karena boleh mendapat wawasan baru terkait menganalisis kasus perdagangan manusia yang sangat berdampak negatif baik fisik maupun psiikis”, tandasnya. Calon fransiskan asal Malang ini pun berharap kedepannya bisa menjadi agen untuk mengadvokasi kasus perdagangan manusia. “Saya menjadi tergerak untuk mensosialisasikan akibat-akibat yag terjadi dari kasus ini. baik melalui media atau perjumpaan.” katanya. “Jangan menutup mata dengan kenyataan yang ada tetapi keluar dari zona nyaman, jangan hanya selesai dengan kegiatan kursus ini”, lanjut Frater yang memiliki bakat melukis ini.

Rian Safio

Baca Juga: Belajar Berkesadaran Bersama Eco Learning  Camp

 

 

 

 

 

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 × two =