Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Dewasa ini, manusia yang mempunyai kekuatan politik dan ekonomi tidak menyadari bahwa pertumbuhan serta perkembangan dirinya terkait dengan dimensi biologis (biological dimension). Hal ini terjadi karena manusia membuat pemisahan tegas antara kehidupan sosial, pembangunan ekonomi, dan konteks alamiah kehidupannya.
Manusia mengadaptasi teori-teori ekonomi yang mengakibatkan kesalahan ketika memahami situasi dan kondisi hidupnya. Jika masih ada harapan kehidupan pada masa mendatang, maka manusia harus mempunyai wawasan yang memadai mengenai kodrat hidupnya. Wawasan tersebut disebut sebagai humanisme ekologis (ecological humanism).
Humanisme ekologis merupakan pandangan komunitarian, di mana manusia terintegrasi dengan komunitas. Komunitas dibagi ke dalam dua kategori. Pertama, komunitas sosial dan budaya yang memungkinkan manusia memeroleh berbagai macam manfaat serta memberikan kontribusi melalui aktivitas yang dilakukannya.
Aktivitas manusia tersebut terkait dengan produksi dan transformasi lingkungan. Sehingga tersedia makanan, tempat berteduh, barang material, dan persekutuan religius yang memadai bagi manusia. Selain itu, ekspresi seni dan budaya serta eksplorasi kesadaran dan kreativitas manusia dimungkinkan.
Aktivitas sosial dan budaya manusia melibatkan alam. Karena kehidupan manusia pada dasarnya terkait erat dengan berbagai macam dimensi dalam komunitas ekologis (ecological communities).
Dalam komunitas ekologis, manusia mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan potensi diri. Karena sejatinya manusia bukan pribadi yang terisolasi. Perlu diketahui bahwa pada tingkat biologis, manusia merupakan hasil dari proses evolusi.
Proses evolusi memungkinkan manusia memilih (choice) dan mempertimbangkan (deliberation) keputusan yang lebih baik daripada hewan. Terkait hal ini, proses evolusi menciptakan kompleksitas saraf yang menopang kapasitas manusia.
Menurut tradisi religius, manusia diciptakan berdasarkan tindakan kreatif Allah. Meskipun demikian, manusia mempunyai kaitan dan relasi yang erat dengan ciptaan lainnya.
Kedua, komunitas sosial dan budaya dalam rupa masyarakat (society) menjamin pertumbuhan serta perkembangan moral dan pribadi manusia. Perlu diketahui bahwa manusia mengikatkan diri di tempat di mana ia menjalin relasi sosial. Sehingga manusia disebut sebagai pribadi unik yang ikut ambil bagian mengejawantahkan proyek, nilai, dan cita-cita komunitas.
Situasi dan kondisi sosial serta budaya menentukan pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia. Selain itu, dalam kurun waktu yang cukup lama, institusi sosial seperti Gereja di negara-negara Kristen mengalami perubahan cara pandang ketika berhadapan dengan berbagai macam kelompok dan lembaga.
Dinamika kehidupan sosial dan budaya pararel dengan dinamika alam (dynamic of nature). Berdasarkan sudut pandang historis, manusia senantiasa beradaptasi dengan lingkungan (environments). Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan dalam lingkungan.
Terjadi relasi antara populasi yang hidup dan lingkungan abiotik. Menurut sejumlah ahli biologi, sistem makhluk hidup mampu menahan perubahan yang terjadi di dalam lingkungan abiotik. Bahkan pada tataran tertentu mampu memodifikasi dan menjaga lingkungan supaya tetap hidup.
Namun, realitas memerlihatkan bahwa makhluk hidup berhadapan dengan berbagai macam tantangan. Hal ini terjadi karena ketika manusia melakukan aktivitas dan menjalin relasi dengan makhluk hidup digerakkan oleh pertimbangan nilai. Misalnya apa yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan.
Menurut sejumlah cendekiawan abad XVIII, tidak menjadi persoalan apabila terdapat kesepakatan antara kepentingan pribadi (self-interest) dan kebaikan masyarakat (the good of society). Namun, keyakinan tersebut tidak tepat. Karena tidak mungkin suatu tindakan dilakukan untuk mengembangkan diri (self-developing) sekaligus bernilai bagi kelompok (value to the groups).
Dengan demikian, keyakinan sebagaimana ditegaskan sejumlah cendekiawan abad XVIII justru menjadi akar dari timbulnya berbagai macam persoalan.
Sumber Bacaan:
Brennan, A.A., “Ecological Humanism.” https://biopolitics.gr/biowp/wp-content/uploads/2013/04/ah-brennan.pdf. Diakses pada 28 November 2020 pukul 17.00 WIB.