Bogor, JPICOFMIndonesia.com Metode dan tujuan pendidikan Fransiskan adalah Ad Caritatem Per Caritatem, menuju cinta kasih melalui cinta kasih.
“Yang menjadi jiwa dari pendidikan Fransiskan adalah cinta. Ad Caritatem per Caritatem. Ini adalah tujuan dan metode pendidikan Fransiskan yang nampak dalam cinta pada diri sendiri, alam semesta, orang lain dan Allah.”
Hal tersebut diungkap oleh Sdr. Gusti Nggame, OFM dalam seminar sebagai bagian dari puncak acara hari kedua pertemuan Yayasan Pendidikan Persekolahan Fransiskan Fransiskanes Seluruh Indonesia di Hotel New Ayuda, Bogor, yang berlangsung pada tanggal 12-14 Oktober 2018.
Gusti, begitu ia biasa disapa, menegaskan bahwa metode dan tujuan tersebut didasarkan pada gerak St. Fransikus yang adalah Seoarang Guru yang Otentik.
“Fransiskus mengajar dengan kata-kata, cara hidup, melalui surat-surat dan juga melalui pendekatan personal. Metode yang dilakukan Fransiskus bukan dengan metode imperatif tetapi melalui persuasif,” terangnya.
Hasil yang diharapkan dari meode dan tujuan tersebut adalah manusia yang utuh. “Untuk itu Pendidikan Fransiskan bertujuan mencetak manusia yang utuh, yaitu yang konkrit, peka, sensitif terhadap hal-hal yang ada dalam sejarah, yang terjadi di sekitarnya. Fransiskannisme menolak yang melulu spiritual dan mengabaikan sipil dan sosial,” lanjutnya.
Manusia yang utuh, menurut pedagog lulusan Salesianum itu, mengutip St. Bonaventura harus menjalankan tiga nilai yaitu pengetahuan tentang kebenaran, kemampuan menjelaskan secara efektif, dan sebuah sikap yang selaras dengan apa yang diucapkannya.
Ekopedagogi Sebagai Jawaban
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka dibutuhakan sebuah pedagogi baru, yaitu ekopedagogi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Darmin Mbula, OFM dalam sesi Seminar bagian II.
“Kita butuh sebuah paradigma baru, yaitu ekopedagogi untuk pendidikan dan kehidupan yang dikembangkan dari perspektif pedagogi fransiskan,” ungkapnya.
Ekopedagogi, menurut Darmin, adalah sebuah ceminan dari cinta kasih yang universal. “Inilah Paradigma kasih persaudaraan universal alam semesta. Paradigma ini adalah tugas untuk memberdayakan peserta didik dan masyarakat untu menyiapkan dan mewujudkan bentuk-bentuk perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan ekologis dari peradaban kasih persaudaraan umat manusia semesta,” tambahnya.
“Untuk itu, sekolah-sekolah fransiskan dipanggil untuk berkontribusi dalam menciptakan sebuah masa depan ekologis yang penuh kasih persaudaraan dan humanisme persaudaraan,” tutupnya.***
Charlest, OFM