Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Tantangan tertua dalam dunia intelektual yaitu memahami sifat atau kodrat manusia (human nature). Karena manusia mempunyai latar belakang budaya, agama, politik, sosial, dan ekonomi beragam. Realitas tersebut memerlihatkan kompleksitas kehidupan manusia.

Terdapat berbagai macam cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan manusia. Terkait hal ini, manusia mempunyai peluang untuk memilih mengejawantahkan kebaikan (good) atau kejahatan (evil). Bahkan pada tataran tertentu manusia dapat setia pada cita-cita luhur atau mempertahankan ketidakjujuran (dishonesty), kefanatikan (bigotry), dan memegahkan diri sendiri (self-seeking).

Manusia merupakan makhluk biologis (biological beings), produk evolusi yang terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama. Sebagai makhluk sosial (social beings), manusia dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi dewasa serta mempunyai integritas terkait karakter dan perilaku.

Manusia tidak dapat bertumbuh dan berkembang apabila tidak memeroleh perlindungan (protection) serta dukungan (support) dari komunitas sosial dan budaya. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh ekosistem serta komunitas biologis (biological communities).

Bumi adalah komunitas biologis atau rumah kehidupan manusia. Terkait hal ini, ekologi (ecology) berasal dari kata Yunani oikos yang berarti rumah (home). Perlu diketahui bahwa gagasan mengenai ekologi ditumbuhkan dan dikembangkan para ahli biologi abad XVIII-XIX. Mereka mempelajari bumi terutama terkait siklus zat kimia dan nutrisi menakjubkan yang mengikat berbagai macam organisme.

Menurut Charles Darwin, di alam terjadi persaiangan (competition) dan ketergantungan (dependency) antar spesies. Misalnya relasi halus yang terjadi di antara karbon, nitrogen, fosfor, kalium, dan kalsium.

Melalui sistem alami (natural systems), siklus kimiawi (chemical cycling) memungkinkan tersedianya nutrisi bagi organisme. Namun, aktivitas manusia membuat sistem yang ada di dalam danau dan hutan terbebani sulfur (sulphur).

Sulfur muncul akibat pembakaran fosil (burning of fossil) melalui industri dan transportasi. Selain itu, hujan asam (acid rain) yang terjadi di belahan bumi utara berdampak pada kerusakan lingkungan (environmental damage).

Pemanasan atmosfer bumi dan efek rumah kaca menimbulkan peningkatan badai sebesar empat puluh persen dalam kurun waktu lima puluh tahun kedepan. Deforestasi di Himalaya berpotensi mengakibatkan banjir di Bangladesh. Kerusakan hutan Amazon menghancurkan masyarakat adat (indigenous people) dan spesies hewan (animal species).

Pada akhir abad ini, jumlah ikan berkurang dan sistem kekebalan makhluk laut menurun. Manusia akan hidup dalam kondisi sengsara, rentan terhadap penyakit, dan berhadapan dengan bencana klimatologis.

Sumber Bacaan:

Brennan, A.A., “Ecological Humanism.” https://biopolitics.gr/biowp/wp-content/uploads/2013/04/ah-brennan.pdf. Diakses pada 28 November 2020 pukul 17.00 WIB.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

3 − two =