JPIC OFM Indonesia.com – Permohonan keempat dalam doa Bapa Kami ini seperti permohonan seorang anak. Dalam ketiga permohonan awal dalam Doa Bapa Kami, kita berdoa kepada Allah demi nama-Nya, kehendak-Nya, Kerajaan-Nya.
Sekarang, seperti anak-anak, kita meminta kepada-Nya makanan kita. Kita memintaNya makanan seolah-olah makanan itu sudah menjadi milik kita, seakan-akan Ia harus menyediakannya bagi kita, seakan-akan Ia adalah Bapa kita.
“Roti untuk Kebesaran”
Inilah keberanian yang dimiliki anak-anak Allah. Kita meminta dan kita tahu bahwa kita akan menerima. Ayah mana, yang akan memberi anaknya batu, jika anaknya minta roti (Mat 7:9).
Kita meminta makanan kita karena kita berbicara kepada Bapa dan ayah itu berarti juga keluarga, bukan invidu.
Menarik untuk kita simak bahwa kita berdoa meminta makanan kami dan bukan makanan-ku. Yesus mengajarkan kita bahwa kalau kita berdoa sendiri (bdk. Mat. 6:6), kita tidak berdoa sendirian. Kita berdoa dalam solidaritas dengan semua anak Allah, Gereja yang hidup dan para kudus di surga.
Dan kita berdoa untuk seluruh Gereja, supaya semua orang memperoleh makanan yang mereka butuhkan hari itu. Doa ini akrab sekali, tetapi sekaligus juga memperhatikan orang lain, berbagi dengan orang lain, dan untuk keluarga.
Pada zaman dahulu mendapat makanan yang cukup merupakan tanda kemakmuran suatu kerajaan. Kalau suatu bangsa dalam keadaan baik, menang dalam perang dan menjual barang-barang rampasan, rakyatnya memperoleh makanan yang berlimpah, tanpa uang dan tanpa bayar (Yes. 55:1).
Visi Israel tentang perjamuan yang sedang berlangsung ketika Putera Daud, Mesias itu datang, bahkan jauh lebih besar (bdk. Yes. 65:13-14).
Orang Kristen perdana mengakui bahwa Putera Daud telah memulai pemerintahan-Nya dan perjamuan-Nya. Perjamuan-Nya itu mempunya keunggulan rohani yang melebihi semua pesta yang pernah diselenggarakan di dunia ini. Karena bagi orang Kristiani perdana, makanan kami bukan hanya berarti kebutuhan material setiap hari saja tetapi juga kebutuhan akan persatuan dengan Allah.
Makanan kami dalam bahasa sederhana berarti Ekaristi. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42, 46). Pada generasi setelah kematian para rasul, orang Kristiani biasa menerima Ekaristi setiap hari. St. Tertulianus dan St. Hipolitus membenarkan hal itu, baik yang terjadi di Afrika Utara maupun di Roma.
St. Siprianus dari Kartago, pada tahun 252, berbicara panjang lebar tentang arti rohani permohononan ini: Dan sementara kita berkata, Bapa Kami, karena Ia adalah Bapa orang yang memahami dan percaya, jadi kita juga menyebutnya makanan kami, karena Kristus adalah roti bagi mereka yang ada dalam kesatuan dengan tubuh-Nya.
Dan kita meminta agar roti ini diberikan kepada kita setiap hari, supaya kita yang ada dalam Kristus dan setiap hari menerima Ekaristi untuk makanan keselamatan tidak terhalangi untuk menerima Komuni dan untuk mengambil bagian dalam Roti surgawi dan tidak terpisahkan dari Tubuh Kristus, karena adanya beberapa dosa kecil.***
Salam kenal saya johannes sihotang dari tapteng anggota ofs di persaudaraan lokal st antonius pandan tapteng.Sejaj rahun lalu kami dirikan lsm lingkungan dgn nama Fransiskus Green Action Pandan. Dlm rangka hari lingkungan hidup se dunia kami berkontribusi menanam 30 bibit durian lokal di pinggir lapangan bola smp dan sma st fransiskus.Kegiatan akan dilaksanakan pd hari minggu 30 Juni 2019 pukul 16 00 sampai selesai. Sebenarnya penggalian lobang tanam dan pencampuran kompos ke dalan tiap
lobabg sfh selesai Aprik lalu,tinggal penanaman bibit secara serentak. Semoga Bpk Serafik kita Frabsiskus dari Asisi turut menjiwai karya kami sebagai pemerhati lingkungan yg juga telah di apresiasi unep pada januari 2012. Salam pace e bene…..
Saudara Johannes terkasih,,
semoga kesaksianmu menginspirasi semakin banyak orang untuk semakin peduli pada lingkungan hidup.
pace e bene…