Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Pada Prapaskah 2021, Paus Fransiskus menyampaikan pesan bahwa sengsara, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan pemenuhan kehendak Allah Bapa. Terkait hal ini, Yesus Kristus memanggil para murid supaya ambil bagian dalam misi keselamatan dunia (salvation of the world). Paus Fransiskus mengajak kita merenungkan kalimat dalam Filipi 2:8, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Paus Fransiskus menunjukkan pentingnya memperbarui iman, menimba air kehidupan (living water) yang memungkinkan kita mempunyai pengharapan (hope), dan menerima kasih Allah (love of God) dengan hati terbuka. Perlu diketahui bahwa pada malam Paskah kita memperbarui janji babtis dan mengalami kelahiran kembali melalui karya Roh Kudus. Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, masa Prapaskah dan Paskah diwarnai cahaya kebangkitan yang menginspirasi kita dalam berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak.
Menurut Paus Fransiskus, puasa, doa, dan amal kasih merupakan sarana yang memungkinkan kita melakukan pertobatan (conversion). Terkait hal ini, puasa (fasting) merupakan jalan kemiskinan dan penyangkalan diri. Sedangkan doa (prayer) adalah dialog yang dibangun dengan Allah Bapa supaya kita mempunyai iman yang tulus, harapan yang hidup, dan kasih yang konkret. Akhirnya, amal kasih (almsgiving) merupakan sikap peduli dan kasih sayang kepada orang-orang miskin.
Prapaskah mengingatkan supaya kita menerima dan menghayati kebenaran (truth) sebagaimana diwahyukan dalam diri Yesus Kristus. Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, kita harus membuka hati terhadap Firman Allah (God’s Word). Membuka jiwa dan raga terhadap kemuliaan Allah (grandeur of God) yang senantiasa mengasihi umat-Nya.
Puasa merupakan suatu bentuk penyangkalan diri. Membantu kita melatih kesederhanaan hati (simplicity of heart), menemukan anugerah Allah, dan menyadari bahwa manusia diciptakan sebagai gambar serta rupa Allah. Orang-orang yang berpuasa menjadikan dirinya miskin bersama orang-orang miskin. Paus Fransiskus meyakini bahwa puasa memungkinkan kita untuk mengasihi Allah, sesama, dan ciptaan lainnya. Memusatkan perhatian kepada yang lain dan menempatkan mereka sebagai bagian dari diri kita (Fratelli Tutti, art. 93).
Prapaskah mengajarkan kepada kita untuk percaya dan menyambut Allah (welcoming God). Mengizinkan Allah mendiami jiwa dan raga kita. Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yohanes 14:23). Harapannya puasa membebaskan kita dari budaya konsumerisme (consumerism). Membuka pintu hati kepada Allah yang datang kepada kita. Karena Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14).
Menurut Paus Fransiskus, harapan merupakan air kehidupan (living water) yang memungkinkan kita melanjutkan perjalanan atau peziarahan hidup. Hal ini ditegaskan dalam Yohanes 4:10, Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku Minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup. Harus diakui bahwa Yesus Kristus memberikan harapan yang pasti, tidak mengecewakan.
Harapan yang disampaikan Yesus Kristus nampak dalam Matius 20:19, Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Hal ini memerlihatkan bahwa pada dasarnya masa depan dibuka oleh Allah Bapa. Kita diminta untuk berharap dan percaya bahwa sejarah tidak berakhir dengan kekerasan serta ketidakadilan (violence and injustice).
Paus Fransiskus menegaskan bahwa ketika segala sesuatu tampak rapuh dan tidak pasti (fragile and uncertain), kita tidak boleh kehilangan harapan. Kita harus kembali kepada Allah yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Terkait hal ini, Santo Paulus mendorong kita untuk menempatkan harapan dalam konteks rekonsiliasi. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:20).
