Wabah Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19) telah mengubah dunia dalam waktu yang relatif singkat. Jumlah orang yang sakit dan meninggal terus meningkat. Pada Jumat (3/4/2020) jumlah pasien positif Covid-19 menembus angka satu juta orang dan masih akan terus bertambah. Tidak terbilang banyaknya keluarga di seluruh dunia yang merasakan kesulitan ekonomi akibat wabah ini.

Di tengah wajah suram dunia akibat pandemi ini, para peneliti lingkungan mengemukakan dampak positif dari Covid-19. Kualitas udara menjadi jauh lebih baik setelah polusi menurun drastis. Hal itu pula ditunjukkan oleh gambar satelit yang diambil Satelit Copernicus Sentinel 5-P milik European Space Agency. Satelit yang digunakan untuk memantau cuaca dan polusi di Eropa ini menunjukkan perbedaan signifikan udara pada kurun waktu 14 hingga 25 Maret 2020 dengan kurun waktu yang sama pada tahun 2019. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) misalnya, turun sebesar 40-50 % di kota-kota besar. Sebelumnya, WHO menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat tujuh juta orang di seluruh dunia yang meninggal akibat polusi udara.

Covid-19 memaksa sejumlah negara dan daerah menerapkan sejumlah kebijakan seperti lockdown dan karantina wilayah. Selain itu, pembatasan aktivitas diberlakukan demi memutus rantai penyebaran virus ini. Kegiatan industri dan mobilisasi barang dan orang menurun. Pembatasan aktivitas yang terjadi seolah memberikan waktu istirahat bagi bumi. Dalam ajaran agama Kristen, waktu istirahat bumi ini pernah digaungkan oleh sejumlah teolog seperti Jurgen Moltmann sebagai “waktu Sabat bumi”.

Waktu Sabat

Sabat memiliki arti penting dalam iman Yahudi dan Kristen. Dalam kisah penciptaan, disebutkan bahwa Allah memberkati dan menguduskan hari Sabat atau hari ketujuh (Kej. 2:3). Ia memberkati sesuatu yang bukan materi, yaitu waktu. Dengan demikian, Ia menjadikan segala sesuatu yang mengalami waktu tersebut turut mendapatkan berkat. Bukan hanya tumbuhan, hewan dan manusia, melainkan bumi pun turut mendapatkan berkat Sabat. Berkat itu mengalir bukan dari aktivitas, melainkan dari istirahat. (Moltmann:1985,283)

Dalam kegiatan pertanian bangsa Israel, dikenal pula istilah tahun Sabat. Lahan pertanian yang ada digunakan selama enam tahun. Pada tahun ketujuh, lahan pertanian tersebut harus diberi istirahat dengan dibiarkan begitu saja. Tidak boleh ada aktivitas bertani di atas lahan itu. Segala yang tumbuh akan dinikmati hasilnya oleh orang miskin di sekitar tanah itu (Kel. 23: 10-12). Pertanian merupakan simbol dari semua aktivitas perekonomian manusia. Allah menghendaki adanya waktu istirahat bagi tanah atau bumi dalam semua aktivitas perekonomian manusia.

Titah Allah mengenai pentingnya waktu Sabat atau istirahat bagi tanah atau bumi diperkuat lagi dengan ancaman hukuman bagi umat Israel yang melanggar aturan Sabat. Allah “tega” membiarkan bangsa Israel ditumpas dengan pedang dan membuang bangsa Israel kepada bangsa lain. Dengan demikian, tanah yang digunakan bangsa Israel untuk bercocok tanam memulihkan dirinya dengan mengalami istirahat Sabat (Im. 26:32-35). Sejarah pun mencatat bahwa Israel mengalami beberapa kali peristiwa malang pembuangan. Dengan kata lain, Allah “terpaksa” menggunakan peristiwa pembuangan untuk menyediakan istirahat bagi tanah.

Sabat bagi bumi

Hari-hari ini semua negara yang terdampak Covid-19 dipusingkan dengan upaya penanggulangan virus yang menyebar sangat cepat ini. Dunia masih menunggu obat dan vaksin yang mampu secara khusus mengobati dan mencegah Covid-19. Upaya terbaik sebagaimana diserukan pemerintah dan petugas medis adalah memutus rantai penyebaran dengan memberlakukan pembatasan aktivitas. Setiap orang perlu melakukan physical distancing. Akibatnya, aktivitas industri dan mobilisasi orang dan barang yang selalu menyebabkan penurunan kualitas udara dihentikan. Kualitas udara membaik. Selain udara, air sungai dan laut di sejumlah tempat dilaporkan turut mengalami perbaikan kualitas.

Tulisan ini tidak bermaksud mencari-cari kecocokan antara peristiwa Covid-19 dengan ajaran Kristen mengenai Sabat. Penulis berupaya memberikan inspirasi Kitab Suci di tengah situasi kalut akibat serangan makhluk renik ini. Penulis berupaya menyajikan “pola lama” bumi memulihkan dirinya dengan mewujudkan Sabat bagi dirinya. Peristiwa pembuangan bangsa Israel dimaknai sebagai kesempatan Sabat untuk tanah Israel. Dengan kata lain, Allah “tega” menentukan bencana atau kesengsaraan untuk memulihkan bumi. (Im. 26:34) Bencana menyediakan istirahat yang mutlak diperlukan bumi, satu-satunya planet yang bisa ditinggali ini.

Saat ini melalui makhluk renik yang bernama virus, manusia dipaksa untuk melakukan pembatasan aktivitas sehingga memberi kesempatan bumi memulihkan dirinya. Langit biru yang biasanya langka di Jakarta mulai akrab di mata penduduk ibu kota dalam beberapa hari terakhir. Laporan mengenai perbaikan kualitas air (sungai dan laut) pun mulai terdengar.

Harapan di balik Sabat

Ajaran mengenai Sabat memuat inspirasi yang bisa membangkitkan harapan akan masa depan. Sabat bukan hanya akhir dari satu pekan hidup manusia, melainkan juga awal dari pekan hidup baru yang lebih baik. Bumi lama telah dipulihkan. Setelah melalui istirahat Sabat, bumi dan semua kehidupan menyongsong waktu hidup baru dan masa depan yang lebih cerah.

Sabat atau waktu istirahat yang dikehendaki Allah adalah waktu yang memulihkan, bukan waktu yang melenyapkan. Ia berdaya memulihkan karena dikuduskan dan diberkati oleh Allah. Waktu Sabat bumi memiliki awal dan akhir, kendati manusia tidak dapat memastikan kapan. Selain itu, Yesus sang “Tuhan atas hari Sabat” (Luk. 6:5) telah menunjukkan bahwa bahkan kemalangan terbesar pun, yaitu maut, akan diakhiri dengan kemenangan kebangkitan. Kebangkitan mengawali waktu hidup baru yang lebih baik.

Kebangkitan membawa pesan bahwa kemalangan bukan akhir dari segalanya.  Sang Tuhan atas hari sabat telah menjamin masa depan dan menjadi dasar harapan manusia. Sambil berusaha untuk berprilaku hidup sehat dan melakukan physical distancing sesuai anjuran ahli kesehatan dan pemerintah, wabah akan berakhir dan kehidupan yang lebih baik akan terjadi.

 

Wensenslaus Aprianus Geu

Gambar: Google

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

five × 1 =