Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
1. Pengantar
Salam atau memberi salam (greeting) mengandung arti menyambut dengan ramah dan penuh sukacita. Supaya dapat memahami salam sebagaimana dilukiskan dalam surat-surat dari tahanan (Filipi 1:1-2, Filemon 1:1-3, Kolose 1:1-2), dan Efesus 1:1-2) dengan baik, penulis menguraikan dan membagi tulisan ini menjadi lima bagian. Pertama, Surat-Surat dari Tahanan. Kedua, Salam dalam Filipi 1:1-2. Ketiga, Salam dalam Filemon 1:1-3. Keempat, Salam dalam Efesus 1:1-2.
2. Surat-Surat dari Tahanan
Peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Paulus dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat yang ditulis Paulus.[1] Namun, kronologi kehidupan Paulus jauh dari kepastian. Karena yang ingin ditekankan oleh penulis adalah ajaran teologis, bukan rangkaian peristiwa. Realitas semacam ini harus diterima dengan terbuka. Misalnya, kisah tentang penahanan Paulus.
Kisah Para Rasul menarasikan beberapa penahanan.[2] Pertama, penahanan di Filipi[3], berlangsung dalam kurun waktu dua puluh empat jam yang terjadi pada tahun 50 M (Kis 16:23-40). Kedua, penahanan yang berawal di Yerusalem[4] dan dilanjutkan di Kaisarea[5] pada tahun 60 M sampai tahun 63 M (Kis 27:1-28; 16). Perlu diketahui bahwa data-data ini belum mencakup seluruh penahanan yang dialami Paulus. Karena waktu menulis surat pada tahun 57 M, Paulus menerangkan bahwa dirinya menghabiskan waktu di penjara. Meskipun menurut Kisah Para Rasul, pada waktu itu Paulus ditahan satu kali (satu malam). Sedangkan menurut Klemens dari Roma[6], Paulus ditahan tujuh kali dalam penjara.
Hal ini menimbulkan kesukaran dalam menarik kesimpulan, kapan dan dimana Paulus menulis surat-surat tahanan (Filipi, Efesus, Kolese, dan Filemon). Namun, hal ini tidak termasuk dengan surat kedua Timotius, salah satu surat kegembalaan yang ditulis Paulus kepada kepala jemaat selama penahanannya yang kedua di Roma. Sedangkan dalam surat kepada jemaat di Filipi, Efesus, Kolose, dan Filemon, Paulus menulis untuk jemaat.
Pada umumnya, surat-surat Paulus dibagi menjadi dua kelompok.[7] Pertama, surat kepada jemaat di Filipi. Kedua, tiga surat yang lain. Ketiga surat ini mengandung ciri-ciri sastra yang sama. Selain itu, surat-surat tersebut dititipkan kepada orang yang sama, yaitu Tikhikus[8] (Ef 6:21; Kol 4:7). Perlu diketahui bahwa surat kepada jemaat di Filipi membahas beberapa tema dari surat-surat besar yang ditulis pada waktu yang sama. Berdasarkan petunjuk historis, surat kepada jemaat di Kolose, Efesus, dan Filemon berbentuk sastra dan kandungan teologinya ditulis di Roma pada waktu kemudian.
Surat-surat tahanan berisikan ungkapan-ungkapan yang bagus dari teologi Paulus. Tahap pertama ajaran Paulus ditemukan dalam surat pertama dan kedua Tesalonika yang membahas parousia.[9] Paulus meminjam istilah parousia dari kata Yunani yang diartikan sebagai kedatangan meriah seorang pembesar dalam kemegahannya.[10] Paulus menegaskan bahwa parousia merupakan kedatangan Kristus yang kedua pada akhir zaman. Oleh karena itu, orang-orang Kristen harus melayani Tuhan dengan baik. Karena Tuhan telah memberikan diri melalui wafat dan kebangkitan-Nya.
Tahap kedua teologi Paulus terdapat dalam surat-surat besar, yaitu surat pertama dan kedua Korintus, Galatia, dan Roma. Dalam surat-surat tersebut, ditunjukkan bahwa kematian dan kebangkitan Kristus mempunyai arti penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menyadari berkat dan belas kasih Allah.[11] Janji yang diberikan dalam Perjanjian Lama dipenuhi melalui karya keselamatan Kristus. Karena usaha manusia tidak mampu menyenangkan hati Allah. Melalui sikap percaya pada kekuatan ilahi dan kesediaan menerima penyelamatan yang ditawarkan Kristus, manusia akan diubah menjadi anak-anak Allah yang sejati.
