OPINI_ JPIC OFM INdnesia, Sepak bola menjadi magnet yang menarik jutaan pasang mata. Setiap kali ada event selalu disaksikan oleh banyak orang. Apa lagi event-event sepak bola yang bergengsi seperti Piala Dunia, Piala Eropa, Liga Champions, Liga Eropa, Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dll. Para pemain sepak bola menjadi sasaran sorotan mata para “pecinta bola.”
Akan tetapi, sepak bola bukan hanya cerita mengolah si kulit bundar, meliuk-liuk di lapangan hijau, sorak-sorai ketika terjadi gol, dan kekecewaan ketika kebobolan. Tetapi sepak bola juga adalah “narasi” menularkan nilai-nilai kehidupan terlepas dari sisi-sisi hitam dari sepak bola itu sendiri.
Paus Fransiskus, sebagaimana dilansir Zenit.org, Kamis, 24 Februari 2017 mengingatkan para pemain, manajer dan staf pelatih Villareal, sebuah klub sepak bola Spanyol, untuk menjadi model dalam penghayatan nilai-nilai kehidupan.
“Banyak orang, terutama orang-orang muda, mengagumi dan mengamati Anda. Mereka ingin menjadi seperti Anda. Melalui profesionalisme Anda, Anda menularkan hal-hal yang orang-orang lain mengikuti Anda, terutama generasi baru,” demikian paus asal Argentina ini yang juga menyukai sepak bola.
Relevansi Sepak Bola dan Nilai-Nilai Kehidupan
Sepak bola menjadi sangat relevan untuk menjadi agen menyebarkan nilai-nilai hidup yang dewasa ini sudah mulai tergerus. Hal ini mengena pada masyarakat dewasan ini yang cenderung mengabaikan nilai persekutuan sembari mendewakan semangat individualisme. Orang-orang kehilangan cita rasa solidaritas dan empati terhadap satu sama lain.
Ketokohan para pemain sepak bola akan menjadi undangan bagi banyak orang untuk menghayati nilai-nilai kehidupan seperti pengorbanan diri untuk kepentingan bersama, sportivitas, dan saling memaafkan.
Anak-anak muda yang banyak mengidolakan para pemain sepak bola profesional masih sangat membutuhkan sosok yang bisa diteladani. Apa yang dilakukan oleh sosok idolanya akan diikuti. Oleh karena itu, para pemain sepak bola mesti menunjukkan sikap atau teladan yang pantas ditiru. Pada saat berlaga, ia tidak hanya sedang memperjuangkan kemenangan tim-nya tetapi serentak pula mengedukasi dan mentransmisi nilai-nilai untuk publik, khususnya para fans-nya.
Keutamaan lain yang ditemukan oleh paus Fransiskus pada pemain sepak bola adalah rasa syukur. “Jika kita berpikir tentang kehidupan kita, kita dibawa ke memori bahwa banyak orang yang telah membantu ktia dan tanpa mereka kita tidak akan berada di sini. Anda dapat mengingat mereka dengan siapa Anda bermain sebagai seorang anak, sahabat, pelatih, asisten, dan juga para fans yang mendorong Anda dalam setiap pertandingan dengan kehadiran mereka. Memori itu mengingatkan kita untuk tidak merasa superior tetapi menyadari bahwa kita adalah bagian dari tim yang hebat, yang mulai dibentuk sejak lama,” ingat Paus Fransiskus kepada seluruh tim Villareal.
Paus Fransiskus benar bahwa menjadi seorang pemain sepak bola yang hebat bukan semata-mata karena perjuangan sendiri melainkan juga karena bantuan banyak orang. Di dunia ini, tidak ada orang hebat karena dirinya sendiri semata-mata tetapi selalu dalam relasi dengan orang lain.
Rian Safio
Mahasiswa Semester Vi di STF Driyarkara-Jakarta
(Tulisan ini merupakan saduran dari pesan Paus Fransiskus kepada para tim Villareal, di Vatican, Kamis, 23 Februari 2017)