Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Erich Fromm (1900-1980) merupakan anggota Institut Psikoanalitik Frankfurt (Frankfurt Psychoanalytic Institute) yang berupaya mengintegrasikan gagasan Sigmund Freud tentang ketidaksadaran (unconscious) dengan sosiologi Marxis. Selain itu, Fromm memperoleh pengaruh dari Wilhelm Reich yang menulis buku Analisis Karakter (Character Analysis). Reich membuat korelasi antara masyarakat dan sistem atau fungsi alam bawah sadar.

Fromm melihat psikoanalisis Freud berguna untuk melengkapi gagasan Marxisme. Secara khusus untuk memahami struktur sosial yang memengaruhi dan membentuk kehidupan serta pribadi manusia. Sebagaimana dikatakan Fromm, pribadi manusia harus dipahami dalam relasinya dengan yang lain.

Fromm menegaskan, sistem sosial (the social system) membentuk kehidupan masyarakat supaya selaras dengan situasi dan kondisi ekonomi serta budaya yang berkembang dalam sejarah. Terkait hal ini, masyarakat feodal menghasilkan pribadi manusia yang sesuai dengan perannya, budak (serfs) dan tuan (lords). Sedangkan kapitalisme pasar (market capitalism) mengelompokkan pribadi manusia ke dalam dua kategori, yaitu kapitalis (capitalists) dan pekerja (worker). Selanjutnya, kapitalisme monopoli (monopoly capitalism) menjadikan pribadi manusia sekadar sebagai konsumen (consumers).

Menurut Fromm, keluarga merupakan agen psikologis masyarakat. Karena keluarga diyakini sebagai institusi yang mampu menanamkan kontradiksi eksternal dan sosial. Menopang kondisi ekonomi sebagai ideologi. Membentuk persepsi diri yang patuh atau taat dan tidak menonjolkan diri. Sebagaimana dikatakan Fromm, efek destruktif dari kapitalisme akhir bukan sekadar berpusat pada mekanisme dan institusi ekonomi. Melainkan juga mencakup penambatan dominasi dalam kehidupan batin dan perjuangan psikodinamik setiap pribadi manusia.

Fromm secara signifikan memeroleh pengaruh dari Harry Stack Sullivan dan Keren Homey yang menekankan faktor sosial serta budaya yang membentuk kedirian (selfhood) manusia. Menurut Fromm, kedirian harus dipahami sebagai proses interpersonal (interpersonal processes). Karena kehidupan psikis tersusun dari konfigurasi emosional yang berasal dari relasi antara diri sendiri dengan yang lain. Selain itu, pengorganisasian diri diatur melalui kesadaran, akal budi, dan imajinasi.

Sebagaimana dikatakan Fromm, ketidakberdayaan (helplessness) atau isolasi (isolation) merupakan bangunan utama relasi antara pribadi manusia dengan yang lain. Terkait hal ini, relasi dekat bisa bersifat progresif atau regresif. Relasi progresif dengan yang lain melibatkan kualitas emosional berupa kepedulian, empati, dan kasih. Sedangkan relasi regresif dengan yang lain dilatarbelakangi oleh penolakan keterpisahan dari pribadi manusia.

Fromm mengusulkan teori psikoanalitik yang lebih terbuka terhadap relasi interpersonal dan situasi serta kondisi sosial. Karena persoalan pribadi manusia yang terkait dengan patologi relasi sosial, berakar pada pola dominasi budaya yang sudah ada. Selain itu, kehidupan ekonomi, politik, dan budaya diliputi oleh kekusaan serta dominasi.

Tatanan sosial kontemporer merusak konstitusi diri (self-constitution). Terkait hal ini, Fromm optimis bahwa masih ada kemungkinan untuk menghadapi realitas kehidupan yang menyakitkan. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk melepaskan diri dari pengaruh yang merusak zaman kontemporer. Manusia harus hidup otentik, kreatif dan responsif, dan terlibat dalam kebersamaan atau kehidupan sosial.

Sebagaimana dikatakan Fromm, kemampuan tersebut bergantung pada pemahaman mengenai keterpisahan dan kesendirian. Hal ini berhubungan dengan realitas yang biasanya dialami manusia sebagai isolasi atau kekosongan dalam budaya modern. Selain itu, Fromm mengembangkan dimensi moral sebagai visi yang memberi energi untuk emansipasi. Semakin manusia memeroleh kemungkinan keberadaan otentik melalui introspeksi dan refleksi diri, maka tatanan sosial akan bertumbuh serta berkembang.

Meskipun studi awal Fromm mengenai integrasi pribadi manusia ke dalam kapitalisme diterima secara luas oleh anggota Mazhab Frankfurt, dianognis selanjutnya yang lebih sosiologis mengenai sifat mendasar manusia yang diputarbalikkan oleh kapitalisme ditolak dengan keras. Misalnya, Herbert Marcuse menuduh Fromm membatalkan kekuatan kritis dari gagasan Freud yang paling penting. Seperti ketidaksadaran, represi, dan seksualitas kekanak-kanakan. Meskipun demikian, menurut Marcuse revisionisme Fromm menjamin kelancaran fungsi ego dengan menggantikan sifat dislokasi dari ketidaksadaran.

Fromm mereduksi relasi yang kompleks dan kontradiktif antara diri serta masyarakat menjadi reproduksi mekanis yang membosankan. Karena subjek secara represif dibentuk melalui agen sosialisasi tertentu yang melabeli nilai preskriptif masyarakat ke dalam jiwa manusia dan dengan demikian merusak kebutuhan esensial diri manusia. Hal ini sejatinya menghilangkan peran mendalam dari imajinasi bawah sadar dan meninggalkan beragam kemungkinan manusia untuk kreatif serta merefleksikan diri secara kritis.

Sumber Bacaan:

Lemert, Charles C. dan Anthony Elliott. Introduction to Contemporary Social Theory. New York: Routledge, 2014.

2 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here