Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

1. Pengantar

Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasan iman kita. Karena iman Gereja pada hakekatnya adalah iman yang Ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja Ekaristi. Sedangkan iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh rahmat dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman.[1] Dalam tulisan ini, penulis menguraikan arti dan makna Ekaristi sebagaimana dilukiskan dalam Injil Sinoptik. Oleh karena itu, penulis membagi tulisan ini ke dalam tiga bagian. Pertama, Sekilas Tentang Ekaristi. Kedua, Sekilas Tentang Injil Sinoptik. Ketiga, Ekaristi dalam Injil Sinoptik.

2. Sekilas Tentang Ekaristi[2]

Ekaristi merupakan kata yang digunakan untuk menyebut seluruh rangkaian misa. Khususnya bagian kedua (sesudah Perayaan Sabda), yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, dan berakhir dengan komuni.[3] Oleh karena itu, Ekaristi menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam rupa roti dan anggur. Hal ini kemudian menjadi dasar keyakinan bahwa Ekaristi merupakan sakramen yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan menjadi pusat hidup Gereja.[4]

Ekaristi juga dimaknai sebagai kurban pujian dan syukur, di mana Kristus hadir sebagai imam dan kurban. Dengan kata lain, Ekaristi menghadirkan Perjanjian Baru (1Kor 11:25; Luk 22:20) yang merupakan buah dari wafat dan kebangkitan Yesus, yang mendamaikan manusia dengan Allah. Mengantisipasi pemenuhan kerajaan Allah. Sebagai perjamuan, Ekaristi menjadikan manusia peserta dalam perjamuan Tuhan dan mengungkapkan kesatuan manusia dengan Gereja (Kis 2:46). Selain itu, Ekaristi melambangkan kurban persembahan diri bagi orang lain.

3. Sekilas Tentang Injil Sinoptik[5]

Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) merupakan Injil[6] yang dalam banyak bagian serupa, secara khusus isi dan kalimat-kalimatnya. Istilah Injil Sinoptik pertama kali digunakan oleh ahli Perjanjian Baru yang bernama Jacob Johann Griesbach (1745-1812). Pada waktu itu, Jacob Johann Griesbach mencetak ketiga Injil tersebut dalam kolom sejajar. Oleh karena itu, setiap orang dapat melihat kesamaan yang besar dan perbedaan yang kecil di dalam Injil Sinoptik. Untuk menjelaskan gejala-gejala tersebut, pada umumnya para ahli tafsir menerima Teori Dua Sumber. Menurut Teori Dua Sumber, yang pertama kali menuliskan Injil adalah Markus. Kemudian Matius dan Lukas menggunakan Markus dan kumpulan Sabda Yesus (Quelle) sebagai sumber utama dan sumber-sumber khusus yang lain.

4. Ekaristi dalam Injil Sinoptik

Secara historis kita tidak mungkin lagi merekonstruksikan Sabda rumusan asli yang digunakan Yesus pada saat menyampaikan roti dan anggur (kata-kata institusi) pada Perjamuan Malam Terakhir.[7] Namun, kiranya masih mungkin bagi kita untuk mengenali maksud dan makna kata-kata institusi Ekaristi. Perlu diketahui bahwa Perayaan Ekaristi Gereja memiliki hubungan historis dengan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya. Dalam perjanjian baru, kita memiliki empat teks kisah institusi, yaitu Paulus (1Kor 11:23-26), Lukas (Luk 22:15-20), Markus (Mrk 14:22-25), dan Matius (Mat 26:26-29).

Keempat teks kisah institusi tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok atau tipe.[8] Pertama, tipe Markus-Matius. Apabila diamati dengan baik, teks Matius merupakan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Markus (yang lebih tua). Dengan demikian, Matius tergantung pada Markus. Oleh karena itu, teks ini sering disebut tipe Markus. Kedua, tipe Paulus-Lukas. Teks Paulus mirip dengan teks Lukas. Menurut para ahli, meskipun usia Lukas lebih muda daripada Paulus, teks kisah institusi pada Lukas bukan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Paulus. Dengan demikian, para ahli menduga bahwa teks Paulus dan teks Lukas sama-sama tergantung (diturunkan dari sumber yang sama), yaitu tradisi Anthiokia yang berbahasa Yunani (sekitar tahun 40).

