SMP Marsudirini Bekasi, bekerja sama dengan Komisi JPIC-OFM Indonesia, menyelenggarakan kegiatan penyadaran nilai-nilai JPIC (justice, peace, and integrity of creation/keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan) untuk 581 siswa-siswi kelas XIII dan IX, Rabu (11/1) di aula SMP Marsudirini Bekasi, lantai IV.
Terselenggaranya kegiatan ini merupakan bentuk upaya menumbuhkan kepekaan ekologis serta mengajak siswa-siswi untuk ambil bagian dalam upaya melestarikan lingkungan hidup.
Dalam pertemuan pagi hingga siang itu, tim JPIC-OFM memilih subtema keutuhan ciptaan (integrity of creation). Dalam pemaparannya Sdr. Asep menegaskan hakikat ciptaan yang sungguh amat baik adanya sebagaimana dikatakan dalam Kitab Kejadian.
“Tuhan mencipatakan gunung yang indah, sungai, laut, hutan serta aneka satwa yang membuat kita kagum” ungkap Sdr. Asep.
Namun keindahan itu, lanjutnya, dinodai oleh kerakusan manusia yang membabat hutan, mencemari sungai, laut dan sebagainya. Manusia mengambil sikap yang salah dalam relasi dengan alam.
Lantas bumi sebagai rumah kita bersama, berubah menjadi tempat yang tidak nyaman untuk dihuni. Pemanasan global, polusi udara, tanah, dan air Karena ulah manusia mengancam kehidupan aneka makluk di bumi.
Manusia, tegas Sdr. Asep, harus bertanggung jawab atas semua kerusakan ini. “Kalaupun tidak bisa merangkul bumi dengan lengan, kita masih bisa melakukannya lewat hal-hal kecil yang bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya tidak membuang sampah sembarangan, merawat tanaman di sekitar rumah, dan sekolah”
Peduli Ekologi dan Hidup Sehari-hari
Persoalan lingkungan (ekologi) punya hubungan yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Karena itu upaya menyelamatkan ekologi mesti mulai dengan membiasakan hal-hal baik yang mendukung kelestarian bumi dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian Sdr. Charlest mengajak siswa-siswi untuk peduli ekologi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya; hemat menggunakan air, mematikan keran saat menggosok gigi di wastafel, tidak membuang sampah dan zat beracun ke sungai, mematikan lampu dan AC saat meninggalkan kamar dan sebagainya.
Pertemuan memuncak dengan ‘ritual snack’. Melalui ritual ini, Sdr. Johnny dan Saduara Valens mengajak siswa-siswi untuk menikmati Taro, makanan ringan yang disediakan saat itu, dengan kesadaran akan semua pihak yang terlibat dalam seluruh proses menghasilkannya.
Mereka adalah para petani, pedagang di pasar, tengkulak, karyawan perusahan, distributor dan sebagainya. Melalui ritual makan dengan kesadaran ini, keduanya hendak menyampaikan pesan bahwa hidup kita hanya bisa berlangsung karena ditopang oleh berbagai macam hal. Itulah ekologi, keterkaitan segala sesuatu. Bahwa tidak ada yang bisa hidup sendiri tanpa keterkaitan dengan yang lainnya.
Keduanya juga menyampaikan pesan Paus Fransiskus untuk tidak membuang-buang makanan. “Membuang-buang makanan sama dengan merampas hak orang miskin” tegas Saudara Valens.
Ritual berakhir dengan perumusan komitmen ekologis pribadi masing-masing peserta. Yuga Samuel, kelas IX. 4, menyatakan “Saya mau mulai lebih memikirkan tentang kebutuhan orang lain”. Teman sekelasnya, Ambrosius R. A. berniat untuk menghabiskan makanan dan tidak membuang-buang makanan. Sementara bintang, dari kelas IX. 2 berkomitmen untuk menghemat penggunaan listrik.
Kegiatan berakhir pukul 12.00. Siang itu mereka meninggalkan ruangan dengan membawa komitmen masing-masing untuk peduli ekologi melalu tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari. “Perubahan besar hanya bisa dicapai melalui hal-hal kecil yang dilakukan dengan setia” pungkas Saudara Valens.
Redaksi