Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Paus Fransiskus menyampaikan pesan pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah dan World Day for Consecrated Life ke-25 yang diperingati pada 2 Februari 2021. Perlu diketahui bahwa Paus Fransiskus mengutip Lukas 2:25, Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Menurut Paus Fransiskus, Simeon merupakan seorang laki-laki lanjut usia yang sabar (patiently) menanti pemenuhan janji Allah.

Paus Fransiskus meyakini bahwa Simeon sepanjang hidupnya melatih kesabaran hati (patience of the heart). Hal ini nampak ketika Simeon merasakan di mana Allah tidak datang dalam hidupnya melalui peristiwa luar biasa, tetapi dalam kehidupan sehari-hari (daily life). Simeon tidak pernah lelah menjalani hidup dan nyala api senantiasa memancar di dalam hatinya. Meskipun pernah disakiti dan kecewa, Simeon tidak putus asa. Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu (Lukas 2:30).

Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, kesabaran Simeon terbentuk melalui doa. Selain itu, Simeon mengimani bahwa Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya (Keluaran 34:6). Karena Allah pada dasarnya senantiasa memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan pertobatan.

Kesabaran Simeon merupakan gambaran kesabaran Allah. Hal ini juga diungkapkan Santo Paulus yang memandang Allah sebagai pribadi yang sabar, Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4).

Paus Fransiskus terkesan dengan gagasan Romano Guardini yang menunjukkan bahwa kesabaran merupakan cara Allah untuk menanggapi kelemahan manusia. Bahkan Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berubah (to change). Allah senantiasa memanggil manusia dan tidak menuntut kesempurnaan, tetapi antusiasme yang tulus (heartfelt enthusiasm). Allah membuka hati manusia yang keras dan membiarkan benih yang baik bertumbuh serta berkembang.

Allah tidak pernah lelah menunggu manusia. Allah senantiasa mencari dan mengangkat manusia dengan tangan terbuka (open arms). Kasih Allah tidak pernah diukur dengan perhitungan manusiawi (human calculations). Allah justru memberikan kepada manusia keberanian untuk memulai sesuatu yang baru. Allah menghendaki supaya manusia tahan dan berani untuk memulai lagi (start again) ketika mengalami kejatuhan (falls).

Menurut Paus Fransiskus, kesabaran bukanlah tanda kelemahan (sign of weakness). Tetapi kekuatan dan semangat yang memungkinkan manusia memikul beban (carry the burden). Bertekun dalam kebaikan ketika yang lain tersesat (lost). Selain itu, terus maju ketika berhadapan dengan kelelahan dan kelesuan (fatigue and listlessness). Terkait hal ini, Paus Fransiskus menunjukkan tiga jalan yang memungkinkan kesabaran. Pertama, manusia pasti pernah mengalami kekecewaan dan frustrasi, di mana kerja keras gagal, semangat doa memudar, mengalami kekeringan rohani (spiritual aridity), dan kehilangan harapan.

Berhadapan dengan situasi dan kondisi tersebut, manusia harus sabar dengan diri sendiri, tidak kehilangan harapan, dan meyakini bahwa Allah setia pada janji-Nya. Menghidupkan kembali impian dan harapan. Tidak menyerah pada kesedihan dan keputusasaan. Karena kesedihan dan keputusasaan merupakan cacing (worm) yang dapat memakan manusia dari dalam.

Kedua, relasi antarmanusia tidak selalu tenang (serene). Sehingga manusia harus mengejawantahkan nilai dan makna perdamaian (peace). Menyelesaikan setiap persoalan dengan kasih dan dalam terang kebenaran. Manusia tidak akan melihat kebenaran apabila hatinya gelisah dan tidak sabar. Oleh karena itu, manusia harus mempunyai kemampuan untuk menerima kelemahan dan kegagalan diri sendiri serta yang lain.

Ketiga, ketika menjalani hidup, jangan mudah mengeluh (complaining). Realitas memerlihatkan bahwa Allah pada dasarnya sabar mengolah hati manusia. Namun, sering kali manusia tidak sabar. Sehingga tidak mengherankan apabila manusia kehilangan kebajikan hidup, yaitu harapan (hope). Karena ketidaksabaran (impatience) membuat manusia kehilangan harapan.

Paus Fransiskus menunjukkan bahwa kesabaran membantu manusia ketika berhadapan dengan diri sendiri dan yang lain. Manusia membutuhkan kesabaran dan keberanian untuk terus maju, menjelajahi jalan baru, dan menanggapi bisikan Roh Kudus. Menjalani hidup dengan kerendahan hati dan kesederhanaan (humality and simplicity). Melalui kesabaran, diharapkan manusia melihat cahaya keselamatan (light of salvation) dan membawa terang tersebut ke seluruh penjuru dunia.

Ketika berhadapan dengan pandemi Covid-19, Paus Fransiskus berharap supaya masyarakat tidak kehilangan harapan dan kesabaran. Selain itu, Paus Fransiskus menegaskan supaya masyarakat menjauhkan diri dari gosip (gossip). Karena gosip dapat membunuh kehidupan komunitas (kills community life). Sehingga penting untuk tidak membicarakan sesuatu yang buruk dari yang lain.

Sumber Bacaan:

Pope Francis. EUCHARISTIC CONCELEBRATION WITH THE MEMBERS OF THE
INSTITUTES OF CONSECRATED LIFE AND THE SOCIETIES OF APOSTOLIC LIFE
. http://www.vatican.va/content/francesco/en/messages/consecrated_life/documents/papa-francesco_20210202_omelia-vitaconsacrata.html. Diakses pada 8 Februari 2021 pukul 07.00 WIB.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here