4.1 Ekaristi dalam Injil Markus

Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Ambillah, inilah tubuh-Ku. Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.  Dan Ia berkata kepada mereka: Inilah darah-Ku, darah perjanjian,   yang ditumpahkan bagi banyak orang.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.  (Markus 14:22-25).

4.1.1 Tinjuan Biblis Ekaristi dalam Markus 14:22-25[9]

Markus dengan setia menyampaikan tradisi Gereja Perdana bahwa Ekaristi orang Kristen adalah Perjamuan Paskah Baru. Kematian dan kebangkitan Yesus yang menyelamatkan merupakan cara yang baru dan sempurna dari Allah untuk membebaskan semua orang. Orang Kristen mengambil bagian dalam Perjanjian Baru dalam tubuh dan darah Kristus jika mereka mengambil bagian dalam roti dan cawan Ekaristi. Pada saat yang sama, Markus mempergunakan kesempatan Ekaristi Pertama tersebut untuk melengkapi tema khusus yang telah ia kembangkan mengenai kebutaan para murid. Oleh karena itu, Markus memberitahukan kepada sidang pembaca bahwa mereka yang ingin mengambil bagian dalam cawan Yesus, harus mengambil bagian secara aktif dalam perutusan Yesus di dunia, yang meliputi pencurahan hidup mereka bagi banyak orang (ayat 24), dan selalu dalam persatuan erat dengan Dia.

4.1.2 Tinjauan Teologis Ekaristi dalam Markus 14:22-25

Teks Markus 14:22-25 memperlihatkan bahwa Yesus berbicara kepada kedua belas murid-Nya, bukan secara pribadi.[10] Pembicaraan tersebut dilakukan pada saat perjamuan makan di mana mereka menggunakan roti dan anggur sebagai simbol Ekaristi atas tubuh dan darah Kristus. Bagi Markus, apa yang dikisahkan-Nya itu merupakan keberlanjutan perjamuan kenangan atas Perjamuan Terakhir. Kisah masa lalu yang pernah terjadi dikisahkan kembali oleh Markus untuk mengenang kebersamaan Yesus dengan para murid. Markus melalui kisahnya menyertakan tafsiran teologis tentang Ekaristi, misalnya Ekaristi adalah sebuah kenangan suci dan sekaligus makan bersama.[11] Kenangan yang dimaksud mencakup perjanjian dan rahmat yang mengalir dari kisah hidup Yesus. Terutama penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya diperuntukkan bagi semua orang, termasuk komunitas Markus sendiri.

Tafsiran teologis komunitas Markus memiliki pendasaran yang kuat dalam kisahnya. Kalimat-kalimat berikut menjadi petunjuk penafsiran teologis mereka, misalnya: ketika mereka sedang makan (Perjamuan Ekaristi dan sebuah komunitas), Setelah mengucap berkat (Ekaristi=memberkati), darah perjanjian (sebuah Perjanjian Baru), Yang ditumpahkan bagi banyak orang (rahmat keselamatan), dan sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam kerajaan Allah (kehidupan yang dibangkitkan=eskatologis).[12] Beberapa kalimat tersebut tidak langsung hadir dalam kisah perjamuan, namun secara tidak langsung diangkat oleh komunitas Markus dalam perjamuan yang mereka lakukan.

Dalam kisah perjamuan, beberapa kalimat perlu mendapat perhatian, misalnya “Dia mengucap berkat.” “Dia mengucap berkat” menerjemahkan kata Ibrani berekah. Sedangkan kata Yunani yang bisa digunakan untuk memaknai hal tersebut adalah Ekaristi. Kata berekah menjadi berkat yang digunakan pada awal dan akhir perjamuan keluarga Yahudi.[13] Umumnya rumusan doa yang digunakan dalam doa berkat tergantung dari perayaan yang dirayakan (Sabat, Paskah).

