Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Rapat kerja JPIC OFM Indonesia dilaksanakan pada 8-12 Januari 2021 di Rumah Retret Santa Lidwina Sukabumi. Pada hari pertama (Jumat, 8 Januari 2021) rapat kerja, terdapat sejumlah kegiatan yang dilakukan, yaitu check in (16.00 WIB), makan dan minum ringan (16.30 WIB), ibadat sore (17.00 WIB), misa pembuka (17.30 WIB), makan malam (19.00 WIB), dan rekreasi bersama (20.00 WIB).

Misa pembuka dipimpin oleh P. Alforinus Gregorius Pontus OFM selaku definitor dan sekretaris komisi JPIC serta ekopastoral. Dalam khotbah, Pater Goris menegaskan, orang kusta dalam tradisi Yahudi dipandang sebagai orang berdosa. Sehingga tidak mengherankan apabila pada waktu itu orang-orang kusta diasingkan, dikeluarkan, dan dibiarkan tinggal sendirian.

Selanjutnya, Pater Goris memerlihatkan bahwa Yesus Kristus mempunyai kehendak untuk memasukkan orang-orang kusta ke dalam kelompok orang-orang suci. Kehendak tersebut disertai dengan refleksi dan doa pribadi. Hal ini dimaksudkan supaya Yesus Kristus terhindar dari kehendak mencari popularitas di tengah karya yang dikerjakan.

Pater Goris mengajak peserta rapat kerja untuk mengenali dan menggali semangat yang ditunjukkan Yesus Kristus, yaitu kebenaran serta cinta kasih. Selain itu, secara lebih luas, Pater Goris mengisahkan realitas di mana negara sekuler lebih bertumbuh dan berkembang dalam berbagai macam aspek daripada negara agama.

Sebagaimana ditegaskan Pater Goris, dewasa ini terjadi fenomena menyalahartikan teologi kemakmuran, di mana orang sukses secara ekonomi dinilai memeroleh rahmat Allah. Sedangkan orang yang tidak sukses secara ekonomi dipandang tidak memeroleh rahmat Allah. Pola penafsiran tersebut layak untuk dievaluasi. Karena rahmat Allah disampaikan untuk semua orang dan manusia mempunyai kewajiban untuk menanggapi rahmat tersebut dengan bekerja atau berupaya sebaik mungkin.

Perlu diketahui bahwa rapat kerja pada tahun ini bersifat terbatas. Situasi dan kondisi pandemi Covid-19 tidak memungkinkan para fransiskan yang berkaya di Flores serta Timor Leste untuk mengikuti rapat kerja. Sehingga rapat kerja hanya dihadiri oleh para fransiskan yang berkarya di Jawa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, para fransiskan yang berkarya di Flores dan Timor Leste mengikuti rapat kerja melalui zoom.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here