Surat-surat dari tahanan berisikan ringkasan ajaran Paulus tentang “rahasia” Kristus dan Gereja. Selain itu, muncul godaan untuk melakukan upacara Yahudi dan merayakan pesta Hukum Lama. Sedangkan godaan yang lain berupa sinkretisme[12] agama yang dikembangkan para filsuf Yunani. Oleh karena itu, Paulus menekankan dan menggarisbawahi ajaran iman yang paling penting untuk menguatkan rekan-rekannya.
Paulus menegaskan bahwa Allah Bapa merupakan Bapa yang penuh belas kasih, sumber segala berkat.[13] Allah Bapa adalah Bapa Yesus Kristus. Oleh karena itu, keputraan Yesus Kristus bukan hasil pengangkatan (adopsi) yang dilakukan Allah, melainkan buah dari keikutsertaan-Nya dalam kodrat ilahi. Terkait dengan hal ini, Yesus taat pada kehendak Bapa saat menerima kematian. Kemudian Bapa memberi-Nya nama ilahi Tuhan.
“Rahasia” Kristus menjadi pusat kekuatan dan keuniversalan penebusan. Para rasul dan Paulus mendapatkan pewahyuan mengenai rahasia tersebut. Rahasia tersebut sangat hakiki bagi kehidupan orang-orang Kristen. Penebusan ini bersifat “ekumenis”, berlaku untuk orang Yahudi dan bukan Yahudi. Karena segala sesuatu pada dasarnya telah dipersatukan dalam Kristus sebagai kepala (anakephalaiosastai[14], Ef 1:10).[15] Hal ini dapat dikatakan bahwa Yesus menjadi contoh bagi seluruh ciptaan. Dengan kata lain, penebusan-Nya berlaku universal.
Pandangan ini memberi gambaran baru mengenai Gereja.[16] Gereja bukan hanya pemenuhan “Israel dari Allah” (Gal 6:16) dan “persekutuan” (koinonia)[17] semua orang yang dibaptis (yang disatukan oleh kekuatan Roh).[18] Tetapi kenisah surgawi, yaitu mempelai Kristus. Dengan bertahta dalam kemuliaan, Kristus (kepala dari tubuh mistik) memberikan kehidupan kepada semua anggota yang bersama-sama membentuk Gereja.
Akhirnya, orang-orang Kristen menjadi anggota Kerajaan Surgawi bersama Kristus. Hidup mereka di dunia akan ditandai kasih persaudaraan, kerendahan hati, doa yang berkelanjutan, kegembiraan dan syukur.[19] Oleh karena itu, kewajiban dan keistimewaan mereka dihubungkan Paulus dengan “rahasia agung” Yesus Kristus dan Gereja. Hal inilah yang menjadi pokok pembahasan surat-surat dari tahanan.
3. Salam dalam Filipi 1:1-2
Sebagaimana dilukiskan dalam permulaan surat kepada jemaat di Filipi, salam pembuka sederhana dari Paulus dan Timotius menunjukkan bahwa surat ini tidak terlalu resmi.[20] Perlu diketahui bahwa Timotius tidak ikut menulis surat ini. Karena Paulus berbicara atas nama dirinya sendiri. Selain itu, Paulus menyebut Timotius dengan kata ganti orang ketiga. Namun, jemaat Filipi mengenal Paulus dan Timotius dengan baik.
Surat kepada jemaat di Filipi pertama-tama ditujukan kepada umat beriman yang disucikan oleh rahmat pengudus, yaitu baptis dan persatuan dengan Yesus.[21] Karena Yesus merupakan sumber kesucian. Selain itu, surat kepada jemaat di Filipi ditujukan kepada pembesar jemaat setempat. Pada waktu itu, “uskup”[22] merupakan penilik atau pengawas dalam pemerintahan Romawi. Terkait dengan hal ini, orang-orang Kristen menggunakan kata “uskup” untuk menyebut orang-orang yang bertugas dalam jemaat.[23] Para petugas tersebut dibantu oleh diakon.