Dalam tradisi Yahudi, ada suatu keyakinan bahwa pengikut-pengikut awal Yesus menggunakan struktur doa dari berekah Yahudi. Dalam hal ini terdapat hubungan antara Ekaristi Kristiani dan berekah Yahudi, sehingga substansi doa yang didaraskan mengandung unsur doa berekah Yahudi. Antara berekah Yahudi dan Ekaristi Kristiani, diperlihatkan bahwa komunitas menjadi dasar bagi perjamuan bersama. Oleh karena itu, komunitas Markus menyatakan bahwa persekutuan komunitas Yesus sendirilah yang membuat perjamuan Ekaristi menjadi sebuah realita.[14] Tanpa sebuah komunitas, tidak mungkin terjalin perjamuan bersama.

4.2 Ekaristi dalam Injil Matius

Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku. Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku. (Matius 26:26-29)

4.2.1 Tinjauan Biblis Ekaristi dalam Matius 26:26-29[15]

Tindakan dan kata-kata Yesus terhadap roti dan anggur[16] mengantisipasi serta menafsirkan kematian yang akan datang. Apa yang terjadi dengan roti dalam ayat 26 akan terjadi dengan tubuh Yesus. Dan apa yang akan terjadi dengan cawan anggur dalam ayat 27 akan terjadi dengan darah-Nya. Oleh karena itu, mengambil bagian dalam roti dan anggur berarti mengambil bagian dalam kematian Yesus. Darah perjanjian (ayat 28) menunjuk pada Kel 24:28, di mana Musa memeterai Perjanjian Lama dengan mereciki umat menggunakan darah. Hal ini juga mengisyaratkan bagi banyak orang bahwa terdapat suatu hubungan dengan penderitaan Hamba Tuhan yang mendamaikan dalam Yes 53:12. Nilai perdamaian dari kematian Yesus digarisbawahi dengan pengampunan dosa. Menurut ayat 29, perjamuan Yesus dengan para murid mengantisipasi perjamuan surgawi yang merupakan bagian dari kerajaan Allah. Kisah Perjamuan Akhir ini mempengaruhi banyak aspek dalam Perayaan Ekaristi Gereja, yaitu Perjamuan Paskah, peringatan kematian Yesus, perjanjian, kurban, dan kerajaan yang akan datang.

4.2.2 Tinjauan Teologis Ekaristi dalam Matius 26:26-29

Perlu dipahami bahwa Markus dan Matius hidup di tempat yang berbeda. Lokasi yang berbeda berpengaruh pada orientasi teologis yang kemudian membuat orientasi teologis Matius berbeda dengan Markus. Namun, kalau melihat kisah perjamuan versi Matius, Matius mengikuti urutan peristiwa dalam Injil Markus. Meskipun hidup di tempat yang berbeda, kisah perjamuan antara Markus dan Matius memiliki kesamaan, misalnya kesamaan dalam penggunaan terminologi (perjanjian, bagi banyak orang, dll).[17] Sedangkan perbedaannya terlihat dengan jelas bahwa Matius beberapa kali mengubah alur peristiwanya.

Dalam Matius, kita melihat pengulangan beberapa ungkapan seperti perjanjian, mengambil roti, dan mengucapkan kata-kata tertentu yang memberikan wawasan tentang cara komunitas Matius merayakan Perjamuan Ekaristi bersama. Pemeliharaan kata-kata dan ungkapan tersebut untuk menunjukkan bagaimana mereka mengartikan Perayaan Ekaristi yaitu sebagai sebuah bentuk pengenangan, perjamuan makan bersama, dan antisipasi perjamuan surgawi. Sama seperti Markus, Matius menggunakan kata Ekaristi untuk menerjemahkan kata berekah dari bahasa Ibrani sehingga tampak jelas hubungan antara perjamuan Yahudi dengan periode awal umat Perjanjian Baru.

