Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Tuduhan yang disampaikan kepada ateis baru adalah serangan ad hominem. Karena keberatannya ditujukan untuk menilai klaim dan argumen berdasarkan kemampuannya sendiri. Bukan dengan mengritik kualitas moral atau intelektual orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, kritikus ateisme baru harus fokus pada klaim dan argumen ateisme baru, bukan mengarahkan tuduhan pada ateis baru tertentu.
Sehingga meskipun Dawkins dogmatis, itu tidak menunjukkan bahwa ia salah dalam klaimnya mengenai sains dan agama. Perlu diketahui bahwa seseorang dapat secara dogmatis mempertahankan pandangan yang benar. Bahkan apabila seseorang secara dogmatis tidak menyukai nada, cara, dan gaya yang diartikulasikan serta dipertahankan.
Keberatan ad hominem dapat dibantah apabila seseorang dapat menunjukkan penilaian kritis terhadap karakter seseorang yang relevan dengan penilaian argumen, keyakinan, dan klaim mereka. Menurut Heather Battaly, argumen ad hominem valid apabila diarahkan pada ciri-ciri negatif karakter seseorang. Selain itu, Battaly menegaskan bahwa sejumlah pengetahuan diperoleh secara testimonial dari orang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kebajikan epistemik memiliki peran penting dalam upaya memeroleh kesaksian yang dapat diandalkan dari orang lain. Sehingga seseorang dapat dikritik karena tidak memiliki kebajikan yang diperlukan untuk memeroleh pengetahuan dari orang lain. Terkait hal ini, orang jahat tidak memiliki kapasitas untuk memeroleh pengetahuan dari orang lain dengan cara yang dapat diandalkan. Karena sifat buruk mereka menunjukkan kekurangan dalam kapasitas epistemik.
Bentuk kritik ad hominem tertentu tidak valid. Sesuatu yang harus dilakukan oleh kritikus adalah memerlihatkan bahwa ateis baru memang memiliki sifat buruk epistemik. Dalam persoalan arogansi dan dogmatisme, harus ditunjukkan bahwa ateis baru memiliki karakteristik tersebut dan bahwa mereka merusak kapasitas mereka untuk terlibat dalam praktik epistemik kolektif.
Berdasarkan kasus-kasus tertentu (certain cases), valid secara epistemik untuk mengritik karakter epistemik seseorang. Tetapi kritikus memiliki banyak pekerjaan untuk membuat tuduhan yang valid. Mereka harus memberikan penjelasan yang kuat mengenai kejahatan yang ingin dikritik. Menjelaskan bagaimana kejahatan tersebut berwujud dalam perilaku epistemik dan sosial.
Kemudian menunjukkan bagaimana dan kapan kejahatan tersebut terwujud dalam perilaku mereka. Namun, tuduhan terhadap ateis baru tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Sehingga tuduhan hanya berstatus sementara (provisional status), belum ditetapkan sebagai tuduhan yang valid. Oleh karena itu, terlalu dini untuk mengatakan bahwa ateis baru kejam secara epistemik.
Sumber Bacaan:
Kidd, Ian James. “Epistemic Vices in Public Debate: The Case of ‘New Atheism’.” Dalam Christopher R. Cotter, Philip Andrew Quadrio, dan Jonathan Tuckett (editor). New Atheism: Critical Perspectives and Contemporary Debates. Switzerland: Springer, 2017, hlm. 51-68.