Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Kearifan lokal India memandang alam sebagai tempat yang sakral. Oleh karena itu, orang-orang India meyakini bahwa sungai dan gunung merupakan tempat tinggal para dewa. Dengan kata lain, seluruh alam ciptaan adalah bagian dari Realitas Tertinggi atau Allah (Ultimate Reality or God). Sedangkan Paus Fransiskus dalam Laudato Si memandang alam sebagai sesuatu yang wajib dipelihara manusia. Karena setelah menciptakan manusia sesuai dengan citra-Nya, Allah mempercayakan ciptaan lainnya kepada manusia untuk dijaga dan dirawat.

Paus Fransiskus meyakini bahwa Santo Fransiskus Assisi merupakan teladan terbaik untuk merawat alam dan memperhatikan orang-orang yang miskin serta tersisih. Oleh karena itu, tindakan manusia menjarah dan menghancurkan alam serta sesama tidak dapat dibenarkan. Perlu diketahui bahwa jangan hancurkan hutan (do not destroy forest) adalah perintah tegas yang disampaikan Paus Fransiskus terkait relasi manusia dengan alam dan lingkungan.

Realitas memerlihatkan bahwa tradisi memandang alam sebagi sesuatu yang sakral tidak menjamin perlindungannya. Karena manusia telah terjerumus ke dalam lubang keserakahan dan tidak mau menyibukkan diri dengan berbagai macam cita-cita agama serta kearifan lokal yang dipandang abstrak. Sehingga keberadaan yang sakral semakin dijauhkan dari kehidupan manusia. Terkait hal ini, Paus Fransiskus menegaskan bahwa bumi dan lingkungan adalah tempat di mana manusia dapat bertumbuh serta berkembang. Manusia tidak diminta untuk menyembah alam, tetapi merawatnya.

Secara pribadi Santo Fransiskus tidak menghendaki manusia menyembah bumi atau alam. Santo Fransiskus hanya menyebut seluruh alam ciptaan sebagai saudara dan saudari. Hal ini menunjukkan bahwa Santo Fransiskus menghendaki setiap orang memandang seluruh alam ciptaan dengan hati-hati dan kagum. Tetapi atas nama pembangunan dan perubahan, lingkungan dihancurkan serta orang-orang miskin kehilangan tempat tinggal. Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana orang mengklaim berbagai macam tindakan yang dilakukannya dimaksudkan untuk membangun masa depan tanpa memikirkan krisis lingkungan dan penderitaan orang-orang miskin?

Paus Fransiskus menghendaki supaya orang-orang yang berjuang menyelesaikan berbagai macam persoalan lingkungan memeroleh penghargaan khusus. Akhirnya, pada hari hutan ini, kita diajak untuk tidak mendewakan lingkungan dan bumi serta membungkusnya dengan mitos dan legenda yang indah, kemudian melepaskan tanggung jawab untuk memelihara serta merawat lingkungan.

Sumber Bacaan:

Palathunkal, Joe. Laudato Si’, India’s worldview and depletion of forests. https://www.ucanews.com/news/laudato-si-indias-worldview-and-depletion-of-forests/88444. Diakses pada 20 Maret 2021 pukul 08.57 WIB.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

10 − 8 =