Mengawali Masa Penciptaan (Season of Creation) tahun 2020, JPIC-OFM Indonesia mengadakan Webinar dengan tema “Season of Creation 2020 dan Gagasan Pemulihan Ciptaan dalam Ensiklik Laudato Si”. Webinar yang dipandu oleh Sdr. Wahyu Prasetyo, OFM, menghadirkan dua narasumber yakni Sdr. Fridus Derong, OFM, Sekretaris Eksekutif JPIC-OFM Indonesia dan Sdr. Martin Harun, OFM, Guru Besar Emeritus STF Driyarkara. Webinar yang dilaksanakan pada hari Senin (31/08/2020), diikuti oleh sekitar 50 orang di ruang pertemuan virtual Zoom. Selain itu, belasan peserta turut menyaksikan Webinar secara langsung di akun Youtube JPIC-OFM Indonesia.

Masa Penciptaan 2020

Sdr. Fridus memulai pemaparannya dengan menjelaskan latar belakang munculnya perayaan Masa Penciptaan dalam Gereja katolik. Setidaknya ada tiga konteks yang dapat dipakai untuk menjelaskan perayaan Masa Penciptaan dalam Gereja Katolik. Pertama, kemunculan ensiklik Laudato Si’ pada tahun 2015. Kedua, refleksi Paus Fransiskus dalam pesan bertanggal 1 September 2016 yang menggemakan pesan Laudato Si’ tentang jeritan bumi akibat berbagai krisis lingkungan yang diakibatkan aktivitas manusia. Ketiga, pesan dokumen Amazon tentang ekologiintegral.

Lalu, apa itu Masa Penciptaan? Dalam uraian, Sdr. Fridus menjelaskan Masa Penciptaan dirayakan setiap tahun, pada tanggal tanggal 1 September sampai tanggal 4 Oktober. Pada tradisi Gereja Ortodoks, tanggal 1 September dirayakan sebagai hari doa bagi seluruh ciptaan dan tanggal 4 Oktober merupakan perayaan Santo Fransiskus Assisi, patron ekologi. Menurut mantan pastor Paroki Aeramo, Nagekeo-Flores ini, Masa Penciptaan merupakan bentuk partisipasi umat Katolik dalam perjuangan bersama merawat bumi. Lebih dari itu, beliau menambahkan, Masa Penciptaan menjadi momen tepat untuk memperbaharui relasi dengan Pencipta dan ciptaan lainnya. Selain itu, beliau juga menjelaskan perayaan ini bersifat ekumenis, “artinya perayaan ini juga dilakukan oleh berbagai denominasi Gereja di berbagai tempat secara mondial”.

Merujuk sejarah, Sdr. Fridus menjelaskan Masa Penciptaan bermula pada tahun 1989 ketika Patriark Dimitrios I menetapkan bagi Gereja Ortodoks hari doa bagi ciptaan setiap tanggal 1 September. Kemudian pada tahun 2001 gerakan ini diadopsi oleh Gereja Eropa dari berbagai denominasi, dalam hal ini Gereja-Gereja Protestan. Lantas pada tahun 2015, Paus Fransiskus menginisiasi gerakan ini dalam Gereja Katolik melalui suratnya kepada Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian serta Komisi Ekumene.

Masa Penciptaan, menurut Sdr. Fridus, dapat dilihat sebagai konkretisasi ajaran Laudato Si’ untuk secara serius menaruh perhatian pada Bumi yang kian rusak. Lebih lanjut, poin penting dari Masa Penciptaan adalah kesadaran untuk melakukan pertobatan ekologis melalui pembaharuan cara pandang dan relasi dengan alam ciptaan. Pada bagian akhir uraian, Sdr. Fridus menyinggung tentang tema masa penciptaan tahun 2020 ini yakni “Tahun Rahmat Bagi Bumi: Ritme Baru, Harapan Baru” (Jubilee for Earth: New Rhythms, New Hope). Makna yang dapat diambil dari tema ini adalah di tengah situasi krisis akibat pandemi ini, pemulihan relasi dengan alam ciptaan menjadi mendesak untuk dilakukan.

 Yubileum Menuju Pemulihan?

