tidak ada satu peristiwa apa pun dalam kehidupan
yang dihuni oleh manusia ini yang tidak bersifat hijrah
seandainya pun ada benda yang beku, diam
dan seolah sunyi kekal
ia tetap berhijrah dari jengkal waktu
ke jengkal waktu berikutnya
ia berlaku dan berjalan
pada tebing dua ribu enam belas
akhir waktu tidak pernah ada
ia buang ingus, buang air besar, melakukan transaksi, banking, ekspor impor, suksesi politik, revolusi, pilkada, apapun saja, adalah hijrah
ia bukan tanpa tujuan
ALLAH adalah ke mana dan akhir hijrahnya
lantas, apa yang ia cari?
beginilah titah tebing dua ribu enam belas:
“kembalilah kepada siapakah dirimu
engkau adalah hijrah
dan hijrah adalah pusat jaring nilai dan ilmu
dari gerak dalam fisika dan kosmologi hingga perubahan dan transformasi dalam kehidupan sosialmu
tinggal engkau bersyukur karena bahwa model hijrah sudah ditunjukkan kepadamu oleh Emanuel yang telah lahir dan tinggal di antara kamu
yang bisa engkau langsung gunakan untuk berhijrah, berpindah atau lebih tepatnya bertransformasi,
semacam proses perubahan atau penjelmaan
dari hanya materi ragawi ke hampir Ilahi “
ia bukan apa-apa
juga bukan siapa-siapa selain berhijrah dari
dan ke kesalehan
yang kesalehannya tidak hanya diukur lewat shalatnya
yang tidak melulu dilihat dari banyaknya ia hadir di kebaktian atau misa
kesalehanya adalah output sosialnya: kasih sayang,
sikap demokriatis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi dan membantu sesama
itulah hijrahnya
itulah hakekatnya
di dunia fana
maka ia pasti manusia beragama
ia butuh agama
agama adalah akhlak
adalah perilaku
adalah sikap
manusia beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya
yang menghormati orang lain, meski beda agama
dan keyakinannya
yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum tertindas
yang tidak melicinkan lututnya
berlutut berdoa khusuk di gereja
sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan
pada teping dua ribu enam belas
ia melepas lelah dan menghujam rasa ke dalam raga
ia dan teman-teman seusianya tidak tahu
entah ke berjalan ke mana
yang tidak tahu lagi mana utara mana selatan
yang nyandu narkoba, yang cengengesan karena tontonan-tontonan mereka memang hanya mendidik mereka untuk cengengesan
yang kehilangan masa depan, yang tidak peduli pada kebenaran dan tidak menomor-satukan Tuhan
apakah mereka berdosa sendirian?
tidak, tidak!
mereka adalah generasi yang tidak punya waktu dan tidak memiliki tradisi untuk tahu beda antara kalimat sindiran dengan bukan sindiran
yang tak tahu apa itu ironi, sarkasme dan caci-maki
meskipun seseorang yang ditontonnya di layar kaca adalah maling
asal orang itu omong seperti pastor dan pendeta,
maka ia dianggap agamawan
meskipun seseorang itu sudah terbukti korupsi
asal ia omong seperti ahli kitab suci dan rajin memberikan sumbangan, maka ia dianggap dermawan
(gnb:tmn aries, jkt:rabu:28.12.2016)