Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Epistemologi kebajikan digunakan untuk mengartikulasikan dan menilai tuduhan terhadap ateisme baru. Pada dasarnya ateis baru rentan terhadap tuduhan arogansi epistemik dan dogmatisme epistemik. Terkait hal ini, kritikus yang membuat tuduhan tidak bersalah karena melakukan serangan ad hominem.
Para kritikus yang ingin menyatakan bahwa ateis baru secara epistemik kejam harus bekerja keras untuk memberikan tuduhan yang lebih kuat untuk mereka. Jika tidak, tuduhan terhadap arogansi dan dogmatisme epistemik ateis baru hanya sekadar retorika belaka dan beresiko bersalah atas serangan ad hominem yang keliru.
Perlu diketahui bahwa tuduhan yang tegas terhadap ateis baru memiliki relevansi penting untuk debat publik mengenai sains, agama, dan masyarakat. Penting untuk mengembangkan dan menegakkan standar serta norma perilaku epistemik. Hal ini terkait dengan konsepsi mengenai perilaku yang baik ketika berdebat.
Selain itu, cara efektif untuk mempromosikan posisi seseorang adalah dengan berperilaku sesuai dengan standar norma epistemik. Misalnya, nilai sains tidak hanya berakar pada kekuatan prediktif, penjelasannya, dan kecanggihannya. Tetapi pada kenyataan bahwa sains dapat menawarkan etos, sikap, dan pendirian yang tidak terpisahkan dengan kebajikan tertentu seperti kejujuran serta integritas.
Perlu mempertimbangkan sejumlah cara lebih lanjut supaya epistemologi kebajikan dapat diintegrasikan dengan sosiologi dan ilmu sosial lainnya. Untuk mengamankan tuduhan yang kuat, harus memahami konteks sosial dan kelembagaan di mana yang akan dikritik beroperasi. Hal ini memerlihatkan pentingnya keterlibatan interdisipliner. Dengan kata lain, bersedia mengakui disiplin ilmu lain dan berpartisipasi dalam penyelidikan kolektif.
Sumber Bacaan:
Kidd, Ian James. “Epistemic Vices in Public Debate: The Case of ‘New Atheism’.” Dalam Christopher R. Cotter, Philip Andrew Quadrio, dan Jonathan Tuckett (editor). New Atheism: Critical Perspectives and Contemporary Debates. Switzerland: Springer, 2017, hlm. 51-68.
Law, Stephen. “Science, Reason, and Scepticism.” Dalam Andrew Capson dan A.C. Grayling (editor). The Willey Blackwell Handbook of Humanism. Chichester: John Wiley & Sons, 2015, hlm. 55-71.
Mendelsohn, Everett. “Religious Fundamentalism and the Sciences.” Dalam Martin E. Marty dan R. Scott Appleby. Fundamentalism and Society: Reclaiming the Sciences, the Family, and Education. Chicago: The University of Chicago Press, 1993, hlm. 23-41.
Pals, Daniel L. Nine Theories of Religion. Oxford: Oxford University Press, 2006.
Pigliucci, Massimo. “New Atheism and the Scientific Turn in the Atheism Movement.” Midwest Studies in Philosophy. Vol. XXXVII (2013), hlm. 142-153.
Stenger, Victor J. “A Defense of New Atheism: A Reply to Massimo Pigliucci.” Science, Religion & Culture. Vol. 1, No. 1 (2014), hlm. 4-9.
Weinberg, Steven. “The Methods of Science… And Those by Which We Live.” Academic Questions (1995), hlm. 7-13.
Sangat tertarik dengan kegiatan ini