Penjelasan tentang tahun rahmat bagi bumi dibahas lebih mendalam dari perspektif Kitab Suci oleh Sdr. Martin Harun. Dalam kitab suci, istilah tahun rahmat bagi bumi dikenal juga sebagai tahun yobel, tradisi khas bangsa Yahudi. Perayaan Yubelium juga mengacu pada tradisi Yahudi yang sama.  Sdr. Martin mengawali uraian dengan mengajukan pertanyaan mendasar, “mengapa memilih kata Yubileum”? Menurutnya, Yubelium selalu terjadi pada tahun ke-50 tahun. Pemililhan tema tahun rahmat bagi Bumi pada tahun 2020 kiranya menandai peristiwa 50 tahun lalu, ketika Hari Bumi pertama di rayakan di Amerika Serikat. Perayaan hari Bumi dipandang sebagai momen lahirnya gerakan ekologi. Topik tentang Yubelium mendapat porsi cukup dalam Laudato Si’ no. 71 perihal hari istirahat (Sabat) bagi Bumi. Sabat sebagai tradisi dalam Alkitab menunjukan bahwa pemulihan bumi mengandaikan penghormatan terhadap irama yang oleh tangan sang pencipta ditulis dalam alam (LS.71).

Pater Martin—begitu beliau biasa disapa—mendasarkan tradisi Sabat dan tahun Yobel pada perikop Imamat 25: 1-10. Tahun Sabat dirayakan bangsa Israel setiap tahun ketujuh, ditandai dengan mengistirahatkan kegiatan berladang, seperti menabur benih dan memanen. Sedangkan tahun Yobel dirayakan pada tahun Sabat ketujuh, ditandai dengan pengampunan umum dan pembebasan utang dan tawanan budak di seluruh negeri (Im: 25;10).

Alasan lain diungkapkan Pater Martin. Pandemi Covid-19 dan fakta Bumi yang kian hancur mendorong dilakukan suatu evaluasi serius terhadap budaya dan pola hidup manusia dewasa ini. Lantas, bagi professor emeritus bidang Kitab Suci ini, Masa Penciptaan 2020 menjadi momen tepat untuk berbalik dari kecenderungan konsumsi kebablasan yang mendorong eksploitasi Bumi secara sadis. Tema Yubileum juga menjadi kritik terhadap paradigma yang memicu eksploitasi yang tidak adil, yakni pendekatan neoliberal, kapitalis, dan teknokratis. Sebagai solusi, dikedepankan bentuk ekonomi berkelanjutan yang menekankan prinsip kesejahteraan, keadilan, dan keutuhan segenap ciptaan.

Lalu, bagaimana dengan Covid-19? Bagi Pater Martin, Covid 19 telah menghancurkan hubungan antara ekonomi, struktur politik, sistem perawatan medis, serta rantai produksi. Pandemi Covid-19 sebagai Zoonosos telah menunjukan bahwa seluruh jaringan di atas berkaitan langsung dengan Bumi. “Bumi kita butuh waktu istrahat selama satu tahun”, ungkapnya. Beliau juga menegaskan tentang kepulihan bumi saat ini. “Bumi memang bisa pulih, tetapi dengan bantuan ekonomi lokal”, tegasnya.

Tanggapan Peserta

Peserta Webinar antusias dengan materi yang dipaparkan oleh kedua narasumber. Antusiasme ini dinyatakan dalam sejumlah pertanyaan yang diajukan. Panitia memberlakukan mekanisme pengajuan pertanyaan melalui fitur chat yang disediakan aplikasi Zoom. Muncul pertanyaan dari seorang peserta terkait peran Gereja dalam upaya pemulihan ciptaan. Pater Martin menanggapi pertanyaan tersebut dengan menegaskan posisi Gereja yang berada pada pihak yang dirugikan dan dipinggirkan guna membantu mereka mempertahankan haknya.

Sementara itu, Pater Fridus menanggapi pertanyaan tentang kiat-kiat yang dilakukan selama Masa Penciptaan 2020. Menurutnya, tindakan konkret seperti refleksi bersama terkait intisari tema Masa Penciptaan tahun dapat dilakukan baik secara pribadi maupun personal. Selain itu, tindakan nyata seperti cara hidup yang lebih ekologis perlu diupayakan. “Kita mesti melatih diri agar kita menggunakan barang yang kita butuhkan bukan barang yang kita inginkan”, tegasnya.

Webinar berlangsung selama kurang lebih dua jam, dimulai pukul 10.00 WIB-12.00 WIB. Meskipun demikian, para peserta bertahan hingga acara selesai. Panitia mencatat, secara virtual, tidak banyak yang meninggalkan ruang pertemuan Zoom selama seminar berlangsung.

 

Sdr. Simon Lebo, OFM

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

five + six =