Sukabumi, jpicofmindonesia.comPertemuan INFO JPIC Indonesia (Intern Franciscan for JPIC Indonesia) kembali digelar pada tanggal 19-25/08 di Sukabumi, Jawa Barat. 54 orang peserta dari berbagai konggregasi Fransiskan Indonesia dan 6 orang peserta dari Ordo Ketiga Awam (OFS) Malaysia hadir dalam pertemuan tahunan ini.
Berperan sebagai tuan rumah para Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) yang didaulat tahun lalu dalam pertemuan yang sama di Manado.
Salah satu mata acara dalam pertemuan INFO JPIC adalah sharing karya para Saudara dan Saudari Fransiskan/nes dalam bidang JPIC selama setahun yang telah lewat. Dari sharing para Saudara, ditampilkan bahwa ber-JPIC adalah menjalankan nilai-nilai Fransiakan dalam konteks masing-masing.
Ketua INFO JPIC Indonesia, Sdr. Hilarius Kemit, OFMCap menegaskan bahwa ber-JPIC adalah siap melakukan karya-karya sederhana dalam semangat St. Fransiskus, bukan suatu karya yang ‘WOW’ merujuk pada sharing yang disampaikan para Suster SFS dalam ber-JPIC.
“Cara berJPIC itu konkreet bukan sesuatu yang wah, yang besar. Para Saudari SFS menunjukkan bahwa berJPIC itu adalah keseharian kita. Dan juga, kita memiliki karya-karya dalam konggregasi yang sudah kita jalani, tetapi belum dalam satu roh yang sama yang kita jalani. Apa yang dilakukan oleh para Saudari SFS menunjukkan bahwa hal-hal sederhana, yang biasa dilakukan tetapi dijalani dengan semangat JPIC. Seringkali kita gagal, atau banyak konggergasi yang tidak tau mulai dari mana harus berJPIC, padahal itu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkpanya.
Hal tersebut bagi Hila seringkali menjadi alasan lunturnya semangat keluarga Fransiskan untuk ber-JPIC, karena tidak tahu harus berbuat apa-apa.
“Ini yang menyebabkan banyak orang dari antara kita yang sudah pernah ikut INFO tetapi kemudian mundur teratur, karena tidak tahu harus berbuat apa-apa,” lanjut Hila.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sdri. Ima, SFD. Fransiskanes asal Sumatra ini akhirnya menyadari bahwa ber-JPIC adalah membiasakan diri mulai dari hal-hal sederhana di setiap unit karya.
“Saya baru memahami, ternyata JPIC itu seperti yang para saudara dan saudari lakukan, sesuai dengan konteks masing-masing. Semoga sekembalinya dari tempat ini, saya bisa mewujudkan JPIC dan membentuk JPIC yang lebih baik di tingkat konggregasi kami,” harapnya.
Berdoa dan Berkarya
Ber-JPIC adalah menyelaraskan kehidupan doa dan karya. Doa dan karya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Sr. Imeldy, OSF Semarang menegaskan keyakinan tersebut. Sudah lama ia berkecimpung dan dipercayakan oleh konggregasi untuk mengurus JPIC. Secara pribadi Imeldy merasa, dwngan ber-JPIC ia menjadi pribadi yang seimbang.
“Ber-JPIC bagi saya secara pribadi adalah mendoakan apa yang saya kerjakan dan mengerjakan apa yang saya bawa dalam doa. Dengan ber-JPIC saya selalu mengingat mereka yang terpinggirkan dalam doa-doa saya dan memberikan diri untuk berkarya bagi mereka,” tegasnya.
Pertemuan INFO dilanjutkan dengan belajar bersama tentang nilai-nilai JPIC dalam budaya lokal dari beragam perspektif, yaitu Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja, Sosiologi, Seni, dan Antropologi.