Cara menyajikan kisah versi Matius lebih kuat menunjukkan betapa Yesus menghendaki supaya para murid-Nya makan dan minum (roti dan anggur). Pengungkapan Yesus melalui pengisahan Matius terkesan lebih kuat daripada teks Markus. Seorang ahli, Zavier Leon-Dufour menegaskan bahwa perjamuan makan itu pertama-tama adalah sebuah tindakan, dan bukan hanya menjadi pendarasan kata-kata.[18] Dapat disimpulkan bahwa perintah Yesus tidak hanya dalam kata-kata, melainkan dalam tindakan untuk minum dan makan.

Bertitik tolak dari perintah Yesus, liturgi atau misa hendaknya berorientasi pada tindakan nyata, bukan pada ideologi.[19] Dengan kata lain, komunitas Ekaristi berjuang keras melalui tindakan untuk menjadi seperti Kristus, mengikuti gerakan Roh Kudus, dan meninggalkan altar untuk membawa makna Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Dari perintah-Nya, Yesus hendak menunjukan bahwa tindakan jauh lebih penting daripada kata-kata yang sering diucapkan. Orientasi pada tindakan menjadi ciri utama komunitas Yesus dan para pengikut-Nya.

4.3 Ekaristi dalam Injil Lukas

Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah. Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.  Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur   sampai Kerajaan Allah telah datang. Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (Lukas 22:14-20)

4.3.1 Tinjauan Biblis Ekaristi dalam Lukas 22:14-20[20]

Lukas, seperti Markus dan Matius, menyajikan Perjamuan Akhir sebagai Perjamuan Paskah. Dalam Injil Yohanes, perjamuan dilangsungkan malam sebelumnya, dan wafat Yesus terjadi pada waktu kurban Anak Domba Paskah. Petrus dan Yohanes diutus untuk membuat persiapan, yaitu tempat, makanan, dan pelayanan yang diperlukan. Barangkali Yesus tidak memberi ciri tempat dengan jelas untuk menghindari penangkapan sebelum waktunya jika Yudas mendengar. Tanda mereka adalah seorang laki-laki membawa kendi air; biasanya seorang perempuan yang membawa kendi air, sedangkan laki-laki membawa semacam botol dari kulit.

Yesus menyadari bahwa puncak dari perutusan-Nya sudah mendekat. Tindakan-Nya mendramatisir pengurbanan diri-Nya sebagai Anak Domba Paskah yang baru. Ia tidak akan memakan perjamuan Paskah lagi sampai itu terpenuhi dalam Kerajaan Allah. Gereja memahami ini sebagai Ekaristi, yang Ia tetapkan dengan kata-kata-Nya, dan mengenai perjamuan kekal di surga (ayat 30). Beberapa terjemahan modern ayat 19b dan 20 hilang dalam beberapa naskah tertentu, tetapi teks kritik yang terbaru memuat ayat-ayat tersebut sebagai autentik.

Pada Perjamuan Paskah, bermacam-macam piring dan cawan dibagikan secara ritual dibarengi dengan doa-doa dan cerita-cerita. Yesus memotong kebiasaan dalam upacara untuk mengurbankan diri-Nya kepada para murid dalam bentuk roti dan anggur. Ini menandakan dibuatnya Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, persatuan Tuhan dan umat dilambangkan oleh pemercikan darah binatang (Kel 24:5-8); sekarang persatuan itu sempurna dalam darah dari seseorang yang adalah Allah dan manusia. Para pengikut Yesus diperintahkan untuk melakukan apa yang telah Ia lakukan sebagai peringatan akan Dia. Ini merujuk baik kepada tindakan ritual maupun pada pemberian diri yang disakramenkan.

Kisah-kisah penetapan Ekaristi sampai kepada kita dalam dua tradisi, dari Markus dan Matius, serta Lukas dan Paulus (1Kor 11:23-25). Lukas tampaknya tidak langsung bergantung pada Paulus, namun Lukas adalah satu-satunya penulis yang menyebut dua cawan.

