Raga dan Kata Warga Batas
1.
Matahari belum lagi terbit
semilir angin pagi menerpa tubuh para penghuni.
Sebagian sudah bergerak
bersama peliharaan seakan berarak ke arah padang
lain masih menyeruput segelas energi abadi orang timur.
Tergambar riak-riak kehidupan seharian ini.
Raga dan kata warga batas akan bertuah.
2.
Ada tujuh puluh sembilan rumah suku.
Hulu dari seluruh kebajikan lokal warga batas
dengan aneka macam cara ingin mempertahankan.
Berharap tak akan pernah terbentur atau dibenturkan dengan kemajuan
hanya ingin menjaga warisan para leluhur
tak ingin urat ini tercerabut yang orang seberang sana sebut modernisasi.
Raga dan kata warga batas akan menjaga dasar harapan anak cucu.
3.
April sudah usai, saatnya memasuki bulan baru.
Syukur dan sujud untuk tuntunan menuju tujuan
sembari menambah harapan pada yang akan datang.
Waktu berlalu dan bahkan berlari setiap hari
sejengkal demi sejengkal warga batas meretas kecemasan.
Tekat menegaskan kerja keras,
percaya pada Penyelenggaraan Empunya Kehidupan,
raga dan Kata warga batas merajut kemajuan tanpa batas waktu.
4.
Hujan anugerah kembali turun di awal Mei.
Secercah harapan kembali mencuat.
Alam akan kembali menyediakan hidup tuk peliharaan kami
Semesta kembali membangkitkan asa warga batas
Dua hari sudah mendung menyelimuti tanah batas
Tak apa-apa…urungkan keluhan
Ini bahasa alam tentang keagungan Pencipta
Na’I Maromak terima kasih wa’in
Ami tonu loron no kalan. Ami hanoin no fiar ba Nai Maromak.
Sdr. Virgi, OFM
Bertugas di Paroki Laktutus-Atambua, batas timur Indonesia-Timor Leste