P. Andre Bisa, OFM dari ekopastoral Fransiskan menjelaskan terkait petani dan pertanian organik kepada para peserta.

Borong – Jpicofmindonesia.com, Ekopastoral Fransiakan mengadakan animasi Jiwa dan Semangat Gerakan Pertanian Organik bagi siswa-siswi SMAN 1 Borong, SMPN 12 Borong, & SMPN 1 Ranamese, pada hari Sabtu, 13/04 di Sita, Borong Kabupaten Manggarai.

Animasi pertanian organik menjadi salah satu agenda dari Kolaborasi Ekopastoral Fransiskan, Komsos Keuskupan Ruteng dan JPIC Keuskupan Ruteng.

Secara bergiliran, animasi diberikan dalam tiga sesi: (1) Edukasi tentang Penanganan & Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak, oleh RD Marten Jenarut; (2) Bijak dalam Menggunakan Media Sosial, oleh RD Erick Ratu, dan (3) Jiwa & Semangat Gerakan Pertanian Organik, oleh RP Andre Bisa, OFM.

Promosi Panggilan Menjadi Petani

Pater Andre Wilibrodus Bisa, OFM kepada media ini mengatakan ada lima pertanyaan pokok yang disampaikan kepada para siswa terkait petani dan pertanian.

“Peserta disuguhi pertanyaan mendasar terkait: (1) Apa saja tugas khas seorang petani? (2). Apa yang menarik dari profesi petani? (3) Apa yang kurang menarik dari profesi petani? (4) Siapa itu petani? Dan (5) ajakan, “Siapa yang tertarik menjadi petani”?

Andre, begitu ia biasa disapa merasa tertantang dengan jawaban yang disampaikan para siswa, terutama ketika ditanya siapa yang ingin menjadi petani.

Baca Juga: Ekopastoral Fransiskan Memperkenalkan Pertanian Organik di Lalang

“Menarik, bahwa pertanyaan 1-4 dijawab dgn amat lantang, tapi tak kalah menariknya juga bahwa pertanyaan kelima terkait “siapa yang tertarik menjadi petani” tak satu pun peserta yang mengangkat tangan dan berkata, “saya mau menjadi petani”, entalah, kata Andre, “Barangkali rumput hijau yang bergoyang melalui seleksi alam, akan membantu mereka menentukan pilihan menjadi petani,” ungkapnya.

Ada beberapa hal yang ditegaskan Fransiskan asal Lembata dalam kegiatan ini:

Pertama, sebagaimana profesi mulia lainnya yang populer dipromosikan saat ini, profesi Petani pun pantas dan layak serta mendesak untuk dipromosikan sebagai sebuah panggilan dan bukan nasib.

Kedua, mereka sebagai pewaris masa depan bangsa dan desa, dibuat insyaf bawa dinamika pertanian global sedang digerakkan dengan paradigma baru yang bernama pembangunan pertanian berkelanjutan dan mereka sudah secara pasti akan berjibaku di huma ladang kalau tak mau mati kelaparan.

Ketiga, akhirnya dimulai dengan memahami satu langkah (dalam animasi), perlahan-lahan mereka akan memahami seribu langkah, setelah itu, mereka akan melihat JALAN, dan akan diliputi rasa percaya diri untuk memeluk profesi petani sebagai pilihan yang mungkin. Hal yang lebih menakutkan adalah apabila mereka tidak memahami hakikat petani sehingga terjebak dalam belantara pikiran yang senantiasa dirasuki pesimisme bahwa menjadi petani itu nasib dan bukan panggilan.

“Maka, promosi pertanian sebagai titik tolak meluruskan pikiran positif mereka tentang Profesi Petani bahwa Menjadi Petani itu bukan Nasib Melainkan Panggilan,” tutup Andre.

Charlest, OFM

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here