Selanjutnya, Paulus memberi salam pada kedua kelompok tersebut dengan ungkapan yang diambil dari dunia Yahudi dan kafir. Menurut Paulus, kasih karunia dan damai sejahtera berasal dari Bapa melalui Putra-Nya.[24] Oleh karena itu, Bapa dan Putra memberikan karunia ilahi kepada manusia.
4. Salam dalam Filemon 1:1-3
Sebagaimana dalam surat kepada jemaat di Filipi, Paulus (dalam surat kepada jemaat di Filemon[25]) tidak memulai dengan menyebut diri sebagai rasul.[26] Namun, Paulus melukiskan dirinya sebagai “seorang hukuman karena Yesus Kristus” (Fil 1:1). Sebutan ini mengandung arti bahwa Kristus merupakan pusat hidup Paulus. Perlu diketahui bahwa pada waktu itu Timotius ada bersama Paulus. Paulus dan Timotius berdoa, supaya Filemon dan semua anggota keluarganya, yaitu Apfia (istri) dan Arkhipus (anak) menerima rahmat rohani dan kedamaian yang berlimpah dari Allah Bapa. Selain itu, diharapkan supaya mereka hidup rukun.
5. Salam dalam Kolose 1:1-2
Paulus mengikuti pola surat yang biasa, yaitu salam, doa syukur dan permohonan.[27] Oleh karena itu, Paulus mulai dengan memperkenalkan diri sebagai rasul, dipilih Allah untuk mewartakan Injil Yesus. Perlu diketahui bahwa Paulus mempunyai kewibawaan seperti kedua belas rasul. Sebagaimana semua surat tahanan (kecuali surat kepada jemaat di Efesus), dalam suratnya Paulus menyebut Timotius.[28] Karena pada waktu itu Timotius ada bersama Paulus. Timotius menjadi sekretaris Paulus, menuliskan surat kepada jemaat di Kolose.[29] Pada bagian akhir surat, Paulus membubuhkan tanda tangan.
Paulus menyebut orang-orang Kolese sebagai saudara yang dipersatukan dengan Kristus melalui baptis dan iman.[30] Paulus mempunyai harapan supaya pembaca surat tersebut menikmati kedamaian dan kegembiraan. Namun, salam sebagaimana dilukiskan dalam Kol 1:1-2 diangkat menuju tataran adikodrati, kasih karunia menjadi persatuan dengan Allah. Sedangkan kedamaian berarti memiliki karunia Allah.
6. Salam dalam Efesus 1:1-2
Ayat-ayat permulaan surat kepada jemaat di Efesus[31] menyerupai surat kepada jemaat di Kolose.[32] Paulus menyebut dirinya sebagai “rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah” (Ef 1:1). Dengan kata lain, Paulus dipanggil untuk memberitakan Injil Allah. Paulus menegaskan bahwa kekuasaan yang dia miliki bukan dari dirinya sendiri.[33] Kekuasaan tersebut diperoleh Paulus berkat panggilan Allah, yaitu ketika Paulus melihat Kristus yang bangkit dalam perjalanan menuju Damsyik.[34]
Sebagaimana dilukiskan dalam surat-surat dari tahanan, Paulus menyebut Timotius pada bagian salam. Namun, dalam Ef 1:1-2 Timotius tidak disebut. Begitu pula dengan dua naskah Yunani, tidak terdapat kata “Efesus”. Karena Paulus menulis surat ini untuk orang-orang yang dipanggil Allah menjadi kudus dan menjawab panggilan-Nya dengan iman. Selain itu, tidak disebutkannya “Efesus”, memberikan kesan bahwa surat ini merupakan surat edaran bagi orang-orang Kristen di Asia Kecil.[35] Paulus menyampaikan salam rahmatnya, yaitu karunia yang menjadi dasar persatuan manusia dengan Tuhan. Sedangkan salam kedamaian merupakan buah yang dihasilkan. Kedua karunia sebagaimana disebut dalam surat ini sampai kepada manusia pada dasarnya berasal dari Allah Bapa dan Yesus, penebus dan Mesias, Tuhan.[36]
7. Penutup
Berdasarkan salam, sebagaimana dilukiskan dalam surat-surat dari tahanan (Filipi, Filemon, Kolose, dan Efesus), penulis menarik empat kesimpulan. Pertama, dalam Filipi 1:1-2, jemaat diberi salam dengan rumusan liturgis yang lazim dan kerap digunakan Paulus (Flm 3), yang lebih panjang daripada salam yang ditemukan dalam surat-surat Yunani biasa pada zaman itu (misalnya Kis 23:26). Di dalamnya ada unsur Yunani dan Ibrani, tetapi menjadi bernada Kristen karena menyebut Tuhan Yesus Kristus. Kedua, dalam Filemon 1:1-3, seluruh jemaat yang dihadapan mereka surat ini harus dibacakan, diberi salam dengan berkat yang barangkali sebuah rumus liturgis karena kerap muncul dalam tulisan-tulisan Paulus dengan ungkapan yang sama (Flm 1:2).
