Memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-75 tahun, Komunitas St. Antonius Padua melaksanakan refleksi bersama di halaman Rumah Komunitas Padua. Sdr. Rino Fahik, OFM yang dipercaya untuk membawakan refleksi kemerdekaan menekankan tentang identitas kemerdekaan Indonesia. Di awal refkleksinya, Sdr. Rino, OFM mendefiniskan tentang hakikat Indonesia. “Indonesia adalah sebuah sinopsis abstrak dari imajinasi gotong-royong para foundings fathers kita”, katanya. Menurutnya karena Ia adalah imajinasi, maka selamanya Indonesia adalah hasrat yang tak pernah usai. “Kita tetap membutuhkannya untuk suatu tujuan etis, yakni membangun kehangatan berwarga negara”, lanjut saudara asal Malaka ini.
Terkait defenisi Indonesia ini, Sdr. Rino pun mengajukan suatu pertanyaan eksistensial yakni “apakah Indonesia itu ada”. Menurutnya, pertanyaan ini tidak bisa dijawab hanya dengan sebuah jawaban tunggal. “ia mesti melibati refleksi jauh ke akar identitas kita, Indonesia”, lanjutnya. Sdr. Rino pun mengatakan bahwa menjawabi pertanyaan ini kita tidak bisa mengemis jawaban ke Cina, India, ataupun Amerika yang sama-sama adalah negara multikultural. Menurutnya, kita perlu melihat bahwa identitas Indonesia ini dilahirkan dari imajinasi gotong-royong, yang kemudian hari menemukan bentuknya yang kuat dalam Pancasila. “Itulah jati diri kita Indoneisa”, tandasnya.
Lebih lanjut, Mahasiswa STF Driyarkara ini menekankan tentang cara yang mesti kita lakukan baik sebagai warga negara, Fransiskan maupun sebagai person untuk menghidupi identitas itu di tengah situasi pandemi covid-19 ini. Menurutnya sebagai warga negara, semangat gotong royong dan Pancasila yang telah memayungi dimensi multikulturalisme harus menjadi dasar untuk merajut solidaritas dan kooperasi antar warga. Dan sebagai Fransiskan yang pancasilais, Sdr. Rino menekankan tentang tanggunjawab etis. Menurutnya tanggungjawab etis ini dilakukan dengan menghidupi nilai-nilai kefransiskan seperti kerendahan hati, ketaatan total terhadap perintah medis, kejujuran dalam bertindak, atau bahkan memuliakan marbabat dan tubuh manusia dengan merawat diri sendiri dan sesame lewat perlindungan kesehatan tubuh.
Lalu, sebagai person, Sdr. Rino mengatakan bahwa moment kemerdekaan ini bukan hanya menjadi refleksi sejarah akan perjuangan, gotong royong, dan melahirkan Indonesia melainkan sebagai moment untuk mewujudkan diri sebagai manusia merdeka dan bertanggungjawab. Selain itu, Sdr. Rino juga menekankan tentang niat bersama sebagai manusia yang merdeka. “saudara-saudara, para pejuang bangsa kita memiliki masa lalu dan prestasi, tetapi kita masih memiliki aspirasi dan masa depan” ujarnya diakhir refleksi ini. Perlu diketahui refleksi kemerdekaan ini dilaksanakan disela-sela ret-ret pembaharuan kaul sementara saudara-saudara muda komunitas St. Antonius Padua. Karena itu, keheningan dalam upacara ini tetap terjaga.
Oleh: Sdr. Simon Lebo, OFM