Kerusakan lingkungan hidup merupakan isu penting saat ini karena menyangkut keberlanjutan kehidupan umat manusia dan masa depan bumi. Perubahan suhu dan cuaca yang terjadi akhir-akhir ini, membuat masyarakat terutama para petani dan nelayan menjadi bingung. Mereka tidak lagi bisa menentukan waktu yang pasti untuk bercocok tanam dan mencari ikan. Hal ini berdampak bagi keberlangsungan hidup mereka.

Pemanasan global, perubahan cuaca, bencana alam, merupakan tanda bahwa kehidupan manusia sedang terancam karena perbuatan manusia sendiri. Pada masa prapaskah ini, umat beriman kristiani memiliki kesempatan untuk melihat kembali sikap, perbuatan, dan gaya hidupnya dalam kaitan dengan alam. Setiap orang diajak untuk bertobat dan memperbaiki relasi dengan alam di masa pertobatan ini.

Penghancuran Alam, Penghancuran Manusia

Alam merupakan ciptaan Allah yang baik. Allah menyalurkan kasih kepada manusia melalui alam, dan alam memiliki nilai pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, manusia harus menjaga dan menghargai alam sebagai ciptaan Allah yang baik dan suci. Alam memberi dan menyediakan apa yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga manusia harus menggunakan alam dengan penuh tanggung jawab.

Bumi sebagai rumah kita bersama merupakan tempat bagi segala makhluk. Apa yang dilakukan oleh manusia memiliki efek bagi seluruh kehidupan yang ada di dalamnya. Hal ini terjadi karena dimensi relasional antara manusia dengan seluruh alam ciptaan.

Kerusakan alam yang terjadi saat ini merupakan akibat dari pemikiran dan sikap manusia yang rakus. Gejala konsumerisme, hedonisme, antroposentrime dan sistem ekonomi yang tidaK adil, merupakan gambaran dari kerakusan manusia. Alam dipandang hanya semata-mata sebagai obyek yang bisa dieksploitasi, digunakan dengan tanpa batas, tanpa memperhatikan masa depan bagi para penerus warga bumi.

Persoalan tentang lingkungan hidup erat kaitannya dengan gaya hidup konsumerisme. Keprihatinan ini disampaikan cukup jelas dalam Centesimus Annus (CA) no. 33, “selain masalah konsumerisme, yang memprihatinkan juga dan erat kaitannya dengan hal itu adalah persoalan lingkungan hidup. Manusia…secara berlebihan dan tidak teratur menyerap sumber-sumber daya bumi maupun hidupnya sendiri. dibalik pengrusakan alam dan lingkungan yang bertentangan dengan akal sehat ada kesesatan di bidang antropologi. Manusia yang menyadari bahwa dengan kegiatannya ia mampu mengubah dan dalam arti tertentu ‘menciptakan’ dunia, melupakan bahwa segala sesuatunya didasarkan atas karunia yang berasal dari Allah menurut maksudnya yang semula.”

Sikap-sikap kerakusan manusia ini, menimbulkan efek yang buruk bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Secara bertahap kehidupan manusia menjadi mundur, kualitas kesehatan semakin berkurang, bahkan relasi manusia bisa terputus karena sikap-sikap yang tidak ramah terhadap alam. Yang paling memprihatinkan adalah, orang miskin, tersingkir, dan yang terbuang adalah orang-orang yang pertama kali merasakan akibat buruknya. Manusia menjadi makhluk yang terisolir bagi dirinya sendiri. Kerusakan alam yang terjadi menunjukkan sebuah sikap ‘bunuh diri’, manusia secara perlahan menghancurkan dirinya sendiri.

Prapaskah Sebagai Momen Evaluasi Relasi

Menghargai kehidupan manusia berarti juga menghargai seluruh ciptaan Allah. Dengan demikian, setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat seluruh Ciptaan Allah dengan penuh perhatian. Hal ini juga merupakan bentuk kepeduliaan bagi keberlanjutan masa depan bumi dan umat manusia.

Paus Fransiskus mengungkapkan, “Creation is not a property, which we can rule over at will; or, even less, is the property of only a few: Creation is a gift, it is a wonderful gift that God has given us, so that we care for it and we use it for the benefit of all, always with great respect and gratitude.” Alam ciptaan merupakan rahmat Allah luarbiasa yang diberikan kepada kita, sehingga kita diajak untuk bertanggungjawab dalam menggunakan dengan penuh penghargaan dan syukur.

Manusia dan alam saling berkaitan. Alam yang rusak menandakan bahwa diri manusia mengalami kerusakan, begitu juga sebaliknya ketika manusia mampu menjaga, merawat, memperhatikan dan memperlakukan alam dengan baik, maka kehidupan manusia pun akan berlangsung baik. Relasi yang harmonis antara alam dan manusia memunculkan kebahagian bagi kehidupan dan masa depan bumi.

Prapaskah adalah saat tepat untuk memeriksa kembali diri dan sikap terhadap alam ciptaan. Sejauh mana sikap-sikap diri kita ramah terhadap alam? Apakah cara pandang kita terhadap alam masih eksploitatif? Kiranya amat baik, apabila membuat kegiatan konkret pantang dan puasa ekologis. Tujuannya agar setiap orang bisa lebih memaknai dan melihat relasi manusia dengan alam. Hal ini bisa menjadi sebuah perwujudan iman ekologis dalam kehidupan kita sehari-hari. Selamat merayakan Hari Penyempurnaan Ciptaan.

Sdr. Damianus Asep Cahyono OFM

Anggota Komisi JPIC-OFM Indonesia

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

thirteen − 7 =