Senin Prapaskah IV
“Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (Yoh 4:48)
Fransiskus selama hidupnya dengan tegas menolak ketika orang-orang menghormatinya sebagai orang kudus. Dia selalu menyembunyikan tanda-tanda stigmata. Dia menolak ketika orang mengkaitkan mukjizat dengan dirinya. Dia tahu, sebagaimana Yesus, keinginan manusia akan tanda dan mukjizat, akan hal-hal luar biasa dan menakjubkan. Dan ia juga tahu bahwa mudah bagi orang untuk terjebak di sana.
Bonaventura dalam “Legenda maior” menunjukkan kepada kita bahwa setelah kematian Fransiskus, tanda-tanda kesuciannya tidak bisa lagi disembunyikan. Setelah kematiannya, Allah terus mengungkapkan kebenaran-kebenaran itu melalui berbagai mukjizat yang terjadi di berbagai tempat di dunia.
Baca Juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Memberi Waktu untuk Melihat
Mukjizat-mukjizat ini menyentuh hati banyak orang yang menilai dengan tidak tepat dan yang tidak menghargai hamba Allah itu selama masa hidupnya, dan yang tidak percaya dengan stigmata.
Ketidakpercayaan ini diubah menjadi keyakinan dan kepastian bahwa banyak orang yang sebelumnya mengutuknya digerakkan oleh Tuhan untuk menerima kebenaran dan mereka bersemangat dalam memuji dia dan dalam menyebarkan ketenaran serta pengajarannya.
Kita bergembira atas hal-hal agung yang telah dilakukan Fransiskus sepanjang hidupnya dan terus dilakukannya dalam persatuan dengan para kudus. Tetapi, jika kita sungguh mencerna kata-kata Fransiskus maka kita juga bisa merasakan kepedihan sekaligus kebanggaan atas ketersembunyian dan kerendahan hati yang sangat dia jaga selama hidupnya.
Ini berguna sebagai pengingat bagi kita untuk tidak mencari ketenaran dan keuntungan tetapi untuk mencari, sebagaimana dilakukan Fransiskus, hanya rahmat Allah.
Doa St. Fransiskus
Terpujilah Engkau, Tuhanku, bersama semua makhluk-Mu, terutama Tuan Saudara Matahari; dia terang siang hari, melalui dia kami Kauberi terang. Amin
Sdr. Franski, OFM