Kedua, dalam Kolose 1:1-2, ucapan salam kepada jemaat dikemukakan dalam bentuk yang singkat, dengan kata-kata penutup “dan Tuhan Yesus Kristus” dihilangkan. Ungkapan tersebut ditiadakan karena telah menyebut “Kristus Yesus” dan “dalam” Kristus dalam ayat yang mendahului. Oleh karena itu, teks yang sekarang ini tidak mencerminkan rumus Yahudi Kuno atau Kristen Yahudi, karena rumusan “Yesus Kristus” merupakan tambahan di kemudian hari. Keempat, dalam Efesus 1:1-2, pengarang memaksudkan suratnya tidak untuk jemaat tertentu, tetapi untuk dibacakan dalam beberapa jemaat, bukan hanya khusus untuk jemaat Efesus. Kata “Efesus” ditambahkan kemudian hari untuk memberi kepada surat ini keaslian yang lebih meyakinkan dan barangkali ditambahkan di bawah pengaruh seseorang dari Efesus. Salam mengulangi rumus liturgis yang biasa tetapi tanpa singkatan, tidak seperti Kol 1:2b.
Daftar Pustaka
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia, 2009.
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Penerj. Lim Khiem Yang dan Bambang Subandrijo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Dufour, Xavier Leon. Ensiklopedi Perjanjian Baru. Pernerj. A.S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
O’Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Penerj. I Suharyo. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Sullivan, Kathryn dan Robert T. Siebeneck. Surat-Surat Paulus 3. Penerj. A.S. Hadiwiyata. Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia, 1988.
Walker, Peter. In the Steps of Sint Paul. Penerj. V. Indra Sanjaya. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
[1] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, Penerj. A.S. Hadiwiyata (Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia, 1988), 11.
[2] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 11.
[3] Filipi adalah kota di timur laut Yunani yang diberi nama menurut Filipus II dari Makedon. Kota ini dikukuhkan kembali oleh Markus Antonius sebagai perkampungan veteran tentara Roma yang berjaya (41 SM), dan diperluas dengan perkampungan tambahan pada 31 SM dan dikelola sebagai kota praja Romawi. Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Penerj. Lim Khiem Yang dan Bambang Subandrijo (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 106.
[4] Tradisi Alkitab memandang Yerusalem sebagai kota Melkisedek dan menyamakan letaknya dengan Gunung Moria di mana Abraham mempersembahkan korbannya. Tempat kediaman Yahweh sejak pemindahan tabut perjanjian dan pembangunan bait suci, lalu menjadi Kota Suci, pusat spiritual bangsa Yahudi, sehingga sejarah Yerusalem sekikit banyak mewakili sejarah Israel. Lih. Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Penerj. A.S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 593.
[5] Kaisarea adalah sebuah kota pedalaman di tepi sungai Yordan, di kaki Gunung Hermon. Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 168.
[6] Klemens dari Roma adalah kawan sekerja Paulus (Flp 4:3), Uskup Roma, dan penulis salah satu Surat Korintus, 95 M. Kadang-kadang diduga, sekalipun sangat mustahil, bahwa kedua orang ini adalah pribadi yang sama. Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 207.
[7] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 11.
[8] Tikhikus adalah salah satu rekan Paulus dalam perjalanannya yang terakhir ke Yerusalem (Kis 20:4-5). Ada pula disebutkan seruan Tikhikus yang membawa surat-surat kepada jemaat di Kolose dan Efesus (Kol 4:7-9; Ef 6:21-22). Lih. W.R.F, Browning. Kamus Alkitab, 450.
