
ANIMASI_JPIC OFM Indonesia, Makan tidak hanya untuk memenuhi rasa lapar. Akan tetapi, makan merupakan momen penuh syukur. Syukur atas anugerah makanan dari Sang Pencipta dan syukur atas darah juang para petani, pedagang di pasar, pemasak di dapur, dll yang menghidangkan makanan tersebut.
Hal ini mengemuka dalam retret ‘Laudato Si’ gelombang II untuk anak-anak SMPK Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat, di rumah retret Puspanita, Ciawi, Bogor, 7-9 November 2018.
Baca Juga: Seratusan Siswa/i SMP Marsudirini Bekasi Mengikuti Retret ‘Laudato Si’ Gelombang II
Tim Animasi JPIC OFM Indonesia yang didaulat sebagai pendamping dan narasumber dalam retret ini melatih anak-anak asuhan Sr. Coleta OSF itu untuk makan berkesadaran. Adapun makan berkesadaran ini, adalah makan di mana setiap orang yang melakukan aktivitas makan tetap menyadari makan yang sedang dikunyah itu merupakan pemberian dan dihasilkan melalui keringat darah petani, nelayan, pedagang kecil, dll.
Selain itu, dengan makan berkesadaran ini, anak-anak diingatkan untuk tidak membuang makanan. Karena ada banyak orang yang tidak mendapat bahkan mati karena tidak ada makanan. Mengutip Paus Fransiskus, “Membuang makanan adalah merampas hak orang miskin”.
Baca Juga: Bersama JPIC OFM; Siswa SMP Marsudirini Bekasi Mengikuti Retret ‘Laudato Si’
Bernadine Kirana, salah seorang peserta mengaku, dengan makan berkesadaran ini, siswa kelas IX itu disadarkan bahwa nasi yang dimakannya itu adalah hasil perjuangan para petani.
“Saya menyadari bahwa setiap benih padi atau pun lauk pauk yang saya (kita) makan adalah hasil perjuangan berat para petani, nelayan, dll,” ungkap dara manis itu dalam sharing bersama dalam kegiatan retret ini.
Dia berkomitmen, tambah Bernadine sapaan manisnya, tidak akan membuang makanan. “Saya tidak akan membuang makanan. Karena kalau saya membuang makanan, sama saja tidak menghargai para petani dan menambah penderitaan dari orang-orang yang berkesusahan,” tandasnya.)***
Rian Safio/JPIC OFM Indonesia