Senin Prapaskah III
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya,” (Luk 4:24).
RENUNGAN, JPIC OFM Indonesia – Setiap orang di Assisi mengenal Fransiskus Bernardone. Baik ketika dia sedang memimpin sekelompok orang muda di kota pada malam hari untuk berpesta pora atau ketika dia memimpin sekelompok kecil Saudara-saudara Dina untuk berdoa dan melakukan pertobatan. Dia tidak bisa dilupakan atau diabaikan. Penulis biografinya memberi kita gambaran singkat bagaimana reaksi keluarga atas pertobatannya.
Ayah Fransiskus melihat betapa terlantar keadaan anaknya, hatinya amat tertusuk oleh kesedihan. Oleh karena dahulu sangat mencintainya, ayah Fransiskus amat malu dan sedih karena anaknya waktu melihat tubuhnya setengah mati akibat terlalu disiksa dan kedinginan. Maka di mana pun berjumpa dengan Fransiskus, ayahnya mengutuk dia.
Ketika Manusia Allah itu mengetahui tentang kutukan ayahnya, ia mengangkat seorang yang amat miskin dan terhina menjadi ayahnya. Ia berkata kepada orang itu: Ikutlah saya dan saya memberimu sebagian dari sedekah yang diberikan kepada saya.
Hanya mana kala engkau mendengar ayah saya mengutuk saya, saya akan berkata kepadamu: Berkatilah saya, pak. Lalu engkau mesti menandai saya dengan tanda salib dan memberkati saya sebagai pengganti ayah. Sekali terjadi si miskin memberkati Fransiskus.
Lalu berkatalah Manusia Allah itu kepada ayahnya: Tidakkah ayahanda percaya bahwa Allah dapat memberi saya seorang ayah yang memberi saya berkat setimbang dengan kutuk ayahanda? Banyak orang yang melihat bagaimana ia dengan sabar menanggung semua, merasa takjub dan terkagum-kagum. (K3S 23)
Baca Juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: “Rencana Allah untuk Kita”