Jakarta, JPICOFMIndonesia.com – Di tengah dunia yang membutuhkan informasi yang cepat dibutuhkan ketepatan dan kebenaran informasi yang membantu banyak orang menerima dan menuju pada kebenaran. Media punya peran yang sangat besar untuk membawa masyarakat hidup dalam kebenaran yang otentik.
Hal tersebut disampaikan oleh Paus Fransiskus kepada Kantor berita SIR (Servizio Informazione Relgiosa/Religious Information Service) dalam ulang tahunnya yang ketiga puluh. Paus Fransiskus memuji visi pendiri SIR, Mons Giusseppe Cacciami, yang berharap bahwa kantor berita ini akan dinilai atas komitmennya terhadap kebenaran dan ketidakberpihakan saat menyampaikan informasi.
Paus menekankan bahwa keinginan Mons Cacciami sangat penting hari ini, karena dunia menyaksikan munculnya “berita palsu (HOAX).” Karena itu ia mendesak para wartawan SIR untuk terus berada dalam komitmen awal sesuai dengan harapan pendirinya.
“Teruslah mempraktekkan profesi Anda, selalu berpegang pada kebenaran, karena itulah yang terbaik sebagai penangkal dan cara yang paling efektif untuk memerangi kepalsuan,” desak Paus.
Pada bagian akhir pesannya, Paus Fransiskus meminta agar para jurnalis menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara (The voice of the voicless). Paus berjanji untuk menemani para jurnalis dalam pekerjaan mereka, akan selalu bersedia mendengarkan mereka dan membangun jembatan di dalam komunitas tempat mereka bekerja.
Perang Terhadap Hoax
Hoax juga menjadi perhatain pemerintah Indonesia. Hoax atau berita palsu menjadi ancaman yang membahayakan kehidupan bersama. Karena itu, diperulakan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melawan HOAX.
Seperti dilansir Kompas.com, ada beberapa cara untuk melawan HOAX terutama di media sosial.
Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat berita palsu itu.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Ikut Dalam grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya, apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
The Washington Post juga memberikan beberapa tips yang bisa membantu yang bisa juga dijadikan sebagai pelajaran:
Jangan cuma judulnya
Banyak orang sebenarnya tidak membaca konten yang mereka bagikan. Mereka hanya membaca judulnya. Untuk mencegah Anda sendiri menjadi penyebar hoax, hilangkanlah kebiasaan membagikan konten tanpa membaca isinya secara menyeluruh. Sumber berita
Orang sering tidak mempertimbangkan legitimasi sumber berita
Situs berita hoax bisa muncul tiap saat, tetapi kita sebenarnya bisa menghindari jebakannya dengan bersikap lebih hati-hati melihat sebuah situs. Sikap hati-hati ini juga berlaku bagi narasumber yang mereka kutip, minimal dengan mencari referensi lanjutan di Google atau situs lain yang sudah terpercaya.
Orang cenderung mudah terkena bias konfirmasi
Orang punya kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri atau kelompoknya. Hal ini membuat kita rentan membagikan konten yang sesuai dengan pandangan kita, sekalipun konten tersebut hoax. Jika Anda membaca berita yang betul-betul secara sempurna mengukuhkan keyakinan Anda, Anda harus lebih berhati-hati dan tidak buru-buru memencet tombol Share.
Orang mengukur legitimasi konten dari berita terkait
Sebuah berita belum tentu bukan hoax hanya karena Anda melihat konten terkait di media sosial. Jangan buru-buru menyimpulkan lalu ikut membagikannya. Kadang-kadang, hoax memang diolah dari berita media terpercaya, hanya saja isinya sudah diplintir.
Makin sering orang melihat sebuah konten, makin mudah mereka mempercayainya
Hanya karena banyak teman-teman Anda share berita tertentu, bukan berarti berita tersebut pasti benar. Alih-alih langsung mempercayai dan membagikannya, Anda bisa mencegah ikut ramai-ramai termakan hoax dengan melakukan pengecekan lebih lanjut.
Charlest, OFM