Sabtu lalu (22/8), bertempat di Eco-Spirit Center Puspanita Ciawi-Bogor, kami Orang Muda Katolik (OMK) paroki St. Petrus Cianjur diundang untuk menghadiri talkshow yang dikemas secara Webinar secara langsung. Acara ini diadakan Komisi Ekologi bekerjasama dengan Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor. Webinar ini mengusung tema “Menjadi Manusia Ekologis Sebagai Panggilan Orang Beriman”. Lantas, mengapa kami diundang untuk hadir secara fisik di sana? Karena kami termasuk dalam nominasi pemenang “Milenial Eco-Instachallange” bersama OMK lainnya dari Keuskupan Bogor.

Dari Cianjur ke Puspanita, Ciawi

Sejak jam 05.00 WIB, saya sudah berkemas dari rumah. Sesuai janji awal, saya dan beberapa OMK akan berkumpul di halaman Gereja terlebih dahulu. Selain saya, yang ikut dalam acara ini adalah Roy, Agnes, Axel, Grace, dan Gita. Sekitar pkl. 06.00 WIB, kami sudah berangkat agar tidak terhalang “one way” alias buka tutup jalan. Syukurlah, jalanan puncak dan Cisarua kali ini hanya ramai lancar, gak macet parah. Kami tiba di Ciawi pkl. 8.00 WIB. Namun, kami sarapan dulu. Dari pagi cuman minum air putih kan laper, cuy! Setelah kenyang, meluncurlah kami ke Puspanita. Memang, acaranya akan dimulai pkl 10.00 WIB tetapi kami gak mau telat. Kami suka kedisiplinan!

Bagi saya,  ini menjadi momen istimewa karena untuk pertama kalinya mengunjungi Eco-Spirit Center Puspanita. Dari namanya saja sudah terdengar menarik. Benar saja. ternyata tempatnya pun sangat indah, menyenangkan, bersih, sangat asri, dan jauh dari  kebisingan. Nah, sebelum menceritakan jalannya talkshow ini, ada baiknya kita flashback dulu ya biar temen-temen ga gagal paham tentang upaya kami untuk berbagi spirit Laudato Si’ dengan aksi nyata dan apa itu “Milenial Eco-Instachallange”. Skuy!

Berbagi Spirit Laudato Si’ dengan Aksi Nyata

Sejak 15 Juni hingga 28 Juli, Komisi Ekologi (KomEko) bekerjasama dengan Komisi Kepemudaan (KomKep) Keuskupan Bogor mengadakan lomba dengan tajuk Millenial Eco-Instachallenge. Temanya “Wujud Nyata Generasi Milenial Keuskupan Bogor Menghayati Persaudaraan dengan Alam Seturut Ajakan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si.” Dalam lomba ini, semuanya diajak untuk membuat sebanyak dan sekreatif mungkin IG post orisinil, berupa gambar, video, dan/atau IGTV terkait tema tersebut.

Sebagai umat beriman, kami OMK paroki St. Petrus Cianjur tergugah untuk ikut serta. Gereja St. Petrus Cianjur dikenal karena lingkungannya yang asri, hijau, dan rapih.  Apalagi, kalau berkunjung ke gua Maria Bunda Segala Bangsa di belakang gereja kami. Benar-benar  indah memeseona karena dihiasi dengan aneka bunga kembang. Pokoknya, berdoa di sini tuh aman dan nyaman. Udara  di sini juga segar. Bertolak dari gereja St. Petrus Cianjur yang ekologis, kami pun ingin membagikan spirit ini kepada umat paroki. Biar gak cuman (gedung) gereja aja yang ekologis. Namun, spirit ekologis harus bisa menjadi spirit kita semua.

Karena itu, Millenial Eco-Instachallenge bisa menjadi salah satu sarana kami untuk mengampanyekan spirit ekologis gereja Katolik. Sekaligus, kami juga ingin mengikuti lombanya. Jadi, sekali dayung dua pulau terlampaui sekaligus, guys! Lantas, apa aja yang kami bikin? Banyak loh. Mulai dari kampanye dalam bentuk  infografis, tiktok, film, seepkeun challenge, dan lain sebagainya. Silahkan kunjungi IG OMK St. Petrus Cianjur.

