AhlulBayt News Agency - ABNA - Shia News

Australia JPIC OFM Indonesia.com – Islamophobia meracuni cara pandang dan sikap orang terhadap kaum muslim. Di Australia, kaum muslimah menjadi korban kekerasan yang paling serius akibat isu Islamophobia tersebut. Peneliti pada Interfaith Research and Network Developer for Uniting Church, April Robinson mengungkapkan, perempuan muslim di negeri Kanguru tersebut diperlakukan kasar di ruang publik karena Islamophobia.

“Tindak kekerasan di ruang publik memang bukan hanya dialami oleh kaum Muslimah, tapi yang saya pelajari, kekerasan terhadap Muslimah adalah lebihserius. Bagi Muslimah, kekerasan terhadap mereka adalah penyerangan identitas dan apa yang mereka miliki. Kekerasan ini bukan karena karakter atau tindakan mereka, tetapi dari kesalahan mengaitkan Islam dengan terorisme,” ujar April Sebagaimana dilansir ABC News, Senin (13/11/2017).

Islamphobia Tidak Selalu Dikaitkan dengan Aksi Teror

Ketakutan terhadap Islam atau Islamophobia bukan saja karena masalah terorisme yang selalu dikaitkan dengan Islam sejak peristiwa pengeboman Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York (11/9/2001).

Dalam sebuah laporan berjudul “Islamphobia In Australi 2014-2016”, ditemukan hanya 11 persen dari serangan terhadap kaum muslim memiliki kaitan dengan aksi terorisme. Menurut laporan yang melibatkan sejumlah universitas di Australia, Islamic Science and Research Academy of Australia, dan Diversity Council of Australia tersebut, 80 persen Islamophobia disebabkan karena fenomena Islamisme yang begitu jelas khususnya dalam bentuk krudung.

Laporan yang disunting Dr. Derya Iner tersebut menyimpulkan bahwa data tersebut menunjukkan dari 243 laporan insiden serangan kepada Muslim yang terverifikasi di Australia bukan karena Islamophobia yang dikaitkan dengan aksi teror tetapi lebih pada “ketakutan” terhadap kebangkitan Islam yang terbaca dalam fenomena krudung yang berjemaah.

Hal lain yang diungkapkan dalam laporan tersebut adalah 25 persen mereka yang menjadi saksi serangan terhadap kaum muslim adalah warga bukan Muslim dan tidak ada yang berani ikut campur saat terjadi serangan, dari 75 persen insiden yang dilaporkan.

Kelompok Gereja Membantu

Laporan tersebut, menurut April Robinson memberikan masukan bahwasannya tanggung jawab untuk mengatasi masalah Islamophobia tidak bisa sepenuhnya dilakukan pemerintah, tetapi seluruh komunitas berbagi tanggung jawab yang sama. Pemerintah mengatur ruang yang adil bagi seluruh warganya dan hasilnya bisa terasa jika masyarakat secara luas mau menciptakan ruang bagi kaum minoritas untuk bisa menikmatinya.

Uniting Church sebuah aliran Kristen terbesar ketiga di Australia, yang menggabungkan Gereja Metodis, Presbiterian, dan Kongregasional menginisiasi sebuah forum yang disebut The Resilient Women untuk meningkatkan kepedulian dan merancang strategi mengatasi masalah kekerasan terhadap Muslimah akibat Islamophobia.

“Dalam forum ini, kita mencoba menghubungkan mereka yang bekerja di sejumlah organisasi komunitas dan Muslimah dengan para penegak hukum untuk berdiskusi soal kejahatan yang dilandasi Islamophobia dan prasangka,” tutur perempuan yang sudah tiga tahun aktif di forum tersebut.

“Masalah kekerasan terhadap Muslimah ini kurang banyak diketahui secara luas, karenanya keadaan Muslimah yang rentan jadi korban tidak mendapat tanggapan. Karenanya, saya ingin memberikan tanggapan soal ini. Hanya sedikit laporan dan artikel di media sosial soal serangan islamophobia.

Artinya jika Anda bukan korban kekerasan akibat Islamophobia atau belum pernah berbicara dengan mereka yang pernah menjadi korban, Anda tidak tahu mengenai masalah ini,” ujar April mengungkapkan alasan keterlibatannya di forum tersebut.

Harapan April dengan forum tersebut yakni forum tersebut tidak hanya sekadar ruang pembicaraan, tetapi akan ada aksi nyata untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan, khususnya Muslimah. “Harapannya forum ini akan menggaungkan suara para perempuan, menciptakan lebih banyak kesadaran bukan hanya soal kekerasan yang mereka hadapi tapi juga tekad mereka,” ujar April.

Beberapa muslimah Indonesia diaspora di Australia mengikuti forum tersebut. Mereka mengaku mendukung forum tersebut. “Kami, para Muslimah, menjadi tidak merasa sendirian lagi… hal ini juga menjadi bukti bahwa segala bentuk rasisme dan Islamophobia bukanlah sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat luas,” ungkap seorang muslimah Indonesia, Tris Mardiastuty, yang juga menjabat sebagai Community Affairs di Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV).)***

Rian Safio

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

two × 5 =