Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Berdasarkan uraian Stephen Law, terdapat tujuh prinsip yang menandai humanisme. Pertama, sains dan akal budi harus diterapkan pada semua bidang kehidupan. Kedua, para humanis pada dasarnya ateis. Ketiga, para humanis percaya bahwa hidup ini adalah satu-satunya kehidupan yang dimiliki. Oleh karena itu, para humanis tidak percaya pada reinkarnasi.

Keempat, para humanis menekankan pentingnya mempertanyakan dan mempelajari siapa manusia serta apa yang memungkinkan manusia bertumbuh dan berkembang di dunia, bukan di dunia berikutnya. Sehingga tidak mengherankan apabila para humanis menolak klaim negatif seperti tidak ada nilai moral tanpa Allah (there cannot be moral value without God).

Kelima, para humanis menekankan otonomi moral pribadi manusia. Karena manusia mempunyai tanggung jawab membuat penilaian moral terhadap diri sendiri. Tidak menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada pemimpin politik atau agama. Keenam, para humanis percaya bahwa hidup manusia bisa bermakna tanpa harus memeroleh anugerah dari Allah. Ketujuh, para humanis pada dasarnya sekuler, mendukung masyarakat yang terbuka dan demokratis, di mana negara mengambil posisi netral terkait dengan agama.

Ketujuh prinsip humanisme di atas bukanlah ukuran mutlak untuk mengatakan bahwa seseorang humanis. Karena pada dasarnya tidak ada suatu doktrin humanis (humanist doctrine). Oleh karena itu, lebih akurat apabila memikirkan tujuh prinsip humanisme tersebut secara luas. Dengan kata lain, tujuh prinsip humanisme sebagaimana diuraikan Law adalah karakterisasi minimal, masih ada ruang untuk memasukkan prinsip lain.

Humanisme tidak dapat diringkas dengan menggunakan satu prinsip atau slogan. Namun, penyusunan prinsip memungkinkan humanisme lebih jelas dan mudah dikenali. Pada tataran tertentu dapat dikatakan bahwa prinsip humanisme lebih luas daripada ateisme militan (militant atheism).

Benar apabila mengatakan bahwa para humanis pada dasarnya ateis. Namun, para humanis juga memegang kepercayaan pada nilai otonomi intelektual dan moral. Mengikuti akal budi dan hati nuraninya sendiri. Selain itu, kehidupan harus dijalani dengan baik dan utuh, menjalin relasi dengan diri sendiri serta sesama. Meskipun keyakinan setiap orang berbeda, tetapi mereka mempunyai nilai yang sama. Sehingga setiap orang harus dihormati dan harus memiliki kesempatan serta hak yang sama.

Nilai-nilai dengan berbagai interpretasi tersebut terletak pada jantung filsafat politik liberal. Terkait hal ini, John Stuart Mill (1806-1873) menekankan nilai individualitas. Sedangkan Ronald Dworkin (1931-2013) menekankan bahwa warga negara harus diperlakukan dengan perhatian dan rasa hormat yang sama. Namun demikian, humanisme tidak mengharuskan seseorang memeluk liberalisme.

Perlu diketahui bahwa otonomi intelektual, otonomi moral, toleransi, dan persamaan moral yang mendasar dari setiap orang merupakan nilai-nilai Pencerahan (Enlightenment). Dengan kata lain, humanisme adalah kelanjutan dari proyek Pencerahan. Meskipun humanisme terkadang dituduh sebagai upaya menemukan kembali agama konvensional, menjadi kuasi agama (quasi-religion). Sejauh terdapat kebenaran dalam tuduhan tersebut, sejumlah humanis mengikuti jejak Auguste Comte (1798-1857) dengan proyeknya membangun agama kemanusiaan (religion of humanity) lengkap dengan kalender orang-orang kudus sekuler.

Menurut John Gray, para humanis bersikeras bahwa pengetahuan memungkinkan manusia mengendalikan lingkungan. Selain itu, Gray melihat bahwa keyakinan para humanis akan kemajuan hanyalah versi sekuler dari iman Kristen. Sehingga keyakinan akan kemajuan tersebut secara prinsip tidak mempunyai dasar. Terkait hal ini, sebagaimana dikatakan Law, tidak ada dalam prinsip-prinsip humanisme mengenai keyakinan akan kemajuan. Bahkan keyakinan semacam itu dikesampingkan.

Sumber Bacaan:

Haworth, Alan. “Humanism and the Political Order.” Dalam Andrew Capson dan A.C. Grayling. The Wiley Blackwell Handbook of Humanism. Chichester: John Wiley & Sons, 2015, hlm. 255-279.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

8 − one =