4.3.2 Tinjauan Teologis Ekaristi dalam Lukas 22:14-20

Sebagaimana Matius, Lukas telah memiliki salinan yang jelas dari Injil Markus.[21] Cara Lukas pun berbeda dengan cara Matius. Lukas hanya mengambil sebagian dari Markus, sedangkan Matius menyalin lebih banyak. Dalam penyajiannya, Lukas lebih cerdik sehingga membuat urutan cerita yang cukup berbeda dari injil lain. Lukas memberikan keyakinan tentang Ekaristi yang mencerminkan corak komunitas Yesus yang berbeda dari injil Matius dan Markus.

Lukas menempatkan doa berkat atas piala pada bagian awal dan kemudian menambahkan doa berkat yang kedua atas piala di bagian akhir perjamuan makan para murid.[22] Di dalam Injil Lukas, konteks perjamuan makan Paskah sudah jelas, yaitu perayaan bersama yang utama dalam seluruh tahun bagi bangsa Yahudi (pemecahan roti).[23] Dalam perjamuan ini, Yesus makan dengan orang-orang yang mempunyai tipe berbeda, seperti pelahap atau peminum, sahabat, para pemungut cukai, dan orang berdosa. Dengan perjamuan ini, semua orang yang berdosa hadir untuk menerima pengampunan.

Yesus mengadakan perjamuan bersama dengan para pendosa. Secara tersirat Lukas menampilkan hubungan yang erat antara komunitas dan Ekaristi sebagaimana yang ada dalam Matius dan Markus. Tanpa komunitas atau perkumpulan, tidak akan ada perjamuan bersama. Dalam Injil Lukas, keterkaitan antara komunitas dan Ekaristi adalah sebuah rahmat. Rahmat yang dimaksud adalah kesediaan Yesus hadir memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.[24] Misalnya, “inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.” Dalam bahasa Yunani, kata “tubuh” tidak hanya berarti tubuh, melainkan keseluruhan hidup manusia.[25] Dalam hal ini, pemberian diri Yesus mempunyai arti keselamatan yang bersifat menyeluruh. Tubuh dalam kata-kata institusi mau mengungkapkan Yesus yang mengidentikkan roti itu dengan diri-Nya sendiri.[26]

4.4 Kesimpulan

4.4.1 Kedudukan Kisah Institusi dalam Perayaan Ekaristi

Kisah institusi menjadi norma dasar bagi Perayaan Ekaristi, sebab Perayaan Ekaristi yang dirayakan Gereja dilandaskan pada perintah Tuhan, perbuatlah ini guna memperingati Aku. Selain itu, berbagai macam perbedaan yang ada di antara tulisan mereka menunjukkan bahwa interese penulis Perjanjian Baru bukanlah interese historis, melainkan interese teologis. Bahwa Perayaan Ekaristi Gereja didasarkan pada tindakan dan Sabda Yesus sendiri. Karena kata-kata asli Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir tidak mungkin lagi dikenal. Namun, suatu rekonstruksi terhadap kisah institusi tetap mungkin. Oleh karena itu, kita tidak perlu menyesalinya, karena yang paling penting bukan kata-kata asli Yesus, melainkan kehendak Yesus (memelihara Perayaan Ekaristi). Kata-kata institusi Yesus memang tidak diwariskan secara setia, tetapi dikembangkan secara valid, sebab makna dan isi dari pesan Yesus senantiasa tersampaikan.

4.4.2 Teologi Perjamuan Malam Terakhir

Pada malam menjelang penderitan-Nya, Yesus mengidentifikasikan roti dan anggur dengan diri-Nya, kasih-Nya. Melalui roti dan anggur, Yesus memberikan kepada para murid-Nya kemungkinan partisipasi dalam hidup-Nya dan perjuangan-Nya, agar mereka tetap memiliki kebersamaan dan kesatuan dengan-Nya. Dengan demikian, Ekaristi merupakan perayaan Perjanjian Baru, kurnia pengampunan dan penebusan dosa, partisipasi antisipatif dalam keselamatan kekal dan perjamuan surgawi dalam Kerajaan Allah. Sabda Yesus atas roti dan anggur memuat ide besar perjanjian lama, yaitu perjanjian, Kerajaan Allah, penebusan dan kemartiran, ibadat dan pewartaan eskatologis. Oleh karena itu, Yesus menjadi pusat, pelaksana, dan pemenuh yang menggenapi Perjanjian Lama.

