Aksi para saudara muda dalam menganimasi anak-anak SMP Mardi Waluya Cibinong. foto: dok. pribadi.

JPIC OFM Indonesia, Perkembangan zaman dan teknologi membuat pola pikir manusia, khususnya kaum remaja milenial, cenderung kurang peduli pada keadaan sesama dan lingkungan. Akibatnya, banyak remaja enggan memberi perhatian pada terwujudnya keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Menanggapi fenomena ini, JPIC OFM mencetuskan program JPIC Goes to School. Tujuannya, menganimasi anak-anak sekolah agar lebih peka dan peduli pada lingkungan hidup.

Kali ini, JPIC OFM menggandeng JPIC SFS menganimasi 212 siswa-siswi kelas VII SMP Mardi Waluya Cibinong (17/7). Bekerja sama dengan pihak sekolah, animasi ini dilakukan di tengah rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMP Mardi Waluya Cibinong. Kegiatan ini berlangsung sejak pkl. 08.00 WIB hingga pkl 15.00 WIB sore hari.

Sebagai pemateri, ada enam saudara yang mewakili JPIC OFM, yaitu fr. Sulaiman Ottor OFM, fr. Luga OFM, fr. Fanno OFM, fr. Oswin OFM, fr. Firstson OFM, dan fr. Efan OFM. Sementara itu, dua saudari yang mewakili JPIC-SFS, yakni sr. Elisa SFS dan sr. Irene SFS. Animasi ini mengambil tema “Ayo Selamatkan Bumi: Hijau Rumahku Sekolahku”.

Staf OSIS sedang membantu mengisi tanah ke dalam pot. foto: dok. Pribadi

Kegiatan ini dibagi ke dalam dua panel. Bertempat di aula Gereja lama Keluarga Kudus Cibinong, panel pertama dimulai dengan ibadat pembuka dan pengantar tentang apa itu JPIC fransiskan. Panel kedua dilanjutkan dengan animasi materi klasikal di kelompok kelas masing-masing. Para siswa  diajak bertolak lebih dalam untuk memahami situasi dan kondisi kritis ibu bumi saat ini. Masing-masing kelompok didampingi frater dan suster.

Didukung teknologi audio-visual yang canggih, materi animasi dikemas dengan baik, sederhana, dan menarik. Para siswa diajak untuk menyaksikan berbagai gaya hidup manusia modern yang mengakibatkan kerusakan parah pada ibu bumi. Mereka juga diajak untuk mendengarkan jerit tangis orang miskin papa dan alam lingkungan sebagai korban. Para saudara berhasil membuat para siswa merasa panik akan kondisi krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini.

Para siswa pun semakin terlibat aktif dalam memberikan pertanyaan maupun pernyataan tentang kekuatiran mereka pada kondisi ibu bumi yang sedang kritis. Diskusi antara para siswa dan pendamping mulai terjadi untuk mencari solusi terhadap krisis lingkungan yang biasa mereka hadapi, baik di rumah dan di sekolah.

Seluruh dinamika ini mengantar anak-anak untuk membangun tekad dan semangat baru. Anak-anak berkomitmen semakin mencintai lingkungan. Mereka berjanji untuk berusaha menghemat pemakaian energi (air dan listrik), tidak membuang-buang makanan, mengurangi penggunaan kantong plastik/styrofoam, bawa botol minum sendiri, menaruh dan memilah sampah organik/non organik pada tempatnya, dan tindakan positif lainnya.

frater dan suster berpose bersama anak-anak setelah anak-anak menanam bibit sayur. foto: dok. pribadi

Salah satu kegiatan yang berkesan bagi para siswa adalah menanam bibit sayur dalam pot. Menanam sayur adalah contoh kecil memupuk perhatian anak-anak pada lingkungan. Para siswa dilatih agar memiliki rasa sayang untuk merawat tanaman masing-masing. Bekerjasama dengan pihak sekolah, anak-anak akan melaporkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman mereka pada wali kelas. Tindakan nyata ini bertujuan agar anak-anak dilatih bertanggung jawab menjalankan tugas merawat tanaman mereka masing-masing.

Para frater bersama kepala sekolah SMP Mardi Waluya, bpk. Hari Wibowo. foto: dok. pribadi

Kegiatan animasi ini berlangsung lancar. Selain karena siswa-siswi turut terlibat aktif,  para saudara juga kreatif dalam berbagi ide untuk menginspirasi anak-anak mencintai ibu bumi. (Sdr. Efan Arkhian OFM)

 

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 + 6 =