Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Theodor Adorno (1903-1969) dan Max Horkheimer (1895-1973) menulis buku berjudul Dialektika Pencerahan (Dialectic of Enlightenmen) pada 1944 ketika berada di Amerika Serikat. Adorno dan Horkheimer berupaya memahami serta menunjukkan sisi gelap zaman modern (the dark side of modern age) dengan cara pandang filosofis dan sosiologis. Terkait hal ini, Adorno dan Horkheimer menegaskan, alih-alih memasuki situasi serta kondisi yang sejati, manusia justru tenggelam ke dalam barbarisme baru.

Akal budi pada dasarnya mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Namun, pada periode Pencerahan, akal budi justru menjadi sumber penyakit (sickness). Terkait hal ini, Pencerahan ditandai dengan dua peristiwa besar dalam sejarah kehidupan manusia. Pertama, keragaman politik dan arus intelektual yang mengakibatkan pergolakan sosial di Eropa (revolusi Prancis dan Rusia). Kedua, sains modern yang berwujud inovasi teknologi (teleskop, mikroskop, kompas, dan jam).

Adorno dan Horkheimer melihat bahwa pada periode Pencerahan terjadi pergeseran terkait sikap manusia terhadap diri sendiri, orang lain, dan dunia luar. Selain itu, dalam rangka mengatur kehidupannya, masyarakat tradisional beralih ke mitologi. Sedangkan masyarakat modern menyambut dan menggunakan kekuatan akal budi sebagai penentu serta penjamin hidupnya.

Menurut Adorno dan Horkheimer, Pencerahan serta mitos tidak terpisah, keduanya saling terkait. Oleh karena itu, tidak tepat apabila meyakini bahwa alam pikiran modern menghancurkan bangunan mitos. Pada tataran tertentu, ketika tatanan sosial mendefinisikan diri sebagai yang tercerahkan, maka rasionalitas akan mudah terjerat dan masuk ke dalam bangunan mitos.

Keyakinan tersebut membuat Adorno dan Horkheimer percaya bahwa Pencerahan berupaya sedemikian rupa untuk membebaskan manusia dari belenggu ketakutan. Sehingga manusia sungguh-sungguh menjadi pribadi yang berdaulat. Namun, kebebasan sebagaimana dikehendaki dan dijanjikan Pencerahan justru mengakibatkan kehancuran.

Adorno dan Horkheimer menilai bahwa Pencerahan bersifat totaliter (totalitarian). Jika dikaji secara mendalam, Pencerahan menonjolkan konsep dominasi (concept of domination). Hal ini nampak ketika akal budi instrumental, teknologi, dan sains mewarnai hidup manusia. Dominasi tersebut dilakukan terhadap diri sendiri dan terhadap yang lain.

Selain itu, kemajuan sosial memperbudak kodrat manusia. Bahkan peningkatan produktivitas ekonomi yang dikendalikan kelompok sosial tertentu mengakibatkan ketimpangan. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, manusia terus-menerus mendominasi alam. Hidup manusia menjadi semakin berantakan di mana berbagai macam informasi membanjirinya, memungkinkannya pintar sekaligus bodoh.

Menurut Adorno dan Horkheimer, masyarakat mengamankan diri dan relasi sosial dengan cara mendominasi alam. Sedangkan identitas individu diubah, dari naluri buta menjadi kesadaran diri reflektif. Namun, tindakan manusia mendominasi alam justru membuat dirinya termutilasi, tidak bahagia, dan tidak bebas.

Perlu diketahui bahwa salah satu penyakit pada periode Pencerahan adalah fasisme dan anti-semitisme. Sebagaimana dikatakan Adorno dan Horkheimer, kebencian terhadap orang-orang Yahudi merupakan proyeksi dari tekanan batin masyarakat modern terhadap kelompok yang terpinggirkan.

Sumber Bacaan:

Lemert, Charles C. dan Anthony Elliott. Introduction to Contemporary Social Theory. New York: Routledge, 2014.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here