Rahasia Natal terungkap indah dalam sebuah ayat Injil Yohanes: “Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (1:14). Sesungguhnya, Yohanes tidak menggunakan kata ‘manusia’ tetapi mengatakan “Firman telah menjadi daging.”

Dan daging (sarx dalam bahasa Yunani) bukanlah milik khas manusia tetapi dimiliki bersama dengan semua makhluk hidup. Pada saat inkarnasi, Firman Allah, Anak Allah, seorang pribadi Allah Tritunggal, masuk ke dalam daging seluruh dunia ciptaan dan sampai wafat-Nya di salib nasib-Nya terus terjalin dengan dunia ciptaan itu.

Sejak saat penjelmaan, misteri Kristus hadir dan bekerja secara tersembunyi dalam seluruh realitas alam, kata Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ (99). Sejak dibentuk dalam rahim Maria, Firman yang sejak awal mula telah turut menciptakan langit dan bumi, menyatukan diri dengan bumi ini (238).

Sejak penjelmaan-Nya yang kita rayakan pada hari Natal, Anak Allah telah mengenakan pada diri-Nya seluruh dunia materiil ini dan sekarang, sebagai Dia yang dibangkitkan, Ia hadir dalam setiap makhluk, melingkupinya dengan kasih-sayang-Nya dan menembusinya dengan cahaya-Nya. (221).

Paus Fransiskus telah menunjukkan kaitan erat penjelmaan Firman Allah dengan seluruh alam ciptaan. Kaitan itu juga tampak dalam injil Lukas bab 2. Kisahnya berbeda dengan Matius 2:11 di mana para majus menemukan Anak bersama Maria ibu-Nya dalam sebuah rumah biasa.

Kisah Lukas menempatkan kelahiran Yesus dalam sebuah kandang (2:7,12,16), lazimnya di belakang rumah keluarga Yahudi dulu. Di situ Maria membaringkan anaknya dalam rumput kering sebuah palungan, bak makan hewan, di tengah hewan yang dipiara dalam kandang itu.

Mesias, Sang Juruselamat keturunan Daud, tampak datang juga bagi mereka; dan juga bagi para gembala yang miskin dan disingkirkan. Mereka paling pertama diberitahu malaikat Allah tentang kelahiran Raja Penyelamat di tempat yang tidak biasa itu. Bersama domba-domba dan anjing herder, mereka datang sebagai pengunjung pertama dan memberitahukan misteri anak dalam palungan di kandang hewan itu kepada orangtuanya dan kita semua.

Kaitan erat antara kelahiran Yesus dan orang-orang miskin serta makhluk hidup lainnya mengilhami Santo Fransiskus dari Asisi ketika ia –sebagai orang pertama sejauh kita ketahui – merayakan Natal dengan membuat suatu kandang Natal yang hidup-hidup (Celano I, 85-87).

Dalam kandang itu dimasukkan seekor lembu dan seekor keledai. Mengapa dua hewan itu? Jelaslah diilhami oleh Yesaya 1:3, “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.”

Fransiskus pasti menyukai nubuat Yesaya itu sebab sendiri juga pernah menulis, “Semua makhluk di bawah kolong langit, sesuai dengan kodratnya, mengabdi, mengakui dan menaati Penciptanya lebih baik daripada engkau” (Petuah V,2). Padahal kita manusia telah diberi kedudukan yang unggul oleh Tuhan Allah ketika Ia menciptakan manusia secara jasmani-rohani menurut gambar dan rupa Putra-Nya (V,1).

Fransiskus juga telah menyuruh meletakkan rumput kering dalam palungan. Makanan hewan itu menghangatkan badan kanak Yesus yang dibaringkannya di situ. Lalu Misa Malam Natal bersama rakyat jelata setempat dapat dimulai. Yang berkhotbah malam itu bukan imam selebran tetapi diakon Fransiskus.

Dengan suara yang terharu, manis dan jernih, “mirip domba yang mengembik”, ia mewartakan “kelahiran Raja miskin di kota kecil Betlehem”, kelahiran anak kecil yang menjadi hidup kembali di dalam palungan di depan umat yang sudah lupa akan Dia.

Cerita tidak berakhir di situ tetapi dilanjutkan dengan: “Rumput kering dalam palungan disimpan agar Tuhan dapat menyelamatkan hewan beban dan binatang lain dengan rumput itu saat Ia melipatgandakan kasih karunia-Nya yang suci.”

Dan demikian diceritakan. Banyak hewan dengan aneka penyakit di wilayah itu disembuhkan dari penyakit-penyakitnya setelah makan rumput kering itu. Entah bagaimana kita memahami cerita mukjizat ini, yang terpenting di dalamnya adalah keyakinan iman bahwa Kristus, Firman yang menjadi daging, Anak yang dibaringkan dalam bak makanan hewan, lahir bukan hanya untuk keselamatan bangsa Israel tetapi juga untuk damai sejahtera seluruh bumi (Luk 2:14), untuk keselamatan segenap makhluk ciptaan.

Sdr. Martin Harun, OFM

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × four =