Pada sesi terakhir pertemuan tahunan KKP – PMP Regio Jawa, hadir ketua KKP – PMP KWI Romo Koko. Beliau hadir untuk mensosialisasikan pertemuan pleno KKP KWI yang akan berlangsung bulan September nanti.
Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan program tahun 2014 yaitu Menjadi Gereja yang Lebih Berani Beradvokasi, Romo Koko memberi catatan bahwa kebanyakan KKP masih memikirkan advokasi secara litigasi. Padahal menurut beliau advokasi pertama-tama yang dimaksud adalah memberi perhatian pada apa yang terjadi di hadapan kita.
“Advokasi itu berasal dari kata advocare yang artinya memelihara. Kita diajak pertama-tama tanggap pada persoalan dengan memberi perhatian apa yang langsung dapat dibantu,” jelas Romo Koko.
Berdasarkan catatan-catatan dimana disadari bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi dari waktu ke waktu semakin berat, advokasi belum menjadi gerak bersama di keuskupan-keuskupan dan perlu adanya pembangunan kapasitas untuk ketua KKP keuskupan yang berjejaring dengan JPIC tarekat, maka tema yang akan diangkat pada pleno tahun 2017 adalah “Berani Menjadi Gereja yang Terluka dalam Beradvokasi”.
Tema ini sekaligus juga tanggapan atas ajakan Paus dalam EG. 49, “Saya lebih menyukai gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan daripada gereja yang sakit karena menutup diri dan sibuk dengan kenyamanan sendiri.”
Seruan ini menjadi oleh-oleh yang bisa dibawa pulang oleh KKP dan JPIC tarekat yang hadir dalam pertemuan KKP Regio Jawa sebagai persiapan pleno sekaligus untuk semakin menjadi bagian dalam karya Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.
Input dari Romo Koko menandai berakhirnya pertemuan KKP Regio Jawa. Pertemuan selanjutnya akan berlangsung di Purwakarta pada 21-23 November 2017.
Sdr. Charlest, OFM