Ketika kita menerima pengampunan dalam proses pertobatan, diharapkan kita membagikan pengampunan (spread forgiveness) kepada yang lain. Membangun dialog yang penuh perhatian bersama yang lain. Memberikan rasa nyaman kepada orang-orang yang mengalami kesedihan dan rasa sakit (sorrow and pain). Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, pengampunan Allah (God’s forgiveness) disampaikan melalui perkataan dan tindakan kita. Dengan demikian, kita diharapkan mengalami Paskah persaudaraan (Easter of fraternity).
Paus Fransiskus berharap supaya kita menumbuhkan dan mengembangkan sikap peduli. Mengucapkan kata-kata penghiburan, kekuatan, dan dorongan. Bukan kata-kata yang merendahkan, menyedihkan, marah, dan cemoohan (Fratelli Tutti, art. 223). Mengesampingkan egoisme pribadi. Memberikan senyum, kata-kata penyemangat, dan mendengarkan yang lain di tengah menguatnya budaya ketidakpedulian (Fratelli Tutti, art. 224).
Menurut Paus Fransiskus, rekoleksi dan doa hening (recollection and silent prayer) memungkinkan kita memeroleh inspirasi serta cahaya batin (inspiration and interior light). Menerangi kita ketika berhadapan dengan berbagai macam tantangan dan pilihan. Paus Fransiskus mengutip Matius 6:6, Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Harus disadari bahwa kita adalah saksi di zaman baru (witnesses of new time), di mana Allah membuat segala sesuatu menjadi baru. Menerima pengharapan dari Yesus Kristus yang memberikan nyawa-Nya di kayu salib dan dibangkitkan Allah pada hari ketiga. Sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 3:15, Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertangungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertangungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.
Perhatian dan belas kasih (concern and compassion) kepada yang lain merupakan ekspresi tertinggi dari iman serta harapan. Bersukacita ketika melihat yang lain bertumbuh dan berkembang. Ikut menderita ketika yang lain menderita, kesepian, sakit, dan dihina. Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, kasih merupakan lompatan hati (love is a leap of the heart) yang memungkinkan kita keluar dari diri sendiri dan menciptakan suatu persekutuan.
Menurut Paus Fransiskus, kasih sosial (social love) memungkinkan terejawantahnya peradaban kasih (civilization of love). Karena semangat kasih yang dimiliki setiap orang memungkinkan dunia baru (new world), dunia yang lebih baik. Kasih merupakan anugerah yang memberi nilai dan makna dalam hidup kita. Melalui kasih, kita mampu memandang yang lain sebagai saudara dan saudari. Selain itu, kasih merupakan sumber kehidupan dan kebahagiaan (source of life and happiness). Terkait hal ini, amal kasih yang kita berikan kepada yang lain dengan sukacita dan kesederhanaan akan membawa berkat berlimpah.
Prapaskah mengundang kita untuk merawat orang-orang yang menderita, ditinggalkan, dan ketakutan karena pandemi Covid-19. Dalam kehidupan yang diwarnai ketidakpastian (uncertainty), Paus Fransiskus mengajak kita untuk merenungkan Yesaya 43:1, Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Kita diharapkan mengucapkan kata-kata yang mengandung muatan kepastian dan membantu yang lain menyadari bahwa Allah mengasihi mereka.
Paus Fransiskus menegaskan bahwa pandangan yang diwarnai kasih memungkinkan martabat yang lain diakui dan dihormati. Mengakui dan menghargai identitas serta budaya yang lain (Fratelli Tutti, art. 187). Selain itu, menurut Paus Fransiskus, hidup kita harus diwarnai dengan sikap percaya, berharap, dan mengasihi (believing, hoping, and loving). Terkait hal ini, Prapaskah merupakan perjalanan pertobatan (journey of conversion), kesempatan untuk memupuk semangat doa dan kebaktian suci, dan menumbuhkan serta mengembangkan amal kasih.
Sumber Bacaan:
MESSAGE OF HIS HOLINESS POPE FRANCIS FOR LENT 2021. http://www.vatican.va/content/francesco/en/messages/lent/documents/papa-francesco_20201111_messaggio-quaresima2021.html. Diakses pada 13 Februari 2021 pukul 09.43.