Korban longsor tambang Manado. Foto: Tribunnewsmanado

jpicofmindonesia.com – Longsor mematikan pekan lalu di sebuah lokasi tambang emas di Provinsi Sulawesi Utara harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk menindak penambangan ilegal dan orang-orang di balik bisnis seperti itu, demikian kata seorang imam.

Setidaknya delapan orang dipastikan tewas dan 33 dilaporkan masih tertimbun, menurut data terkini pada 1 Maret, sepekan setelah terjadinya longsor di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow pada 26 Februari. 19 orang lainnya berhasil dievakuasi dan mengalami luka parah.

Belum ada data pasti berapa banyak orang yang berada di dalam lubang tambang pada saat terjadi longsor, namun dugaan sementara menyebutkan ada 60 orang.

Pastor Alsis Goa Wonga, direktur Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (Justice, Peace and Integrity of Creation, JPIC) Ordo Fransiskan mengatakan pemerintah perlu bertindak cepat dalam meninjau praktik tambang semacam ini untuk mencegah berulangnya tragedi serupa.

Ia menjelaskan, pemerintah memiliki kekuatan untuk menghentikannya karena orang-orang yang bekerja di tambang ini umumnya didukung oleh pejabat pemerintah dan aparat keamanan.

“Tidak mungkin tambang ilegal seperti ini beroperasi untuk waktu yang lama tanpa dukungan mereka,” katanya.

Melky Nahar, manajer kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengatakan penambangan ilegal tersebar luas di Indonesia dan kecelakaan sering terjadi.

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi dari jaringan mereka di Sulawesi Utara, dua orang tewas di lokasi yang sama di Bolaang Mongondow pada tahun lalu, namun beritanya tidak tersebar luas.

“Tambang ilegal ini berkembang karena para penambang tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak dan tidak memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan,” katanya.

Ia mengatakan, penelitian Jatam juga menemukan bahwa sejumlah lokasi didukung oleh perusahaan pertambangan, yang ingin menghindari kewajiban hukum.

Ia meminta pemerintah untuk mengambil tindakan serius sebelum lebih banyak orang yang meninggal.

Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengatakan, lebih dari 200 orang terlibat dalam tim evakuasi untuk mencari orang-orang yang masih terperangkap.

Ia menjelaskan, tim penyelamat awalnya harus menggunakan peralatan manual karena kondisi tanah tidak stabil dan ada kekhawatiran terjadi longsor susulan.

Peralatan berat digunakan karena waktu hampir habis bagi mereka yang mungkin masih hidup, tambahnya.

Sementara itu, Abdul Muin Paputungan, Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow mengatakan mereka telah menyiapkan 60 kantong jenazah untuk para korban.

“Kita akan lanjutkan proses evakuasi pada pagi ini,” katanya seperti dikutip Antarapada 4 Maret.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengirim tiga inspektur tambang untuk melakukan inspeksi dan membantu penyelamatan.

Www.ucannews.com

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − eight =