Jakarta_JPIC OFM Indonesia, Ketua Komisi Justice, Peace, and Integrity of Creation Ordo Fratrum Minorum Indonesia (JPIC OFM Indonesia) Pastor Peter C. Aman OFM mengatakan berbicara Muslim dan non-Muslim dalam kancah politik di Tanah Air itu tidak sehat. Pasalnya, hal itu secara tidak sadar kita mendaur ulang hal-hal yang membuat proses demokrasi kita tidak berkualitas.
Hal tersebut disampaikan Pater Peter, begitu beliau disapa, dalam diskusi politik yang bertajuk “Pilpres 2019: Ke Mana Suara Pemilih Non-Muslim”, di Sanggar Prathivi, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (27/9). Kegiatan diskusi ini diselenggarakan oleh Vox Point Indonesia.
“Bagi saya bicara muslim dan non-muslim dalam politik itu tidak sehat. Secara tidak sadar kita terus menerus mendaur ulang hal-hal yang meracuni kehidupan bersama. Karena Indonesia merupakan negara yang paling tidak menghargai agama. Saya menghormati karena itu agama saya. Lantas apakah kita bisa mengatakan ketika sikap keberagaman itu seperti itu,” tandas doktor lulusan Universitas Alfonsianum- Roma tersebut.
Kembalikan Politik pada Tempatnya!
Pater Peter mengajak untuk membawa kembali (cara) politik kita pada tempatnya yang benar. Dan tugas itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang benar. Maka, pesta elektoral lantas menjadi ajang untuk memilih orang-orang yang benar bukan yang hanya menambah masalah.
Pertanyaan: Ke mana arah politik kaum non-muslim (Kristen)?, menurut Peter, orang Kristen harus ke mana-mana. “Saya tidak menjawab pertanyaan itu dengan memilih A atau B, tetapi kita (baca: Kaum Kristiani) harus pergi ke mana-mana,” ungkap dosen STF Driyarkara itu.
Pergi ke mana-mana itu dimaknai, tambah Doktor Teologi Moral itu, sebagai tugas perutusan. Yang dibawa adalah pencerahan dan menjadi jembatan perdamaian di tengah bangsa yang kerap dihantui perpecahan karena pilihan politik ini.
Hal lain yang disitir oleh Pater Peter dalam kesempatan adalah soal legitimasi kekuasaan. Hal ini, kata dia, jarang sekali dibicarakan. “Sudah lama politik kita itu tidak sehat. Karena itu baik kalau kita bicarakan juga hal yang selama ini banyak diabaikan oleh banyak orang, yaitu soal legitimasi kekuasaan. Kalau kita bicara kekuasaan maka saya melihat ada dua hal yang penting yang melegitimasi kekuasaan yaitu rasional; konsep yang benar, normatif, legal, dan yang kedua mesti mengarah pada kebaikan banyak orang (aspek moralitas).)***
–Rian Safio