Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Sering kali ateis baru (new atheists) dinilai sombong, dogmatis, dan berpikiran tertutup. Penilaian tersebut merupakan tuduhan terhadap kejahatan epistemik (epistemic vices) atau kejahatan akal budi (vices of the mid) yang dilakukan ateis baru. Selain itu, ateis baru dinilai tidak mempunyai pemahaman historis dan konsepsi mengenai kehidupan religius yang memadai. Misalnya, ketidaktahuan ateis baru tentang tradisi, kepercayaan, budaya, dan kekayaan serta kompleksitas konteks historis tradisi keagamaan. Sehingga tidak mengherankan apabila ateis baru dinilai secara historis naif, secara filosofis tidak canggih, dan secara teologis membingungkan.
Kata ateis berasal dari bahasa Yunani atheos yang berarti menyangkal para dewa atau orang fasik (denying the gods or ungodly). Perlu diketahui bahwa ateisme berakar sejak abad V SM. Ateisme secara filosofis mengalami penurunan pada periode Abad Pertengahan. Kemudian ateisme kembali muncul pada periode Pencerahan. Terkait hal ini, filsuf yang paling menonjol menolak agama adalah Karl Marx. Pada abad XX pembelaan terhadap ateisme dilakukan oleh filsuf seperti A.J. Ayer, John Dewey, dan Bertrand Russell.
Ateisme baru merupakan fenomena budaya terkini yang mempunyai kaitan dengan sains dan filsafat. Ateisme baru dibuka dengan The End of Faith yang ditulis Sam Harris pada 2004. Selain itu, Richard Dawkins, Daniel Dennett, Victor Stenger, dan Christopher Hitchens menumbuhkan serta mengembangkan gagasan ateisme baru. Sedangkan penulis lain yang memusatkan perhatian pada ateisme baru adalah Jerry Coyne, P.Z. Myers, Alain De Bottom, dan A.C. Grayling.
Argumentasi yang dikemukakan ateisme baru terhadap agama sejalan dengan pemikiran David Hume. Hal ini memerlihatkan bahwa ateisme baru mempunyai karakter populer. Misalnya, God Delusion karya Dawkins masuk kategori buku terlaris dalam New York Times. Ketika memberikan evaluasi kepada agama, ateisme baru lebih memilih sains daripada filsafat. Menurut Dawkins, hipotesis Allah (God hypothesis) harus diperlakukan sebagai hipotesis ilmiah. Sedangkan menurut Stenger, sains memerlihatkan bahwa Allah tidak ada. Selanjutnya, Harris meyakini bahwa berbagai macam persoalan moral mampu ditangani oleh sains.
Gagasan Dawkins, Stenger, dan Harris tersebut memerlihatkan pola saintisme (scientism). Saintisme memandang sains sebagai standar tertinggi dan penentu ketika menjawab persoalan. Sehingga sains mewadahi semua aspek pengetahuan manusia. Meskipun pada waktu yang lampau scientistic dinilai sederhana dan tidak dapat dipertahankan. Terkait hal ini, keberhasilan ateisme baru yaitu mampu memusatkan perhatian pada ilmu sains.
Menurut Stenger, terdapat enam prinsip yang mencirikan ateisme baru. Pertama, ateisme baru mencari akhir iman (end of faith). Karena tidak tepat meyakini sesuatu apabila tidak ada bukti. Kedua, klaim religius mengenai dunia, moralitas, dan etika harus dipelajari secara ilmiah serta dikritik. Ketiga, agama harus dipelajari secara ilmiah dan dikritik. Keempat, agama meracuni segala sesuatu (poisons everything). Kelima, terdapat berbagai macam bukti yang menentang eksistensi Allah. Keenam, orang beriman melakukan tindakan mengerikan, yaitu mempromosikan wahyu ilahi sebagai sumber pengetahuan.
Sumber Bacaan:
Kidd, Ian James. “Epistemic Vices in Public Debate: The Case of ‘New Atheism’.” Dalam Christopher R. Cotter, Philip Andrew Quadrio, dan Jonathan Tuckett (editor). New Atheism: Critical Perspectives and Contemporary Debates. Switzerland: Springer, 2017, hlm. 51-68.
Law, Stephen. “Science, Reason, and Scepticism.” Dalam Andrew Capson dan A.C. Grayling (editor). The Willey Blackwell Handbook of Humanism. Chichester: John Wiley & Sons, 2015, hlm. 55-71.
Mendelsohn, Everett. “Religious Fundamentalism and the Sciences.” Dalam Martin E. Marty dan R. Scott Appleby. Fundamentalism and Society: Reclaiming the Sciences, the Family, and Education. Chicago: The University of Chicago Press, 1993, hlm. 23-41.
Pals, Daniel L. Nine Theories of Religion. Oxford: Oxford University Press, 2006.
Pigliucci, Massimo. “New Atheism and the Scientific Turn in the Atheism Movement.” Midwest Studies in Philosophy. Vol. XXXVII (2013), hlm. 142-153.
Stenger, Victor J. “A Defense of New Atheism: A Reply to Massimo Pigliucci.” Science, Religion & Culture. Vol. 1, No. 1 (2014), hlm. 4-9.
Weinberg, Steven. “The Methods of Science… And Those by Which We Live.” Academic Questions (1995), hlm. 7-13.