[9] Parousia berarti kedatangan atau kehadiran. Dalam dokumen Kristiani paling tua (1Tes 4:15; 1Kor 15:23) parousia sudah dipakai untuk menyebut kedatangan Kristus kembali dalam kemuliaan pada akhir zaman untuk mengadili dunia (Mat 24:29-31; 25:31-46). Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Penerj. I Suharyo (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 231.
[10] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 12.
[11] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 12.
[12] Sinkretisme merupakan usaha untuk mendamaikan atau bahkan mencampurkan prinsip atau praktik yang berbeda atau bahkan yang sebenarnya tak terdamaikan. Sinkretisme yang biasanya hanya pada tingkat permukaan dan mudah hilang itu dapat terjadi antara agama-agama, filsafat, dan bahkan dalam Kristianitas sendiri. Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 298.
[13] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 13.
[14] Anakephalaiosasthai adalah istilah yang dalam bentuk kata kerja merujuk pada tindakan Kristus yang menjadikan satu segala sesuatu dalam jagat raya ini (Ef 1:10). Sejalan dengan ini, para Bapa Gereja seperti misalnya Santo Irenius (130-200), menampilkan Kristus sebagai Kepala Gereja yang menyempurnakan rencana Allah dalam penciptaan dan sejarah penyelamatan. Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 25.
[15] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 13.
[16] Gereja (Church) adalah komunitas yang didirikan oleh Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 86.
[17] Koinonia adalah istilah yang dipakai dalam Perjanjian Baru yang berarti berbagi dalam penderitaan Kristus (Fil 3:10), membantu orang-orang yang membutuhkan (Rm 15:26), keikutsertaan dalam Ekaristi (1Kor 10:16), persekutuan dengan dan yang dihasilkan oleh Roh Kudus (2Kor 13:13), dan juga untuk menyebut orang-orang beriman yang ikut serta dalam Allah (2Ptr 1:3-4). Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 148.
[18] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 13.
[19] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 13.
[20] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 22.
[21] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 22.
[22] Uskup (Bishop) adalah orang yang ditahbiskan untuk menerima kepenuhan imamat dan ditunjuk untuk memimpin suatu keuskupan dengan pelayanan pengajaran, reksa pastoral, dan ibadah. Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 346.
[23] Para pejabat ini secara khusus disebut mungkin karena merekalah yang mengurusi sumbangan-sumbangan yang diterima Paulus dari orang-orang Filipi. Lih. Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 22.
[24] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 23.
[25] Filemon adalah seorang Kristen, di rumahnya berhimpunlah orang-orang Kristen Kolose. Ia barangkali majikan Onesimus, budak. Kepadanyalah ditujukan surat kepada Filemon. Lih. Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, 226.
[26] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 48.
[27] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 58.
[28] Timotius adalah seorang pembantu muda yang rajin dari Paulus, disebut-sebut dalam surat-surat Paulus dan pada Kisah Para Rasul. Dia sangat terlibat dalam misi Tesalonika, dan pada waktu Paulus tinggal seorang diri di Atena, ia mengutus Timotius ke Tesalonika untuk menguatkan jemaat itu di tengah penganiayaan (1Tes 3:1-5). Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 450.
[29] Kolose adalah kota di wilayah Frigia, dalam lembah Sungai Likus. Kota ini tidak ada lagi. Epafras mendirikan jemaat di kota itu. Lih. Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, 341.
[30] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 58.
[31] Pada abad 1 M, Efesus adalah pelabuhan di mulut Sungai Cayster, di pantai barat Asia Kecil. Dewasa ini disebut seljuk di Turki; karena endapan lumpur, kini kota itu terletak sekitar 5 km dari laut. Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, 88.
[32] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 86.
[33] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 86.
[34] Damsyik adalah kota yang mempunyai sejarah panjang, lebih dari dua milenium. Dianugerahi dua sungai utama (Abana dan Parpar) yang mengalirkan air dari Pegunungan Anti-Libanon kearah barat laut. Selain itu, Damsyik menjadi sebuah oasis yang mengundang. Lih. Peter Walker, In The Steps of Sint Paul, Penerj. V. Indra Sanjaya (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 20.
[35] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 86.
[36] Kathryn Sullivan dan Robert T. Siebeneck, Surat-Surat Paulus 3, 86.