Pokoknya, keseruan kami selama berbagi spirit Laudato Si’ dengan aksi nyata selalu didokumentasikan di IG. Singkat cerita, aneka kampanye ekologis kami ternyata diapresiasi panitia. Kami mendapat pesan dari IG komisiekologi.bogor bahwa kami termasuk dalam nominasi pemenang. Selain kami, ada juga OMK paroki St. Mateus, Depok. Ada juga nominasi untuk perseorangan, atas nama saudari Debora Situmorang dan Paskalia Judith.

Jalannya Talkshow

Romo Martin, demikian sapaan akrabnya, memulai pembicaraan dengan menyajikan data tentang permasalahan ekologis. Dalam konteks Keuskupan Bogor saat ini, masalah ekologis terbesar adalah menghilangnya hutan di Jawa Barat dalam waktu 2 abad. Akibat pemanasan global, perubahan iklim yang disebabkan oleh bahan bakar fosil dan pembabatan hutan, gas karbon yang berlebihan sehingga menyebabkan lapisan ozon menipis dan rusak, dan masih banyak lagi.

“Sayangnya, akar permasalahan kerusakan ekologi adalah peningkatan aktivitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), termasuk kita orang beriman. Padahal sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang ekologis,” tukas pastor kelahiran Belanda yang kini sudah menjadi Warga Negara Indonesia.

Sebagai umat beriman yang ekologis, kita seringkali salah kaprah memahami pesan Biblis:  “Allah memberkati mereka dan Allah berfirman kepada mereka, ‘Beranakcuculah dan berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, atas burung-burung di udara, dan atas segala yang hidup yang bergerak di bumi’ (Kej. 1:28).

Pesan ini kontekstual pada masa itu karena jumlah manusia purba masih sedikit. Mereka perlu untuk bertambah banyak karena lemah terhadap kekuatan alam yang dahsyat. Namun, kini konteksnya telah berubah karena  penduduk yang melonjak ditopang oleh kekuatan IPTEK. Apalagi, konsumerisme turut menjadi godaan yang memperburuk rusaknya ekologi. Semuanya itu bertentangan dengan kasih Tuhan yang menghendaki agar semua orang merawat dan melestarikan bumi sesuai dengan spirit Laudato Si’.

Mendengarkan sharing romo Martin OFM membuatku sangat sedih. Ternyata bumi yang saya tinggali ini sudah mulai rusak, karena ulah manusia sendiri, padahal Allah sendiri memberikan alam ini secara cuma-cuma namun tanpa sadar kita malah berusaha untuk merusaknya. Saya bertekad, sebagai OMK dari generasi milenial, saya ingin membagikan spirit Laudato Si’ untuk merawat dan melestarikan lingkungan mulai dari aksi-aksi nyata.

Di penghujung talkshow, panitia mengumumkan pemenang Insta Eco-Challenge. Sebelum pengumuman, video kesan-pesan dari para kandidat pemenang ditonton bersama. “Ga nyangka banget si sebenernya kita bisa menang di lomba ini. Semoga teman-teman sadar bahwa alam semakin merana dan jika dibiarkan ini akan menjadi bencana,” ungkap Adi yang mewakili OMK St. Petrus Cianjur.

Menarik, bahwa Saudari Debora Situmorang adalah umat paroki St. Petrus Cianjur juga. Dalam videonya, dia berpesan: “Engga nyangka bakalan juara karena pada dasarnya hanya niat untuk sharing aja aja si tentang ekologi. Pembelajaran dari challenge itu, kalo mau menjadi generasi ekologis yang sungguh-sungguh butuh komitmen dan pengorbanan.”

Akhirnya, tibalah pada pengumuman pemenang. Juara 1 diraih oleh OMK paroki St. Mateus, Depok. Juara 2 dimenangi saudari Debora Situmorang. Juara favorit adalah saudari Paskalia Judith. Kami, OMK St. Petrus mendapatkan juara 3.

Tentunya, kami sangat bersyukur dan berterima kasih. Karya-karya yang kami buat dapat diterima dan juga sangat diapresiasi Komisi Ekologi dan Juga Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor. Ke depannya kami akan lebih meningkatkan kesadaran kami terhadap alam sekitar. Selain itu, kami akan melanjutkan kampanye untuk tarsus-menerus berbagi spirit Laudato Si’ melalui aksi-aksi nyata kepada semua orang, khususnya umat di St. Petrus Cianjur.

Oleh: Blasius Jeje (OMK St. Petrus Cianjur)

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

one × 5 =