5. Penutup

Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) menggambarkan Ekaristi dalam kerangka komunal. Oleh karena itu, Ekaristi tidak begitu saja dikaitkan dengan devosi pribadi yang dilakukan dan dihayati umat Kristiani. Sebagaimana diuraikan dalam Injil Sinoptik, Ekaristi dan komunitas Kristiani mempunyai relasi yang erat, saling berhubungan. Ekaristi membantu setiap pribadi memaknai eksistensi komunitas Yesus. Sedangkan komunitas Yesus membantu setiap pribadi memaknai Ekaristi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunitas merupakan landasan untuk memahami dan memaknai Ekaristi.

Sumber Bacaan:

Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.

Banawiratma, J.B (editor). Ekaristi dan Kerjasama Imam-Awam. Yogyakarta: Kanisius, 1986.

Bergant, Dianne dan Robert J. Karris (editor). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Penerj. A.S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Penerj. Liem Khiem Yang dan Bambang Subandrijo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Dister, Nico Syukur. Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Dokumen Konsili Vatikan II. Penerj. R. Hardawiryana. Jakarta: Obor, 1993.

O’Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Penerj. I. Suharyo. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Osborne, Kenan B. Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Martasudjita, E. Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2005.

[1] Sacramentum Caritatis, no. 6.

[2] Pembahasan pada bagian ini disarikan dan diolah dari Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Penerj. I. Suharyo (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 63-64.

[3] Melalui sakramen ini kita dipersatukan dengan Kristus, yang memberi kita bagian dalam tubuh dan darah-Nya supaya menjadi satu tubuh (1Kor 10:16-17). Lih. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 389.

[4] Ekaristi adalah pusat dan puncak hidup Gereja, karena di dalamnya termaktublah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Anak Domba Paskah kita serta Roti Hidup. Lih. Nico Syukur Dister. Teologi Sistematika 2: …, 387.

[5] Pembahasan pada bagian ini disarikan dan diolah dari Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, 117.

[6] Injil merupakan kabar tentang peristiwa-peristiwa yang menggembirakan atau kabar sukacita. Kata Injil digunakan oleh Yesus ketika memproklamasikan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15) dan oleh Paulus untuk karya Allah yang telah dikerjakan melalui Yesus Kristus (Rm 1:1-2). Lih. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Penerj. Liem Khiem Yang dan Bambang Subandrijo (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 152.

[7] E. Martasudjita, Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 221.

[8] E. Martasudjita, Ekaristi: …, 221.

[9] Pembahasan pada bagian ini disarikan dan diolah dari Dianne Bergant dan Robert J. Karris (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Penerj. A.S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 109.

[10] Kenan B. Osborne, Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas, Penerj. J. Hartono Budi dkk (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 48.

[11] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 48.

[12] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 49.

[13] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 49.

[14] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 50.

[15] Pembahasan pada bagian ini disarikan dan diolah dari Dianne Bergant dan Robert J. Karris (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, 72.

[16] Dalam Sabda Yesus atas roti dan anggur dengan jelas dinyatakan: 1) Kehadiran Yesus dalam roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul; 2) penyerahan Yesus demi keselamatan orang; 3) ajakan Yesus untuk mengambil bagian dalam korban-Nya kepada Bapa dengan menyantap tubuh dan darah-Nya dalam rupa roti dan anggur. Lih. J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam-Awam (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 43.

[17] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 50.

[18] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 54.

[19] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 54.

[20] Pembahasan pada bagian ini disarikan dan diolah dari Dianne Bergant dan Robert J. Karris (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Penerj. A.S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 155.

[21] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 55.

[22] Kenan B. Osborne, Komunitas …, 57.

[23] E. Martasudjita, Ekaristi: …, 220.

[24] E. Martasudjita, Ekaristi: …, 230.

[25] E. Martasudjita, Ekaristi: …, 227.

[26] E. Martasudjita, Ekaristi: …, 229.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen − 9 =