Jakarta_JPIC OFM, Gendang Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Wakil Presiden (Pilwapres) Republik Indonesia tahun 2019 semakin kencang ditabuh. Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah mengumumkan masa kampanye dari tanggal 23 Septeember 2018 hingga 13 April 2019 mendatang.
Diperkirakan masa kampanye diwarnai dengan kompetisi sengit bahkan (diharapkan tidak) “perang” antara dua kubu, yakni kubu Jokowi-Ma’ruf (Koalisi Indonesia Kerja) dan kubu Prabowo-Sandiaga (Koalisi Adil dan Makmur). Tanda-tanda sengitnya pertarungan itu sudah dan masih terus terjadi baik di dua maya maupun nyata. Hoaks dan saling nyinyir bertebaran dan berseliwaran di mana-mana.
Menyonsong Pilpres yang demikian, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia Pendeta Dr. Albert Patty mengharapkan umat Kristiani baik Katolik maupun Protestan untuk menjadi jembatan perdamaian di tengah friksi atau polarisasi karena pilihan politik tersebut.
“Kita orang Kristiani harus jadi jembatan. Karena elita politik saat ini sangat kompak untuk memanfaatkan agama sebagai daya tarik untuk meraup konstituten,” ungkap Dr. Patti dalam Diskusi Politik, Kamis (27/9), di Sanggar Prathivi, Pasar Baru- Jakarta Pusat.
Menurut dosen Sekolah Tinggi Teologi-Jakarta itu, menghadap pesta politik ini jangan terlalu emosional. Karena kalau emosional, kata dia Patti-red), kita jadi stres. “Ini bukan perang badar tetapi kompetisi antar saudara sebangsa. Dan harus dalam damai,” tandasnya.
Untuk diketahui, diskusi politik diselenggagara oleh Vox Point Indonesia. Adapun tema diskusi politik ini adalah “Pilpres 2019: Ke mana Suara Kaum Non Muslim. Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut, selain Dr. Albert Patty, juga hadir Dr. Peter C. Aman Ofm (Dosen STF Driyarkara), Fary Djamy Francis (Ketua Fraksi Gerindra MPR RI) dan ItetTridjajati Sumarinjanto (DPR RI Fraksi PDIP).
Dalam membedah tema tersebut, Bu Itet (Politisi PDIP) dan Pak Fari (Politisi Gerindra) sepakat bahwa menyonsong Pilpres 2019, kaum non Muslim (juga kaum Muslim) harus memilih berdasarkan hati nurani.
-Rian Safio-