Rabu Prapaskah III

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17)

Fransiskus menahan para pengikutnya pada standar tertinggi dari Injil. Ia tahu bahwa jika Saudara Dina berusaha keras sampai pada yang ideal, mereka tidak akan suka untuk kembali pada perintah-perintah yang lebih rendah.

Aku pun menganjurkan, menasihatkan dan mengajak saudara-saudaraku dalam Tuhan Yesus Kristus agar sewaktu bepergian di dunia, janganlah mereka berselisih, bertengkar mulut dan menghakimi orang lain; tetapi hendaklah mereka itu murah hati, suka damai dan tidak berlagak, lembut dan rendah hati, sopan santun dalam berbicara dengan semua orang, sebagaimana pantasnya.

Mereka tidak boleh naik kuda, kecuali kalau terpaksa karena keadaan yang sungguh-sungguh mendesak atau karena sakit. Di rumah mana pun mereka masuk, hendaklah mereka katakan lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Sesuai dengan Injil Suci, mereka boleh makan apa saja yang dihidangkan bagi mereka. (AngBul 3:11-14)

Baca Juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: “Mengampuni. Kemudian, Mengampuni Lagi”

Dalam setiap khotbahnya, sebelum ia mengetengahkan sabda Allah kepada orang-orang yang berkumpul, ia menyampaikan salam damai, katanya: “Semoga Tuhan memberikan damai kepada kalian.” Damai ini disampaikannya dengan amat khidmat kepada pria dan wanita, kepada yang dijumpainya dan kepada yang berpapasan dengannya. Karena itulah banyak orang, yang tadinya membenci damai dan keselamatan, lalu dengan bantuan Tuhan memeluk damai dengan segenap hati dan malah menjadi anak-anak damai dan pengejar keselamatan. (1Cel 23)

Sikap penuh damai dapat menjadi cara untuk menempuh jalan menuju pelaksanaan pesan Injil. Jika kita berpikir (dan berdoa) sebelum kita bicara atau bertindak, kita akan menyelamatkan diri kita sendiri dan sesama dari banyak kesalahpahaman dan sakit hati.

Doa St. Fransiskus
Dimana ada cintakasih dan kebijaksanaan,disitu tidak ada ketakutan dan kepicikan. Di mana ada kesabaran dan kerendahan hati, di situ tidak ada amarah dan kegelisahan. Amin

Franski, OFM

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

one × one =